Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

AT-TAKHOSHUSH


Ternyata kalau saya pikir-pikir kecenderungan setiap orang akan sesuatu sangatlah besar adanya, termasuk dalam diri saya sendiri.

Dan fenomena inilah yang memunculkan dibentuknya beragam jurusan dalam dunia perkuliahan di ranah pendidikan. Bahkan di tingkat sekolah sendiri, mulai dari tingkat dasar hingga menengah, banyak dibentuk kegiatan ekstrakulikuler, secara tidak langsung hal ini menjadi wadah kecenderungan yang dimiliki seorang anak, persis jurusan dalam dunia perkuliahan.

Hanya saja porsi belajar dalam sebuah jurusan jauh lebih besar, karena dalam satu jurusan tersebut seorang mahasiswa dituntut berkonsentrasi penuh terhadap mata kuliah yang bersesuaian.

Untuk satu jurusan saja, jurusan pendidikan bahasa inggris dan jurusan teknik mesin, misalnya. Seorang mahasiswa butuh bertahun-tahun masanya dan konsentrasi full untuk menguasai ilmu dalam jurusan tersebut.

Ternyata berkonsentrasi [ at-takhoshush ] dalam disiplin ilmu tertentu berlaku pula dalam ulum syar'iah [ ilmu syariat ].

Sehingga jurusan atau fakultas dalam unversitas islam beragam pula. Ada yang namanya fakultas hadits, fakultas ushuludin, fakultas sastra arab, fakultas syariah, fakultas ulumul qur'an dan yang lainnya.

Dan akhir-akhir ini muncul jurusan-jurusan yang lebih spesifik lagi, dalam fakultas hadits ada yang namanya jurusan takhrijul hadits yang mempelajari seambreg masalah bagaimana mentahkhrij sebuah hadits.

Atau dalam fakultas syariah ada yang namanya jurusan muqaranatul madzahib, yakni fiqih perbandingan madzhab yang hanya berkonsentrasi mempelajari perbedaan madzhab dalam suatu masalah fiqih tertentu, seperti asbabul khilaf [ sebab-sebab khilaf ], dalil masing-masing madzhab dan kesimpulannya. 

Dan dari sinilah kemudian muncul gelar Sarjana fakultas hadits, Magaister bidang ushul fiqih, atau doktor dalam bidang tafsir atau yang semacamnya. Meski demikian jarang kita temukan yang namanya muhadits atau hafid [ ahli atau pakar hadits ], faqih [ ahli fiqih ], mufasir [ pakar tafsir ] di abad ini.

Meski membludak sarjana, master atau doktor dalam disiplin ilmu syariah tertentu, tapi sedikit dari mereka yang benar-benar menguasainya.

Taruhlah jika ia benar-benar mendalami disiplin ilmu yang menjadi takhashushnya, namun tak jarang kita temui mereka tidak menguasai disiplin ilmu yang lainnya. 

Hal ini berbeda dengan zamannya para ulama salaf [ dahulu ], jika mereka bebicara tafsir, ia adalah seorang mufasir yang benar-benar menguasai seluk beluk tafsir. Jika membahas fiqih, ia adalah seorang faqih, hingga permasalahan iftiradhi [ yang kecil kemungkinan terjadinya ] pun telah mereka perbincangan hukum dari sisi syariah. 

Dan jika bebicara hadits, ia adalah seorang muhadits yang benar-benar menguasail ilmu hadits, baik riwayah [ hal yang berkaitan dengan sanad hadits ] atau diroyah [ hal yang berkaitan dengan matan hadits dan fiqhul hadits ].

Lihatlah, Imam Suyuthi, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal, Syakhul Islam Ibnu Taimiyyah, dan yang lainnya dari para ulama terdahulu.

Padahal di masanya belum ada universitas dengan beragam fakultasnya, atau komputer, laptop, internet dan alat-alat canggih lainnya seperti sekarang ini. Namun mereka mampu menguasai beragam disiplin ilmu dalam bidang syariah.

Ini adalah contoh dalam disiplin ulum syariah. Belum dalam disiplin ilmu keduniaan lainnya, seperti ilmu kedokteran, ilmu arsitek, ilmu perminyakan dan sebagainya.

Dari seklumit pemaparan di atas, saya menarik kesimpulan bahwa betapa kecilnya ilmu manusia, dan betapa luasnya ilmu yang telah menciptakan manusia, yaitu Allah yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui. Dan bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu. 

Allah berfirman, yang artinya ;

وما أوتيتم من العلم إلا قليلا

[ Sedangkan kamu diberi pengetahuan [ ilmu ] hanya sedikit ] [ QS. Al-Isra' ; 85 ]

إنما إلهكم الله الذي لا إله إلا هو وسع كل شيء علما

[ Sungguh, Tuhanmu hanyalah Allah, tidak ada Tuhan [ yang berhak disembah ] melainkan Dia. Pengetahuan [ ilmu ]-Nya meliputi segala sesuatu ] [ QS. Thaha ; 98 ]

يعلم ما في السماوات والأرض ويعلم ما تسرون وما تعلنون والله عليم بذات الصدور

[ Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati ] [ QS. At-Taghabun ; 4 ]

Inilah salah satu sifat Allah yang sempurna yang tiada cacat sedikit pun di dalamnya. Maha suci Allah atas segala sesuatu.

Oleh karena itu, tetaplah bertawadhu [ rendah hati ] terhadap manusia lain, meski beragam gelar telah berderet di depan atau di belakang namamu, atau kau dikenal dengan kapasitas keilmuan yang luar biasa dalam mata manusia, karena ilmu yang terpunya olehmu hanyalah setetes air di atas hamparan samudera ilmunya Allah yang Maha Besar dan Maha Mengetahui segala sesuatu.

Seberapa pun luas ilmumu, ia hanyalah sesuatu yang berawal dan berakhir,akan datang saatnya ilmumu terakhiri termakan usiamu yang semakin senja dan ajalamu yang akan mensirnakan segalanya yang kau banggakan dalam hidupmu.

Hanya Allah Dia yang awal dan yang akhir, namun tak pernah terawali dan terakhiri oleh sesuatu, termasuk dalam ilmu-Nya.

Wallohu a'lam bishawab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog