Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

NGGAK NYANGKA


Hari senin kali ini terasa berbeda bagi Amar dari hari-hari biasanya. Adalah Faruq yang membuatnya hari itu lebih berwarna, penuh pesona, dan sarat hikmah yang terbawa. Sebenarnya Faruq sendiri tidaklah bertingkah aneh dalam pandangan teman-teman yang lainnya. Memang begitulah sifat dan kepribadian Faruq, pendiam, sedikit bicara, murah senyum, sejuk roman mukanya, enak dipandang, dan sopan. Semua itu mengalir natural sekali. 

Sahabat Amar yang lain pun merasa tak ada yang istiwewa dari sifat Faruq, apakah karena sering bertemu dan ngobrol bersama, atau mungkin mereka merasa apatis pada kepribadian orang lain dan lebih asyik tenggelam dalam canda tawa, atau alasan-alasan lain yang tak terzahirkan . Tapi, entah apa yang menjadikan amar merasa terkagumi dengan sifat kepribadian faruq kala itu.

Menurut Amar bahwa Faruq ini memiliki keistimewaan lebih dari yang lain. Yang paling berkesan menurutnya adalah sifat murah senyum dan pendiam, ia tidaklah mengumbar lisannya kesana kemari, itu dan ini, bla bla bla. Tapi, dirinya berbicara hanya sekedarnya saat dirasa perlu. 

Yang lebih berkesan lagi darinya ialah murah senyum. Diamnya tidaklah bagai batu yang mengonggok di tengah pegunungan, tapi ibarat tanaman mawar yang tersepoikan oleh angin senja dengan teriringi rekahan mawar putihnya penuh aroma. 

Ia diam tapi tak berkesan kecut. Ia jarang bicara bukan berarti tak pernah tertebar senyum darinya. Ia terlihat tenang dalam duduknya bukanlah sifat apatis atau angkuhnya. Ia tak pernah terlihat berbahak-bahak dalam candaan bukan karena cerita lucu atau lawakan tak terpunya. Tapi itulah sifat dan kepribadiannya.

Selintas Amar teringat akan satu ayat dalam al-qur'an, ayat yang mengingatkan akan istimewanya sifat yang termiliki oleh Faruq. Amar pun langsung membuka lembara-lembaran mushaf. Di carinya berkali-kali, namun tak kunjung tertemu. Ia pun bertanya pada teman-teman yang duduk di sampingnya. Jawabanya nihil, tak satupun yang tahu. Kemudian ada satu berinsiatif cepat membuka index ayat dalam mushaf. Tak berselang lama ayat yang dimaksud pun tertemukan.

Serontak kedua matanya tertuju pada ayat 82 surat At-Taubah

فليضحكوا قليلا وليبكوا كثيرا

[ maka bersedikitlah kalian dalam tertawa dan perbanyaklah menangis ].

Ia berfikir, betapa indah sifat Faruq yang sangat relevan dengan makna ayat di atas. Di saat manusia terbawa dalam tawa berbahak-bahak, ia hanya senyum kecil tertebar manisnya akhlak dan iman. Di saat teman-temannya berbodong ramai dalam obrolan yang tak luput dari ghibahan, ia duduk tenang menahan lisannya dari dusta dan keburukan.

Menangislah yang banyak karena khauf dan rojanya terhadap Rabbmu demi menyongsong hidupmu penuh senyum manis kelak yang ternanti. Bersiaplah mereka yang berbahak-bahak dalam tawa maupun canda, kelak menangis penuh sesal tiada guna.

Wallohu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog