Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

MU VS LIVERPOOL


Malam ini berjuta-juta pasang mata di seluruh dunia akan memplototi duel dua klub besar liga primer Inggris, antara MU [ Manchaster United ] dan LIVERPOOL. Masing-masing bertanding demi menjaga revalitas klubnya.

Bukan hanya para pemain yang tersulut emosi karenanya, tapi justru para penontonlah yang jauh lebih terbakar es mosinya, terlebih mereka para suporter fanatik yang melebihi fanatiknya akan madzab imam fiqih yang empat atau fanatik terhadap agama.

Kalau kita perhatikan logo dua klub raksasa ini, akan kita temukan dominasi warna merah pada masing-masing logo itu yang menjadi simbol kramat mereka. 

Dan malam ini keduanya bertemu untuk menunjukkan siapa yang terbaik, siapa yang pantas menang, dan berjuang habis-habisan adalah harga mati bagi mereka. Termasuk dukungan para suporter demi menyihir semangat dan tenaga kuda para pemainnya di tengah lapangan. Dan merah bertemu merah, jadinya sangatlah memerah dan akhirnya marah-marah. Coba kau lihat saja, saya juga sedang ikut nonton lho, semua tribun stadion Old Trafford, semuanya penuh dengan suporter yang menggaung darinya teriakan, yel-yel, nyayian, tepukan tangan, dan sihir-sihir lainnya. 

Dan inilah fenomena merah bertemu merah yang telah dinanti-nanti para suporter fanatik masing-masing. Merah vs merah, dan tersulutlah merah membara, kemudian berkobar dan menggelora yang terterjemahkan oleh emosi raksasa masing-masing mereka.

Dan apa ibroh [ pelajaran ] bagi kita dari tontonan super seru malam ini. Pasti ada ibrohnya bagi yang mau dan berusaha untuk mengambil dan menggalinya.

Setelah saya berfikir dan sedikit terenung meski sembari asyik ikut nonton, saya terhenti pada warna merah yang mendominasi logo atau simbol keduanya. Dan saat ini merah bertarung dengan merah, jadilah merah membara.

Coba kita lihat pada peta dakwah dalam agama islam. Dan ini bukan bermaksud mengkiaskan, karena jelas-jelas mengkiaskan [ analogi ] metode dakwah kepada sepak bola adalah kias ma'al fariq [ analogi yang sangat jauh berbeda ], dan kias jenis ini tertolak atau tidak teranggap. Namun yang saya maksud hanya memisalkan saja. Karena dengan misal [ contoh ] akan menjadikan sesuatu tambah lebih jelas dan gamblang.

Dalam peta dakwah, seorang dai tidak bisa menghilangkan kemunkaran dengan kemunkaran yang semisalnya atau yang lebih besar darinya, atau menghilangkan bid'ah dengan bid'ah yang sama atau yang lebih keras bid'ahnya, atau membuang syirik dengan syirik sejenisnya atau yang lebih besar darinya pula. 

Karena cara di atas sama saja dengan kau membenturkan warna merah dengan merah, atau kau ingin menghapus warna merah tembok dengan warna merah yang sama atau malah dengan warna merah yang lebih pekat lagi, jadinya bukan malah putih, tapi merah memarah atau merah mengembara.

Jika kau hendak menghapus warna merah tembok, hapuslah dengan warna putih dan lapisilah putih itu berkali-kali agar warna merahnya tak tertampak sama sekali. Janganlah kau benturkan warna merah dengan merah yang lain, layaknya mereka benturkan MU dengan LIVERPOOL yang masing-masing sedang merah dan memarah. Jadinya bukan putih yang kau dapatkan, layaknya mereka yang tak mendapatkan kedamaian apapun, melainkan permusuhan dan kebencian yang tertelan darinya.

Kau inginkan kesyirikan, bid'ah, dan maksiat terlenyapkan dan terkubur keberadaannya, maka hilangkanlah ia dengan lawannya, berupa tauhid, sunnah dan taat. 

Kau hendak menghapus syirik, bid'ah dan maksiat di tengah-tengah masyarakat, maka hapuslah ia dengan lawannya bukan hanya sekali atau dua kali, tapi harus berkali-kali tak terbilang dan tak bermasa sesaat, niscaya kelak ia akan lenyap dan terkubur tak tertampakkan lagi. 

Bertahaplah dalam merajut sebuah perubahan, bersabarlah dalam meniti sebuah rajutan perubahan, karena sesuatu yang ditempuh dengan rasa sabar dan mengikuti tahapan yang semestinya, ia akan menghasilkan sesuatu yang baik dan memuaskan. Pula dalam hal dakwah kepada manusia, bersabar dan bertahaplah dalam melakukannya, maka kau akan dapatkan hasil yang baik pula nantinya.

Dan satu hal yang perlu diingat oleh para dai, bahwa keberhasilan suatu dakwahmu bukanlah pada banyaknya manusia yang menjawab seruan dakwahmu, karena hidayah taufik [ menetapkan manusia untuk mengikuti jalan kebenaran ] hanyalah hak Allah, sementara kamu hanyalah berhak dalam memberi hidayah irsyad [ menunjukkan manusia ke jalan kebenaran ].

Dan berhikmahlah dalam dakwah, niscaya kau takkan pernah menyerah atau berputus asa di dalamnya, meski hanya segelintir manusia yang menjawab seruan dakwahmu, padahal kau telah bermasa lamanya berjuang dalam dunia dakwah. 

Bukankah ada Nabi yang hanya memiliki satu pengikut, atau dua, atau beberapa gelintir manusia saja, tapi mereka tak pernah putus asa terhadapnya, karena hidayah taufik adalah hak Allah semata.

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog