Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

SUDAH JATUH KETIBAN TANGGA


Orang-orang kampung yang hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan, atau orang-orang yang tinggal di bantaran kali yang mengaliri kota-kota besar yang hidup dalam serba kekurangan, mereka adalah manusia-manusia tipe pekerja keras. 

Dalam kekurangan dan ketidakpunyaan yang menghimpit hidupnya, tidak membuat dirinya melemah atau menyerah untuk hidup, pekerjaan apapun mereka lakukan, mulai dari pekerjaan yang dipandang sebelah mata oleh manusia, seperti memulung, atau pemungut sampah, rela dilakukannya demi mempertahankan hidup, pula menghidupi anak dan keluarganya. Atau pekerjaan kasar lainnya yang sangat menguras tenaga dan memeras keringatnya, seperti buruh bangunan, buruh tani, pedagang keliling, atau penggali pasir dan yang semisalnya.

Mereka adalah manusia jempolan yang telah banyak berjasa pada manusia lainnya. Meski mereka menjadi manusia yang terpinggirkan, tapi banyak manusia lain yang seharusnya mengacunginya jempol dan berterima kasih akan kerja kerasnya.

Bukankah tempat tinggal permanen plus mewah adalah ada karena keberadaan mereka. Bukankah nasi dan lauk yang menjadi santapan lezatnya setiap hari akan terus tersedia karena kerja keras mereka. Bukankah kebersihan kota dari rongsokan plastik dan sampah lainnya akan terasa karena tangan-tangan mereka. Bukankah ini dan itu ... adalah adanya itu dan ini yang tercipta dari aliran keringat dan bantingan tulang mereka.

Dan sudah selayaknya mata manusia yang nasib nya lebih baik dari mereka untuk membuka kembali mata yang satunya, pandanglah mereka dengan kedua matanya, bukan hanya sebelah mata saja, atau malah merem [ memejam mata ] enggan melihatnya. 

Manusia yang berada dalam ketinggian harus ingat bahwa ketinggiannya adalah berkat angkatan tangan-tangan mereka, mereka rela kau duduk lega dalam tingginya, sementara mereka harus terbanjiri oleh keringat tubuhnya. Bukankah sebagian manusia yang hendak merangkak tinggi, ia memelas kepada mereka-mereka bahkan berebut dengan lawannya untuk meraih tangan-tangan mereka. Tanpa tangan-tangan mereka jangan harap ia akan tinggi di mata manusia.

Itulah nasib orang kampungan atau manusia pinggiran kali, banyak berjasa kepada manusia lain tapi tetap menjadi kampungan dan kerap terpinggirkan.

Mungkin nasib mereka terkesan buruk, karena keringat dan kerja kerasnya tak kunjung pula mengangkat mereka dari kata kekurangan dan keterbatasan. Bahkan beban mereka kian hari semakin berat, tidak lain karena tuntutan hidup yang semakin besar pula.

Dan begitulah, asa dan tuntutan manusia sepertinya tiada bertepi. Siapa yang tak berharap hidupnya layak dan mapan, semua manusia pasti ber-asa demikian, karena ia adalah fitroh akal pikiran manusia. Dan semua manusia pasti bekerja keras untuk bisa meraihnya, hanya saja nasib dan kekuatan yang terpunya berbeda-beda antara manusia yang satu dan yang lainnya.

Bagaimana dengan para manusia kampung atau manusia pinggiran kali, mayoritas mereka adalah para pekerja keras tingkat tinggi, tapi tingkat semangat mereka untuk bertahan dan berubah tak terbarengi oleh semangat rohani yang tinggi pula.

Kita temui mereka terlalu sibuk dalam kerjanya, sampai waktu-waktu shalat pun mereka rampas hanya demi meraih asa-nya. Tak ada waktu bagi mereka mengaji, berdzikir, shalat, membaca qur'an, atau santapan rohani lainnya.

Alasan mereka sibuk, tak ada waktu, letih sehabis kerja, butuh istirahat, atau beribu alasan lainnya. Mereka sangat berharap Allah tunaikan hak-hak atas dirinya dan menjawab doa-doa yang terpanjat kepada-Nya, tapi mereka tak sudi untuk menunaikan hak-hak Allah atas dirinya ! Mereka hanya meminta tapi tak mau memberi apa yang diminta Allah atas dirinya, maka pantaslah mereka tak terberi dari apa yang dipintanya. 

Mereka mengaku sebagai hamba-Nya, mengaku sebagai seorang muslim. Namun pengakuan mereka tak tercermin dalam hayatnya. Pengakuan mereka hanyalah sebuah kedustaan, dan kelak pengakuan mereka takkan berarti sama sekali di hadapan Allah. 

Jasa-jasa mereka yang banyak atau usaha kerja keras raganya di dunia hanyalah sebuah kerja yang meletihkan dirinya, sementara ia tak teranggap nantinya di hadapan Sang Maha Bijaksana. 

Ini adalah kerugian baginya di dunia, karena keringat dan kerja kerasnya yang tak merubah nasibnya, dan kerugian pula baginya di akhirat, karena keringat dan kerja kerasnya tak teranggap dan tak terbalaskan apa pun atasnya.

Allah berfirman ;

وقدمنا إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هباء منثورا

[ Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu [ bagaikan ] debu yang beterbangan ] [ QS. Al-Furqan ; 23 ]

Dan itulah mereka, nasibnya kurang beruntung di dunia, dan kelak celaka akibatnya di akhirat. Karena kekurangan dan keterbatasan mereka, banyak pula hak-hak Allah atas dirinya yang mereka kurangi, dibatasi bahkan tak tertunaikan sama sekali.

Mereka telah TERJATUH di dunia dan KETIBAN TANGGA di akhirat.

Janganlah jadikan diri kita seperti mereka, dan kita berlindung kepada Allah darinya.

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog