Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Mendulang Hikmah Sebuah Kisah


Hanya manusia cerdas yang bisa mendulang kumpulan faidah dan hikmah dari sebuah kisah hidup manusia lainnya, terlebih kisah-kisah manusia shalih yang tersebar di muka bumi ini.

Dan tidaklah kisah-kisah diceritakan melainkan sebagai ibroh [ pelajaran ] berharga bagi manusia yang hidup sesudahnya. Terlebih kisah-kisah yang tertuturkan dalam al-Qur'an.

Allah berfirman ;

لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون

[ Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. [ al-Qur'an ] itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan [ kitab-kitab ] yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan [ sebagai ] petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ] [ 1 ]

Berikut ini adalah kisah penuh hikmah yang layak menjadi bahan renungan kita semua, terlebih yang masih berusia muda, yang identik dengan raganya yang kuat dan bugar, daya ingat yang kuat, semangat tinggi, cekatan, jarang sakit-sakitan, dan semacamnya.

Ini adalah kisah seorang wanita yang tidak lagi muda dalam usianya, namun mampu menghafal al-qur'an dalam jangka waktu 13 tahun. Ia adalah Bibi Ummu Abdullah Munirah binti Abdullah As-Subai'i berusia 73 tahun yang menuturkan kisah tentang pribadinya ;

[ Aku memulainya dengan niat yang tulus dan keinginan yang kuat serta selalu menjadikan keutamaan ahli al-Qur'an dan penghafalnya sebagai target utama hidupku.

Kemudian aku pun mulai menghafal setengah halaman setiap harinya. Memang tidak dapat aku ingkari akan kesulitan yang aku dapatkan pada permulaannya. Namun, dengan seringnya aku mengulang dan ketekunan yang aku jalani serta kesabaran, maka dengan karunia Allah akhirnya aku dapat menghafalnya. 

Adapun cara menjaga hafalanku adalah dengan aku mengulang-ulang bacaan yang telah dihafal di dalam shalatku. Begitu pula Dar At-Tahfizh [ kelompok menghafal al-Qur'an ] yang juga memiliki peranan yang besar dalam mengokohkan hafalanku dan tajwidku ]

Mengenai cita-citanya Ummu Abdillah berkata ;

[ Cita-citaku adalah ingin memperkuat tajwidku dengan sempurna dan ingin terus menerus menambah hafalanku tanpa lupa, serta senantiasa aku selalu mengulang-ulangi pada batinku bahwa al-qur'an dapat menjadi kawanmu atau musuhmu. 

Aku pun berdoa kepada Allah agar menjadikan al-qur'an sebagai saksi bagiku pada hari kiamat nanti. Selain itu, aku katakan kepada wanita yang lalai dan tidak mau menghafal al-qur'an ;

Kembalilah kepada al-Qur'an al-karim, karena semua hal yang ada di dalamnya adalah kebaikan, ia adalah cahaya bagi yang ada di dalam dada, penghilang kesedihan, serta penyejuk hati manusia ] [ 2 ]

Ibrah [ pelajaran ] bagi kita dari kisah di atas banyak sekali, di antaranya ;


[ 1 ] Umur tidak membatasi manusia untuk menuntut ilmu.

Mencari ilmu syar'i hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, laki-laki dan perempuan. Selama hayat masih dikandung badan maka kewajiban menimba ilmu tidaklah akan tergugurkan.

I'tibar [ neraca ] dalam menuntut ilmu bukanlah pada banyak atau jumlah ilmu yang tertimba, tapi amal dari ilmu yang terpunya. Apa guna bertumpuk ilmu, tapi tipis dalam beramal. Betapa jauh lebih mulia, seorang penuntut ilmu yang baru tapi semangat untuk mengamalkannya, daripada mereka yang berderet gelar dalam namanya, namun begitu pelit memberi zakat ilmu, berupa amalan. 

Dan ketika ilmu kosong dari amalan, ilmu pun akan menjadi bumerang bagi si empunya di akhirat kelak.

Dan zakat ilmu adalah amal, pula tanpa amalan dari ilmu, ia akan meraibkan ilmu itu perlahan-lahan tapi pasti.

Jika kita baru tersadar akan pentingnya ilmu di kala senjanya, maka bersyukurlah kepada Allah karena ia adalah hidayah dari-Nya. 

Janganlah kau, wahai pencari ilmu di kala senja, terus larut dalam penyesalan akan masa mudamu, kuburlah rasa was-was itu, dan tataplah sisa masa yang Allah berikan kepadamu, ini adalah kesempatan emas untuk menjadikanmu jauh lebih baik lagi sebelum masa ajal menjemputmu.

Wahai kau, para penuntut ilmu di kala pagi, janganlah kau sia-siakan masa-masa emasmu untuk meraup ilmu sebanyak-banyaknya, kerahkan segala kelebihan yang kau punya, berupa kekuatan fisik, tenaga, kesehatan, daya ingat, dan semangat muda yang tinggi.

Kelengahanmu di masa ini, adalah penyesalanmu kala senja menyapa. Dan di saat senja, kau sudah tak bisa berbuat banyak lagi, seluruh yang kau punya telah melemah, fisik, daya ingat, akal, penalaran, semuanya terus merunduk lemas.

Jagalah semangatmu dalam menuntut ilmu, pula dalam berkarya, baik berupa pengamalan ilmunya, menebarkannya kepada manusia, atau pula dengan menuliskannya, agar manusia tetap bisa menyeruput lautan faidah dari karyamu, meski kau sudah tiada lagi di tengah-tengah mereka.


[ 2 ] Sidqun Niat [ kejujuran dalam niat/ikhlas ], tekad kuat dan urgensinya.

Niat, azam, asa atau keinginan yang kuat adalah awal sebuah kesuksesan dan semangat hidup untuk meraih masa depan yang baik. 

Niat adalah mesin pendorong pertama dan utama untuk mencapai sesuatu. Tanpa niat seseorang tidak akan memiliki target hidup yang pasti. Dan tanpa niat, manusia akan terombang-ambing dalam ketidakpastian yang kerap kali meruntuhkan semangat hidup, kenapa ?
 
Karena ia tidak memiliki tujuan yang pasti yang akan ditempuhnya, bukan ? Berbeda dengan seorang anak yang memiliki niatan yang kuat, azam atau tekad yang menggebu-gebu untuk meraih keinginannya agar tercapai.

Contoh,

a. Ame yang merupakan seorang pelajar di Madrasah Tsanawiyah baru saja mengikuti kajian di sekolahnya, tema yang dibahas bercerita tentang keutamaan para hufadz [ penghafal al-Qur'an ], guru ngajinya adalah pengasuh salah satu pesantren tahfidz di Jogjakarta.

Pihak sekolah sengaja mengudang beliau untuk memberikan pencerahan kepada anak didiknya agar minat menghafal al-Qur'an meningkat di tengah-tengah mereka.

Ternyata setelah kajian usai, hati Ame tergugah dan ia menjadi salah satu pelajar yang sangat berminat untuk menjadi seorang hafidz [ penghafal al-Qur'an ], ia pun berazam setelah lulus nanti akan masuk pondok tahfidz dan harus hafal 2 juz sebagai bekal sebelum masuk pondok.

Semenjak itulah Ame sangat disiplin waktu dan rajin menghafal beberapa ayat dalam setiap harinya. Tiada waktu senggang setelah belajarnya untuk pelajaran sekolah atau aktivitas lainnya, melainkan ia gunakan untuk membaca al-qur'an atau murojaah [ mengulang ] hafalannya.

Demikianlah keseharian Ame selama hampir dua tahun, ia pun mencapai targetnya hafal dua juz sebelum masuk pondok tahfidz, dan beberapa minggu kemudian ia pun masuk ke pondok tahfidz yang dulu ia idam-idamkan.

b. Adalah Tommy yang merupakan tetangga Ame akhirnya putus sekolah karena pengaruh pergaulan buruk teman-temannya. Sebenarnya orang tua Tommy melarangnya putus sekolah, tapi karena Tommy sendiri bersikeras enggan sekolah, orang tuanya pun tak banyak berbuat apa-apa, ia hanya menyuruh Tommy bekerja apa saja daripada bergelantungan menjadi pengangguran seperti teman-teman lainnya.

Akhirnya ia memutuskan merantau ke Jakarta, meski masih sangat belia ia tetap mau jadi pekerja kasar, kuli bangunan. Yang penting ia diupah sewajarnya. Hampir 3 bulan ia hidup sebagai kuli bangunan. Setelah proyek rampung, ia pun pulang kampung dengan beberapa ratus ribu uang di kantongnya.

Di rumah tak ada pekerjaan, ia hanya menunggu info dari teman atau tetangganya yang membutuhkan tenaganya. Sembari menanti info proyek baru, Tommy hanya bermain burung dara atau memancing di rawa.

Selang beberapa hari ia pun mendapat tawaran dari tetangganya untuk ikut proyek di daerah Bogor. Kemudian ia pun pergi bersamanya.

Begitulah hari-hari Tommy, ia tak pernah berniat atau berazam untuk sekolah lagi. Padahal biaya telah banyak terpunya hasil kerjanya, tapi meski sudah dua tahun lebih, ia tetap menjadi kuli bangunan. Tak ada asa baginya untuk sekolah lagi.

Aktivitasnya pun hanya berkutit di situ saja, tak ada perkembangan terlihat darinya, terlebih masalah mengaji atau ilmu agama. Jauh dan jauh tercium darinya. 

Itulah salah satu urgensi azam [ tekad atau niatan yang kuat ].

Pula, bahwa niat yang tulus dalam beramal adalah modal dasar paling utama. Karena ikhlas karena hanya mengharap pahala dan keridhaan Allah adalah konsekuensi syahadat Laa ilaa haillallah.

Tanpa niatan yang ikhlas maka amalan yang bersusah payah ia di dalamnya tidak akan bernilai di hadapan Allah. Dan Allah hanya menerima amalan-amalan baik yang didasari keikhlasan kepada-Nya.

Pula, bahwa niat itu menjadi pembeda antara ibadah yang satu dengan ibadah lainnya, atau pembeda antara ibadah dengan 'aadah [ adat kebiasan manusia ], dan niat akan menjadikan sebuah adat kebiasaan menjadi bernilai ibadah dan terganjar karenanya yang semula tak bernilai pahala sama sekali saat tak terbarengi oleh niat.

Contoh,

a. Shalat sunnah dua rekaat sebelum subuh dan shalat subuh itu sendiri. Keduanya adalah ibadah dengan sifatnya yang sama, dan niatlah yang membedakannya.

b. Mandi besar karena junub dan mandi yang menjadi kebiasaan harian. Secara umum keduanya sama persis. Dan yang membedakan yang pertama ibadah, dan yang kedua itu adat kebiasaan, hanyalah niat.

c. Makan dan minum adalah adat dan kebiasan manusia, tanpa diniatkan ibadah maka ia takkan bernilai pahala. Namun, saat diniatkan dari makan minumnya sebagai ibadah dan agar bisa menopang pelaksanaan ibadah-ibadah lainnya, maka semenjak itu makan minumnya akan terganjar dan bernilai pahala.

Dan niatlah yang akan menjadikan adat kebiasaan bernilai ibadah.


[ 3 ] Kemuliaan seorang hafidz [ penghafal al-Qur'an ], dan menjadikanya cita-cita tertinggi.

Dari kisah Ummu Abdillah di atas kita bisa melihat bagaimana kekuatan tekad beliau untuk bisa menjadi penghafal al-Qur'an, meski secara nalar sulit tergambarkan, karena usianya yang sudah tidak lagi muda, 73 tahun, bayangkan !

Namun, ketulusan niat dan kekokohan tekadnyalah yang membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk menjadi seorang penghafal al-Qur'an. Kebersihan hati dan kesabaran adalah dua hal yang akan mendatangkan pertolongan dan kekuatan Allah.

Siapa yang mampu mencegah atau menghalangi seorang hamba untuk sukses menjadi seorang hafidz, jika Allah telah menolong dan memberinya kekuatan ? Tak seorang pun, bukan ! Dan kuncinya ialah ketulusan, tekad kuat, dan kesabaran dalam menempuhnya.

Bayangkan saja apa yang terjadi pada beliau, dalam keadaan fisik, daya ingat dan kemampuan yang terus melemah seiring usianya yang semakin senja, namun Allah mengabulkan doanya untuk menjadi seorang penghafal al-Qur'an. Semua cela dan kekurangan yang ada tak mampu menjadi penghalang beliau untuk tetap semangat menghafal ayat per ayat dalam setiap harinya. Inilah kekuatan, pertolongan dan kebesaran Allah.

Beliau sadar bahwa menjadi ahli al-Qur'an dan penghafalnya adalah target utama hidupnya. Ia adalah kemulian yang menjadi cita-cita tertingginya. Karena keutamaan-keutamaan penghafal al-Qur'an sangatlah mulia, maka untuk meraih kemuliaan itu haruslah bermodalkan keikhlasan, azam kuat dan kesabaran. Dan beliau pun mampu membuktikannya.

Kemuliaan yang akan diraih oleh seorang penghafal al-Qur'an begitu banyak, di antaranya ;

a. Ia akan mendulang berlimpah ruah pahala dari membacanya.

Rasulullah bersabda ;

من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة، والحسنة بعشر أمثالها، لا أقول الم حرف، ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف

[ Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah maka baginya satu kebaikan, dan setiap satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat kebaikan yang sama dengannya, aku tidak berkata ' alif kam mim ' satu huruf, akan tetapi ' alif ' satu huruf, ' lam ' satu huruf, dan ' mim ' satu huruf ] [ 3 ]

b. Mendapatkan derajat yang paling tinggi di hari kiamat kelak dan tingkatan yang paling agung.

Rasulullah bersabda ;

يقال لصاحب القرآن: اقرأ وارتق، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها

[ Dikatakan kepada ahli al-Qur'an pada hari kiamat, ' bacalah dan naiklah serta baguskanlah bacaanmu sebagaimana engkau membaguskannya di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu ada pada akhir ayat yang engkau baca ] [ 4 ]

c. Akan dipakaikan kepadanya jubah dan mahkota kemuliaan pada hari kiamat.

Rasulullah bersabda ; 

يجيء القرآن يوم القيامة فيقول: يا رب حله فيلبس تاج الكرامة، ثم يقول: يا رب زده فيلبس حلة الكرامة، ثم يقول: يا رب ارض عنه فيرضى عنه

[ Pada hari kiamat didatangkanlah al-Qur'an, kemudian berkata, ' Wahai Rabb pakaikanlah sesuatu kepadanya [ ahlul qur'an ].' maka dipakaikanlah kepadanya mahkota kemuliaan. Kemudian berkata lagi, ' Wahai Rabb tambahkanlah kepadanya, ' maka dipakaikanlah kepadanya jubah kemuliaan. Kemudian berkata lagi, ' wahai Rabb ridhailah ia, ' maka ia pun diridhai ] [ 5 ]

c. Akan mendapatkan syafaat darinya.

Rasulullah bersabda ; 

اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه

[ Bacalah al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya ] [ 6 ]

d. Mereka adalah kerabat Allah dan orang-orang dekat-Nya.

Rasulullah bersabda ;

إن لله أهلين من الناس. قالوا: يا رسول الله من هم؟ قال: هم أهل القرآن أهل الله وخاصته

[ Sesungguhnya Allah memiliki kerabat dari manusia. Dikatakan, ' siapa mereka ? ' Beliau menjawab, ' ahlu al-Qur'an, mereka adalah ahlullah dan orang-orang dekatnya ] [ 7 ]

Muhammad Fuad Abdul Baaqi menjelaskan ;

Ahlul qur'an : yakni para penghafal al-Qur'an yang membacanya siang dan malam, serta mengamalkannya.
Ahlullah : yakni wali-wali Allah yang memiliki kekhususan sifat di atas. [ 8 ]

e. Mereka adalah sebaik-baik makhluk.

Rasulullah bersabda ;

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

[ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur'an dan mengamalkannya ] [ 9 ]

Maka, yang masih muda dalam usianya, bertekad kuat dan bersungguh-sungguhlah dalam menghafal al-Qur'an, agar engkau menjadi ahlul qur'an. Janganlah pula kau lupa, iringilah tekadmu dengan niatan yang tulus semata-mata karena Allah, dan bersabarlah di dalamnya. Niscaya pertolongan dan kekuatan Allah akan datang menghampirimu.

Sesungguhnya, engkau lebih pantas dan berhak daripada mereka yang telah berusia senja. 

Belum ada kata terlambat wahai kawan, selama kau masih bisa menghela nafas, selama itu pula Allah masih memberimu kesempatan dan ruang untuk menjadi para penghafal al-Qur'an.


[ 4 ] Faidah Murajaah [ mengulang-ulang ] hafalan atau ilmu, dan urgensinya.

Dalam kisah Ummu Abdillah kita bisa melihat bagaimana kelemahan dan kekurangan diri karena termakan usia senja dapat dikalahkannya dengan ketekunan dan kesabaran untuk menghafal dan terus mengulang-ulang hafalannya, dan itu pun terjadi, dan ia benar-benar mampu dan hafal.

Bagaimana seringnya ia mengulangi hafalannya, hingga dalam shalatnya pun harus ia lakukan. Semua itu agar ilmu atau hafalannya benar-benar mutqin [ kuat ] dan tidak mudah hilang. Terlebih ia sudah dalam usia yang sangat senja.

Akan tetapi Allah telah menjadikan al-Qur'an itu sesuatu yang mudah untuk dihafal. Dan ini berlaku bagi siapa saja, tua atau muda, kemudahannya untuk dihafal tidaklah memandang usia. 

Allah berfirman ;

ولقد يسرنا القرآن للذكر فهل من مدكر

[ Dan sungguh, telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran ? ] [ 10 ]

Al-Qurthubi berkata ;

[ Kami mudahkan [ al-Qur'an ] untuk dihafal dan akan Kami bantu orang yang mau menghafalnya. Maka siapakah yang mau menghafalnya dan ingin dibantu ? ] [ 11 ]

Hanya saja menghafalnya dalam usia dini itu jauh lebih baik dan akan semakin melekat setelah dewasanya. Bukankah para ulama, mereka telah hafal al-Qur'an terlebih dahulu dalam usia dininya sebelum mempelajari disiplin ilmu syariat lainnya.

Bukankah kita sering mendengar pepatah berkata ;

[ Belajar di waktu kecil bagaikan menulis di atas batu, dan belajar di saat tua bagaikan menulis di atas air ]

Itulah faktanya, keduanya berjauh jarak bagai langit dan bumi. Begitu mudah dan cepat melekatnya anak-anak dalam menghafal ilmu, namun betapa sulitnya para sesepuh [ orang tua ] untuk menghafalnya.

Namun Rasulullah bersabda ;

تعاهدوا هذا القرآن، فوالذي نفس محمد بيده لهو أشد تفلتا من الإبل في عقلها

[ Ikatlah al-Qur'an ini [ dengan mengulang-ulang hafalannya ], demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh ia sangatlah mudah lepas daripada unta yang diikat ] [ 12 ]

Al-Hafidz Ibnu Abdil Bar berkata ;

[ Apabila al-Qur'an dimudahkan untuk dihafal dan mudah pula untuk hilang [ hafalannya ] jika tidak diikat [ dengan mengulang-ulangnya ], maka bagaimana dengan hafalan ilmu-ilmu lainnya selain al-Qur'an ! ] [ 13 ]

Sesungguhnya kelekatan ilmu hanya akan terjaga dengan dimurajaah [ diulang-ulang hafalan atau membacanya ulang ] dan diamalkan. 

Siapa yang mengaku pernah menghafal al-Qur'an, ribuan hadits Nabi, deretan kalam ulama, atau berlembar-lembar kitab, namun ia malas untuk mengulang-ulang hafalannya atau merasa cukup dan enggan membaca ulang kembali kitab-kitabnya, niscaya ia akan kembali kosong seperti awalnya ia belum pernah membaca atau menghafal ilmu satupun.

Letak kekuatan dan kelekatan ilmu adalah ada pada seringnya murajaah dan membacanya ulang. Kesulitan menghafal ilmu belumlah seberapa jika dibandingkan menjaga hafalan ilmu itu sendiri. 

Oleh karena itu, para ulama salaf sangatlah kuat dalam murajaah sebuah ilmu, karena mereka khawatir ia akan hilang dari ingatannya.

Contoh,

a. Adalah Ibnu Al-Jazari berkata, " Al-Hasan bin Abi Bakar An-Naisaburi berkata kepada kami, " Aku tidak memperoleh hafalan, melainkan setelah mengulanginya sebanyak 50 kali dan dahulu Abu Ishaq Al-Syirazi mengulangi pelajarannya 100 kali." 

b. Ibnu al-Jauzi berkata, " Al-Hasan berkata kepada Kami, " Ada seorang ahli fiqih yang sering mengulangi pelajarannya berkali-kali di dalam rumahnya. 

Maka neneknya berkata, " Sungguh demi Allah aku sendiri sudah hafal ", maka orang tersebut berkata, " coba ulangi kembali ", lantas ia pun mengulanginya.

Tatkala telah berlalu beberapa hari, orang itu berkata, " wahai nenekku, ulangilah pelajaran itu". Maka ia berkata, " Aku tidak menghafalnya lagi ". 

Ia berkata, " Aku mengulang hafalan ini agar aku tidak mendapatkan apa yang telah terjadi pada dirimu. " [ 14 ]

Pernah teman sekelasku, yang seorang hafidz dan rajin sekali murajaah berkata kepadaku ;

" Inti sebuah hafalan adalah pada murajaahnya, siapa yang rajin murajaah maka akan kuat hafalannya. Anak yang cerdas dan cepat dalam menghafal, namun malas dalam murajaah, maka ia akan lebih buruk dan akan kalah oleh anak yang biasa-biasa kecerdasannya dan sedang dalam proses menghafalnya, namun ia sangatlah rajin dan menjaga murajaahnya.

Begitu mudahnya menghafal, namun betapa beratnya menjaga murajaah.Maka jadilah kau mantan guru atau dokter,tapi jangan pernah terjadi pada dirimu untuk menjadi mantan hafidz [ penghafal al-Qur'an ] "

Dan nasihat beliau sangatlah luar biasa,ini menguatkan akan urgensinya sebuah murajaah,dan itu berlaku untuk semua ilmu.


[ 5 ] Al-Qur'an adalah kitab yang mudah dan dimudahkan untuk dihafal.

Kisah Ummu Abdillah membuktikan bahwa al-Qur'an adalah kitab yang mudah dan dimudahkan untuk dihafal oleh siapa pun, anak-anak, orang dewasa, atau orang tua, laki-laki dan perempuan, semuanya memiliki hak yang sama di dalamnya.

Allah telah menjamin sendiri akan kemudahannya untuk dihafal oleh siapa saja, sebagaimana dalam firman-Nya ;

ولقد يسرنا القرآن للذكر فهل من مدكر

[ Dan sungguh, telah kami mudahkan al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran ? ] [ 15 ]

Imam Al-Qurthubi menjelaskan maksud ayat di atas bahwa ;

[ Kami mudahkan [ al-Qur'an ] untuk dihafal dan akan Kami bantu orang yang ingin menghafalnya, maka siapakah yang ingin menghafalnya dan ingin dibantu ? ] [ 16 ]

Dan yang menjadi masalahnya sekarang adalah siapa dan mau atau tidak untuk menghafalnya !

Padahal Allah telah membuka satu jalan kemudahan di dalam menghafalnya dan akan membantunya, tinggal niatan yang tulus, tekad yang kuat, sabar dan bersungguh-sungguh. Dengan berbekal hal tersebut, niscaya Allah akan memberinya apa yang menjadi asa-nya.

Allah telah berfirman ;

والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين

[ Dan orang-orang yang berjihad [ bersungguh-sungguh ] untuk [ mencari keridhaan ] Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik ] [ 17 ]

Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang bisa hafal secara keseluruhan dan paling banyak penghafalnya di muka bumi ini. Padahal dalam al-Qur'an itu terdapat 30 juz yang terdiri dari 114 surat dan lebih dari 6 ribuan ayat dalam 604 halaman dalam cetakan Saudi, Mesir atau Libanon.
 
Dan banyak sekali ayat-ayat yang mirip redaksinya, atau terdapat pengulangan ayat yang sama, namun demikian parah hufadz [ penghafal yang mutqin ] tidak akan salah untuk membacanya lewat hafalannya.

Said bin Jubair berkata ;

[ Tidaklah ada satu kitab pun dari kitab-kitb Allah yang dibaca keseluruhannya secara hafalan kecuali al-Qur'an ] [ 18 ]

Hal ini pula diakui orang-orang kafir yang menjadi musuh islam.

a. Lorena Glary seorang wanita orientalis berkata ;

[ Sesungguhnya kami sekarang ini walaupun sedang gencarnya terjadi gelombang keimanan, tetapi kami menemukan ribuan manusia yang mampu mengucapkannya di luar kepala mereka, dan di Mesir saja terdapat banyak para penghafal al-Qur'an yang melebihi jumlah pembaca injil di seluruh daratan Eropa ] [ 19 ]

b. James Manetnis berkata ;

[ Setidaknya al-Qur'an adalah kitab yang paling banyak dibaca di alam semesta ini, dan pastinya ialah yang paling mudah untuk dihafal ] [ 20 ]

Bukti lain ia mudah dihafal bahwa para ulama zaman dulu atau sekarang, mereka telah hafal al-Qur'an secara sempurna semenjak usia belia sebelum balighnya.

a. Syaikh Muhammad bin Abdul wahab telah hafal al-Qur'an sebelum mencapai 10 tahun dari umurnya. [ 21 ]

b. Ibnu Hajar Al-Asqalani telah hafal al-Qur'an diusianya yang ke 9 tahun. [ 22 ]

c. Imam As-Syafii telah hafal Al-Qur'an diusianya yang 7 tahun. [ 23 ]

d. Abu Ja'far bin Jarhr Ath-Thabari telah hafal al-Qur'an saat usianya baru menginjak 7 tahun [ 24 ]

Dan masih banyak contoh-contoh lain tentang biografi para ulama yang telah hafal al-Qur'an dengan sempurna, meski usianya masih sangat dini. Kalau kita mau melek informasi tentang pondok tahfidz di seantero dunia, niscaya akan banyak kita temui anak-anak yang sudah sempurna menghafal al-Qur'an. 

Ini adalah karunia dan rahmat Allah atas umat islam, dan janji-Nya untuk memelihara keontetikan al-Qur'an hingga akhir zaman.

Mulailah dari diri kita untuk menjadi para penghafal al-Qur'an, tempa dan didiklah anak-anak kita untuk menjadi para penghafal al-Qur'an sebelum mereka menyibukan diri belajar dan menguasai disiplin ilmu-ilmu yang lain. 

Namun, perlu diingat pula bahwa hafalan al-Qur'an juga sangatlah mudah terlepas dari ingatan jika tidak dijaganya dengan baik dengan cara rutin membaca dan memurajaahnya. 

Rasulullah bersabda ;

تعاهدوا هذا القرآن فوالذي نفس محمد بيده لهو أشد تفلتا من الإبل في عقلها

[ Ikatlah al-Qur'an ini [ dengan membaca dan mengulang-ulanginya ], yang demi jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, ia sangatlah mudah lepas daripada unta yang diikat] [ 25 ]


[ 6 ] Ketekunan dan kesabaran, kunci untuk membuka pintu kesuksesan.

Dalam kisah Ummu Abdillah kita bisa melihat keuletan, kerajinan, ketekunan, dan kesabaran beliau dalam meniti asa-nya.

Beliau menyadari akan usianya yang sudah terbilang sangat sepuh [ tua ], terlebih jika dilihat dari neraca standar umur rata-rata manusia sekarang ini, bisa dikatakan siap-siap untuk kembali ke masa kekanak-kanakan alias pikun, yang identik dengan tingkah ngawurnya, lucu, kekanak-kanakan, dan pelupa.

Namun, beliau mampu menampik semua itu dari dirinya, dan inilah berkah sering banyaknya membaca, menghafal dan menulis. Bahwa hal itu akan mencegahnya kepikunan di usia senja, sebagaimana artikel yang pernah saya tulis tentang 10 manfaat menulis.

Beliau mengakui kesulitan menghafal yang luar biasa di usia senjanya, namun asa-nya menjadi penghafal al-Qur'an adalah target utama dalam hidupnya, kemuliaan yang harus teraihnya, maka ia harus ekstra dalam berusaha, tekun menghafal, rajin murajaah, sabar dalam meniti dan menanti keberhasilan asa hidupnya.

Lihatlah, bagaimana asa mulianya terbarengi ketekunan dan kesungguhan usaha. Ia berletih raga menghafal ayat per ayat setiap harinya, memurajaah hafalan dalam shalat dan di luar shalat, bergabung dengan halaqah [ kelompok ] tahfidz, ia buang rasa malu terhadap teman-teman halaqahnya yang jauh terpaut usia darinya, justru beliau sangat terbantu dengan keberadaan halaqah itu dalam menjaga semangat dan mengokohkan hafalan dan tajwidnya. 

Dan bermasa lama beliau bergelut dalam keletihan raga, berulet diri, bersungguh-sungguh dan sabar, akhirnya setelah perjalanan lamanya sekitar lebih dari 13 tahun beliau telah hafal al-Qur'an dengan sempurna.

Inilah salah satu bukti kebenaran akan janji Allah dalam al-Qur'an ;

a. Allah berfirman ;

والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين

[ Dan orang-orang yang berjihad [ bersungguh-sungguh ] untuk [ mencari keridhaan ] Kami, sungguh Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik ] [ 26 ]

Hanya orang yang bersunggu-sungguhhlah yang akan mendapat petunjuk dan jalan kemulian dari Allah. 

b. Allah berfirman ;

فإن مع العسر يسرا إن مع العسر يسرا

[ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan ] [ 27 ]

Ibnu Abbas berkata ; 

[ Allah berfirman, " Aku hanya menciptakan satu kesulitan, dan Aku ciptakan dua kemudahan, maka kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan ] [28]

Ibnu Mas'uda berkata ;

[ Demi jiwaku dalam genggaman-Nya, seandinya kesulitan itu masuk ke dalam batu, niscaya kemudahan itu akan mencarinya hingga ia ikut masuk ke dalamnya, karena kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan ] [  29 ]

Hal ini menegaskan bahwa Allah akan mendatangkan kemudahan setelah kesulitan yang menempanya.

c.  Allah juga berfirman ;

إن الله مع الصابرين

[ Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar ] [ 30 ]

Ma'iah [ kebersamaan ] Allah dengan orang-orang yang sabar ialah penjagaan dan pemberian pertolongan, kekuatan dan kemenangan kepada mereka.

Syaikh Az-Zarnuji menjelaskan bahwa ilmu itu akan diperoleh dengan enam perkara ;

- Dzaka [ kecerdasan ]
- Hirsun [ kesungguhan ]
- Ishthibarun [ kesabaran ]
- Bulghatun [ biaya ]
- Irsyadu Ustadz [ petunjuk dan pengajaran seorang guru ]
- Thulu Zaman [ waktu yang lama ] [ 31 ]

Ilmu adalah kemuliaan yang paling mulia bagi manusia. Terutama dan pertama adalah ilmu syar'i. Karena ilmu akan memuliakan si empunya. Dan Kemuliaan itu hanya akan diraih dengan ketekunan, sungguh-sungguh dan sabar. 

Bukankah orang-orang besar menjadi besar karena ketekunan dan sabarnya yang besar pula. Bukankah orang-orang mulia menjadi mulia karena usahanya yang mulia pula. Hanya orang-orang sukses ia menjadi sukses karena ia bersikap dan berperilaku sukses. 

Tiadalah KEMULIAAN teraih hanya dengan BERPANGKU TANGAN dan TIDURAN

Tiada cerita KEMULIAAN tergapai serasa MEMBALIKAN TELAPAK TANGAN

Siapa yang berharap tinggi, ber-asa besar, bercita-cita mulia, ber-ingin sukses, namun tiada karya, usaha, ketekunan, kesungguhan, keuletan, dan kesabaran mengiringi raganya, maka ia hanyalah seorang PENGHAYAL atau PENGANGAN-ANGAN ayam bertelur dalam air.


[ 7 ] Hafidz [ Hafal al-Qur'an ], jadikanlah ia cita-cita tertinggi dan paling mulia.

Kalau kau tanya adikmu yang masih kecil, atau anak-anak kecil lainnya. " Nak, kalau kau gede nanti kau pengin jadi apa ? "

Serentak mereka pun akan menjawabnya, meski ada yang malu-malu, " Aku pengin jadi dokter, aku jadi guru, polisi, presiden, tentara, dan yang lainnya. "

Mungkin satu dari jawaban anak-anak itu, pula menjadi jawabanmu dulu saat ibu atau bapakmu bertanya hal serupa kepadamu.

Namun, dari sekian jawaban anak-anak itu tak kau temui anak yang ingin menjadi seorang hafidz [ penghafal al-Qur'an ], dan orang tua pun jauh merasa bangga saat anak-anaknya menjawab dengan salah satu jawaban di atas.

Mungkin kalau ditilik dari kemapanan ekonomi, jawaban diatas memang benar adanya. Siapa orang tua yang tidak mau anaknya sukses nantinya, mapan ekonominya, sejahtera hidupnya. Semua orang tua berharap seperti itu. Dan semua manusia pun ber-asa demikian.

Tiada yang salah dari jawaban di atas, tiada tercela manusia ber-asa dan bercita-cita seperti anak-anak kecil itu, dan saya katakan bahwa cita-cita mereka sungguh mulianya. Karena cita-cita yang tinggi itu menuntut mereka untuk bersungguh-sungguh dan berkeras kerja dalam hidupnya. 

Karena tiada KEMULIAAN teraih dengan BERPANGKU TANGAN dan TIDURAN. Tiada KEMULIAAN terasa bagai membalikkan TELAPAK TANGAN.

Dan semua yang menjadi harapan anak-anak itu adalah kemuliaan, baik dan terpuji di tengah-tengah manusia.

Namun, ada yang termulia di antara kemuliaan-kemulian itu, ada yang terbaik di antara yang baik-baik itu, ada yang lebih terpuji di antara yang terpuji itu. Dan ia adalah menjadi seorang hafidz [ penghafal al-Qur'an ].

Al-Qur'an adalah pusaka yang termulia karena ia diturunkan dari Dzat Yang Maha Mulia. Dan para penghafalnya hanyalah orang-orang mulia yang akan dimuliakan oleh Dzat Yang Maha Mulia dan mereka pun akan mendapatkan kemuliaan dan kedudukan mulia dari-Nya, baik di dunia, terlebih di akhirat kelak.

Semua yang ada dalam al-Qur'an adalah kebaikan. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ummu Abdillah sendiri dalam kisahnya di atas ;

[ Kembalilah kepada al-Qur'an Al-Karim, karena semua hal yang ada di dalamnya adalah kebaikan, ia adalah cahaya bagi yang ada di dalam dada, penghilang kesedihan, serta penyejuk hati manusia ]

Allah pun telah menegaskan sendiri dalam kitab-Nya ;

الم تلك آيات الكتاب الحكيم هدى ورحمة للمحسنين

[ Alif laam miim, inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah. Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan ] [ 32 ]

وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين

[ Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ] [ 33 ]

وإنه لكتاب عزيز لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل من حكيم حميد

[ Dan sesungguhnya al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya [ al-Qur'an ] kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji ] [ 34 ]

Jadikanlah hafal al-Qur'an cita-cita pertama dan utama dalam hidupmu, menjadi semulia-mulianya asa dan target hidupmu yang harus kau diraihnya.
 
Kau sangat terpuji ber-asa menjadi dokter, guru, polisi, pilot, pengusaha, atau insinyur. Dan raihlah asamu itu dengan bersungguh-sungguh. Namun yang harus pertama dan utama kau raih adalah menjadi penghafal kalam Allah yang Maha Mulia, yakni al-Qur'an.

Jadilah kau dokter, tapi dokter yang hafal Qur'an. Atau guru, tapi guru yang hafal Qur'an. Atau polisi, tapi polisi yang hafal Qur'an. Atau presiden, tapi presiden yang hafal Qur'an. Atau pengusaha, tapi pengusaha yang hafal Qur'an. Atau insinyur, tapi insinyur yang hafal Qur'an. Atau .... atau yang lainnya, tapi kau harus hafal Qur'an.

Dengan demikian kau akan menjadi lebih mulia dan akan terus termuliakan karena al-Qur'an.

Seandai kau tak semapan dan semulia dalam hal materi kala besarnya, kau akan tetap mulia dan terangkat mulia karena ilmu yang kau punya, karena al-Qur'an yang terus menetap di dalam dadamu. Al-Qur'an tetap akan memuliakanmu meski kau dalam kesederhanaan materi yang ada. 

Dan sebagai orang tua, janganlah kau merasa bahwa mendidik anak-anakmu menjadi penghafal al-Qur'an dengan memasukannya ke pondok tahfidz atau halaqah tahfidz akan menghambat kemapanan eknomi dan kesehjahteraan hidupnya setelah besarnya.

Ingatlah, rizki manusia telah ditetapkan dan dibagi oleh Allah sedari manusia belum terlahirkan.

Allah sendiri telah berfirman ;

وما من دابة في الأرض إلا على الله رزقها ويعلم مستقرها ومستودعها كل في كتاب مبين

[ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainlan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata [ Lauh Mahfuzh ] [ 35 ]

Binatang melata : segenap makhluk Allah yang bernyawa.

Tempalah dirimu dan anak-anakmu menjadi para penghafal al-Qur'an.


[ 8 ] Masa mudamu, masa yang paling berharga dalam hidupmu.

Masa [ waktu ] adalah tumpukan detik-detik yang dititi oleh manusia dalam hayatnya.

Secara mutlak masa yang terpunya oleh manusia sebagai hibah dari Allah atasnya adalah penting seluruhnya. Terlebih Allah telah bersumpah dengannya dalam surat Al-Ashr. 

Dan tidak Allah bersumpah atas nama makhluknya melainkan karena ia memiliki kedudukan dan kemuliaan tersendiri di hadapan Allah.

Allah berfirman ;

والعصر إن الإنسان لفي خسر إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر

[ Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran ] [ 36 ]

Dalam ayat di atas Allah bersumpah atas nama masa, ini menunjukkan bahwa masa [ waktu ] memiliki urgensi dan kedudukan yang sangat mulia.

Hingga Dia menjelaskan bahwa manusia akan tetap berada dalam kerugian dan kebinasaan di setiap waktu yang terpunya kecuali mereka yang tersifati dengan empat sifat di atas.

Namun dari urgensi masa secara keseluruhan, ada satu masa yang lebih penting dan berharga dari yang lainnya. Yaitu MASA MUDA.

Secara akal dan nalar pun urgensi masa tersebut sangat tampak sekali. 

Bukankah orang yang terkukung sakit berhari-hari akan teringat dan merasa betapa berharganya masa sehat itu. Dan ia pun merasa sesal diri karena terlalu ceroboh serampangan dalam hal makan dan menjaga kesehatannya.

Pula dengan waktu mudamu, bukankah saat tuamu kau akan merasa sedih dan sesal sendiri di saat melihat masa mudamu terbuang sia-sia dalam perkara yang tiada manfaatnya sama sekali bagi dirimu dan untuk umat.

Bolehlah kau tak mau atau enggan memusingkan perasaanmu dengan hal di atas karena kau kini masih dalam waktu mudamu. 

Ya, itulah tabiat rata-rata manusia. Tak mengenal arti sehat kala sehatnya, padahal sakit pasti akan hadir menyapanya suatu saat. Tak mengenal arti masa muda saat masih dalam mudanya, padahal masa tua pasti akan menjadi jubahnya kelak.
 
Rasulullah telah memperingatkan sendiri kepada umatnya akan perkara ini dalam sabdanya ;

اغتنم خمسا قبل خمس: شبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك

[ Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima yang lainnya, - diantaranya - masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu ] [ 37 ]

Masa mudamu adalah masa puncak akan kekuatan ragamu, daya ingatmu, semangatmu, sehatmu dan tekadmu. Semakin kau menua, berangsur-angsur lemah dan menipis semua itu, akhirnya ia pun lenyap tanpa tersisa sama sekali saat ajal merenggut ruh di ragamu.

Di saat tuamu kau takkan mampu berbuat banyak layaknya mudamu dulu, masa tuamu sejatinya adalah masa tersenyum mengenang dan melihat karya dan usaha kerasmu di saat mudanya, bukan malah baru sadar dan hendak memulai untuk berkarya.

Mengapa saat kau tua baru sadar untuk berbuat yang harusnya terbuat di masa mudamu. Meski kau berusaha keras, namun kau takkan kuasa untuk maksimal meraihnya.

Masa mudamu adalah masa apimu yang bergejolak tinggi, masa yang haus untuk membakar semangat jiwamu dalam berkarya sebanyak-banyaknya.

Masa mudamu, masa saatnya kau mengumpulkan ilmu dan karyamu. Masa tuamu, masa saatnya kau tersenyum manis menatap dan mengenang masa mudamu yang penuh semangat dan bertumpuk karya. Itulah yang harus kau pikirkan dalam-dalam.

Bukankah kau sering mendengar pepatah ;

[ Berakit-rakit ke hulu, berenang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian ]

Berpayahlah dahulu di masa mudamu, baru bersenang-senang menikmati karyamu kemudian di masa tuamu. 

Jika sedari mudamu kau berletih raga dalam belajar dan berkarya, berapa banyak karyamu yang kan terkumpul kelak masa tuamu. Jika demikian, kau kan terheran sendiri atas apa yang terbuat olehmu dulu kala masa mudanya.

Namun, kala mudamu kau awali dengan senang-senang dan bersantai ria. Dan saat tuamu tiba, kau kan sedih dan menyesal lara. "Apa yang terbuat olehku dulu, mengapa tak satu karya pun yang membuatku tersenyum manis menghibur masa kelemahanku, tak ada satu pun karya yang pantas ku kenang indah menemani kerapuhanku saat ini?”

Di masa mudamu, banyak kerja keras yang harus kau telurkan, banyak karya yang harus kau hasilkan.

Kerahkanlah usaha kerasmu di masa mudamu untuk menelurkan karya yang bermanfaat bagi manusia banyak, apa pun bentuknya itu, selama itu baik dan banyak terfaidahkan oleh manusia. 

Maka bertekun dan bersabarlah dalam meraihnya. Niscaya kelak di masa tuamu kau akan tersenyum manis mengenangnya. Dan seandinya kau telah tiada di alam ini, manusia pun akan tetap mengingat dan mengenang karya baik budimu kala hayatmu.

Tiada kata terlambat untuk memulai dan berkarya. Maka, mulailah dari detik ini pula.

Bagi yang baru tersadar di kala senjanya, tiada pula kata terlambat baginya. Selama mentari belum terbenam.


[ 9 ] Wanita shalihah, sebaik-baik perhiasan dunia.

Dalam kisah Ummu Abdillah tersirat ibrah [ pelajaran ] lain bagi kita yang terpetik faidah darinya, terutama kaum hawa.

Perhatikanlah, bagaimana Ummu Abdilah yang seorang wanita sangat berazam menjadi penghafal al-Qur'an, bahkan asa-nya itu menjadi target utama hidup yang harus diraihnya.

Al-Qur'an seluruhnya adalah ilmu, dan ia diturunkan dari Dzat Yang Maha Mulia untuk menjadi petunjuk bagi hati manusia.

Sementara ilmu adalah cahaya, dan ia hanya akan terberikan kepada mereka yang berhati suci dan bersih.

Lihatlah apa yang dinasihatkan oleh Waqi [ guru Imam Syafi'i ] di saat Imam Syafi'i mengadu perihal buruknya hafalan.

“ Saya mengadu kepada Waqi jeleknya hafalan saya

Beliau menyuruh saya untuk meninggalkan maksiat

Beliau memberitahu saya bahwa ilmu adalah cahaya

Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat “ [ 38 ]

Secara tersirat nasihat di atas memerintahkan agar manusia menjauhi segala bentuk perbuatan dosa dan maksiat, terlebih mereka para penghafal al-Qur'an. Karena al-Qur'an adalah cahaya, dan ia tidak akan pernah bersarang di dada-dada orang yang suka bermaksiat dan berbuat dosa kepada Allah.

Dan inilah yang diharapkan oleh Ummu Abdillah, menjadi wanita shalihah dengan menjadi penghafal al-Qur'an. Karena dengan menghafal al-Qur'an menuntut dirinya untuk benar-benar menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.

Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.

Rasulullah bersabda ;

الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة

[ Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah ] [ 39 ]

Jadilah kau wahai para wanita sebaik-baiknya perhiasan dunia, yaitu menjadi wanita shalihah. Karena kelak kau akan menjadi ibu dan pendidik pertama dan utama bagi anak-anakmu. Hanya wanita shalihahlah yang akan memperhatikan dengan baik tentang pendidikan agama, akhlak dan perilaku anak-anaknya.

Keluarga adalah Madrasah pertama dan utama yang akan dienyam oleh seorang anak.  Dan sang ibulah yang memegang tali kekang akan baik buruk pendidikan anak-anaknya. Karena wanita yang shalihah mengerti akan kewajibannya dan hak-hak yang harus tertunaikan kepada anak-anaknya.

Pula, wanita shalihah mengerti akan posisinya sebagai isteri bagi suaminya. Ia pun tahu apa saja hak dan kewajiban yang harus tertunaikan kepada suaminya. Dan wanita shalihah menjadi tumpuan akan kebaikan keluarga dan anak-anaknya. Ia menjadi penyejuk dan sumber keharmonisan sebuah keluarga.

Rasulullah bersabda ;

ألا أخبرك بخير ما يكنز المرء؟ المرأة الصالحة، إذا نظر إليها سرته وإذا أمرها أطاعته وإذا غاب عنها حفظته

[ Maukah aku kabarkan kepadamu [ Umar ] tentang sebaik-baik apa yang disimpan oleh seseorang? Yaitu wanita shalihah, jika ia memandangnya, membuatnya senang. Jika ia menyuruhnya, ia taat. Jika ia meninggalkannya, ia menjaga [ kehormatan dan harta suaminya ] [ 40 ]

Demikianlah di antara sifat wanita shalihah, ia adalah dambaan bagi kaum adam, terlebih seorang muslim yang shalih.

Tak ada di dunia ini seorang lelaki yang tak menginginkan memiliki isteri seorang wanita yang shalihah. Menjadi fitrah dan tabiat manusia untuk memiliki isteri yang baik, hingga sebejat-bejatnya manusia ia pasti mengharapkan memiliki pendamping hidup seorang wanita shalihah.

Wahai kau wanita shalihah, janganlah kau tergiur oleh ajakan dan penampilan para perempuan yang berada di sekelilingmu. Karena kemuliaan-kemuliaan yang ada pada dirimu kini adalah kemuliaan sesungguhnya yang Allah anugerahkan padamu.

Sementara para perempuan itu, kemuliaan dan apa saja yang mereka banggakan darinya, baik berupa harta, penampilan, kecantikan yang dijajakan, ketenaran dan sanjungan manusia terhadap dirinya, semua itu hanyalah kamuflase dan kenikmatan sesaat. 

Kebaikan dan kemajuan masyarakat sangatlah bergantung pula pada dirimu, wahai para wanita shalihah. Maka janganlah dirimu menjadi sumber penyulut fitnah manusia, yang akan menghancurkan kebaikan dan kemajuan umat manusia.

Rasulullah bersabda ;

ما تركت بعدي في الناس فتنة أضر على الرجال من النساء

[ Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalanku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada fitnah wanita ] [ 41 ]

فاتقوا الدنيا واتقوا النساء فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء

[ Jauhilah [ fitnah ] dunia dan [ fitnah ] wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah fitnah wanita ] [ 42 ]

Maka,jadilah kau wahai para wanita sosok yang dekat dengan al-Qur'an [menjadi penghafalnya dan berakhlak dengannya ],agar kau tak menjadi penyulut api fitnah bagi kehancuran umat manusia.

Dan didiklah anak-anakmu,terutama puterimu agar cinta dan dekat dengan al-Qur'an, menjadi penghafalnya dan berakhlak dengannya. Karena jika puterimu jauh dari al-Qur'an,  kelak ia akan menjadi salah satu penyulut api fitnah manusia.


[ 10 ] At-Tadaruj [ step by step ], sebuah kelaziman.

At-tadaruj atau step by step atau berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit adalah sebuah keharusan yang mesti dilewati oleh manusia dalam meraih asa-nya.

Ia adalah kaidah alam yang secara nalar pun sering kita temui di sekeliling kita. 

Bukankah keberadaanmu kini berawal dari janin yang kecil dalam perut ibumu ataukah kau langsung terlahir utuh seperti sekarang ini ?

Perhatikanlah firman Allah berikut ini ;

هو الذي خلقكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم يخرجكم طفلا ثم لتبلغوا أشدكم ثم لتكونوا شيوخا ومنكم من يتوفى من قبل ولتبلغوا أجلا مسمى ولعلكم تعقلون

[ Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setets mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. [ Kami perbuat demikian ] agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti ] [ 43 ]

Demikianlah penciptaanmu di buat secara berangsur-angsur.

Pula demikian dengan idahnya kupu-kupu yang penuh warna-warni, bukankah lazim baginya untuk bermetamorfosa dari seekor ulat yang menggelikan bagi sebagian orang agar bisa menjadi sebuah kupu-kupu indah menawan yang disenangi oleh semua manusia ?

Dan bukankah buah pisang yang enak dimakan adalah tertumbuh dari sebuah tunas kecil yang menyeruak dari dalam tanah ?

Atau hutan belantara yang lebat adalah tumpukan tetumbuhan dan pepohonan yang telah berpuluh tahun bercokol di sana, bukan !

Al-Qur'an pun demikian, yang mana ia adalah petunjuk dan pedoman hidup manusia. Ia diturunkan oleh Allah secara berangsur-angsur ke dalam dada Rasulullah - shallallohu alaihi wa sallam - supaya menancap kuat dan tetap di dalamnya.

Allah berfirman ;

وقال الذين كفروا لولا نزل عليه القرآن جملة واحدة كذلك لنثبت به فؤادك ورتلناه ترتيلا

[ Dan orang-orang kafir berkata, ' mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus ? ' Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu [ Muhammad ] dengannya dan Kami membacakannya secara tartil [ berangsur-angsur, perlahan dan benar ][ 44 ]

Hikmah darinya, bahwa Rasulullah sendiri menerima ilmu dari Allah ditempuhnya secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur. Hal ini agar ilmu itu benar-benar menetap kuat dan meresap di dalam hati. 

Demikianlah fitrah manusia, termasuk dalam diri Rasulullah.

Maka, kita sebagai manusia biasa, lebih berhak lagi dalam menimba ilmu untuk bertadaruj [ bertahap ] dan tidak tergesa-gesa dalam mencarinya.

a. Pelajarilah pembahasan yang ringan-ringan dulu. Kalau dalam masalah aqidah pelajarilah apa yang menjadi kewajiban seorang muslim, makna aqidah, macam-macam tahuid, dan seterusnya. 

Janganlah langsung mempelajari syubhat-syubhat dalam masalah asma wa sifat berikut bantahannya, misalnya. Karena hal ini akan memusing diri karena belum adanya dasar-dasar tentangnya.

b. Dalam masalah fiqih, pelajarilah bab taharah, shalat, dan seterusnya.

Janganlah membahas ikhtilaf ulama tentang tema-tema fiqih di atas. Karena belum adanya dasar-dasar yang kuat tentangnya.

c. Dalam hafalan Qur'an, mulailah dari surat-surat yang pendek dulu, seperti juz 30, 29 dan 28. Baru kalau sudah terbiasa dengan hafalan, beranjak ke juz atau surat yang lebih panjang.

d. Dalam membaca kitab, terutama kitab gundul, bacalah kitab-kitab yang ringan dalam bahasa dan pembahasannya, janganlah langsung membaca Al-Mughni dalam bab fiqih, misalnya. Bacalah kitab seperti Mulakhas al-Fiqhiyyah karya syaikh Shalih al-Fauzan, atau Al-Fiqh Al-Manhaji dalam fiqih Imam Syafi'i.

Dan seterusnya tentang contoh-contoh yang lain.

Intinya, bertahap dan bersabarlah dalam menimba ilmu. 

Jangan mentang-mentang sudah belajar ngarab, padahal baru setahun masanya. Sudah belagu membaca kitab-kitab besar dengan bahasa dan pembahasan yang sulit, sementara mempelajari kitab-kitab yang ringan bahasa dan bahasannya serasa berat atau terasa terlalu enteng memandangnya.

Kita membaca bukanlah untuk dikata " wah ". Wah kau sudah bisa baca al-Mughni, wah ternyata kau sering baca Tafsir al-Qurthubi, dan seterusnya.

Kita belajar dan membaca adalah untuk mendapatkan ilmu dan kemudian diamalkan.

Mempelajari dan membaca yang ringan terlebih dahulu, kemudian kita benar-benar paham dan teramalkan, itu jauh lebih baik dan lebih bermanfaat daripada berkutit pada masalah khilaf antar ulama, yang memusingkan dan sulit difahami.

Berangsur dan bersabarlah di dalamnya, tempuhlah tahapan-tahapan itu, ada waktunya kau akan sampai untuk membaca dan mempelajarinya. 

Karena kaidah di atas tidak lain agar ilmu yang kau pelajari benar-benar meresap dan menetap dalam hati, dan kemudian bisa teramalkan dengan baik.

Demikianlah yang dimaksudkan oleh Allah, sebagaimana Dia telah menetapkan al-Qur'an dalam hati Rasulullah dengan menurunkannya secara berangsur-angsur.


Wallohu a'lam bishowab


------------------------------------

[ 1 ]  QS. Yusuf ; 111
[ 2 ] Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur'an, Hamdan Hamd Al-Hajri, versi terjemahan, penerjemah Hisyam Ubaidillah Bukkar, Darus Sunnah, hal 153-154
[ 3 ] HR. At-Tirmidzi ; 2910
[ 4 ] HR. Abu Dawud ; 1464
[ 5 ] HR. At-Tirmidzi ; 2915
[ 6 ] HR. Muslim ; 804
[ 7 ] HR. Ibnu Majah ; 215
[ 8 ] Sunan Ibnu Majah, Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baaqi, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyyah, 1 / 78
[ 9 ] HR. Bukhari ; 5027
[ 10 ] QS. Al-Qamar ; 17
[ 11 ] Tafsir Al-Qurthubi, Al-Qurthubi, Dar Al-Kutub Al-Mishriyyah, 17 / 134
[ 12 ] HR. Muslim ; 791
[ 13 ] Hilyah Tholib Al-Ilmi, Bakar Abu Zaid, Dar Al-Ashimah, 178
[ 14 ] Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur'an, Hamdan Hamud Al-Hajiri, versi terjemahan, Darus Sunnah, 119-120
[ 15 ] QS. Al-Qamar ; 17
[ 16 ] Tafsir Al-Qurthubi, Al-Qurthubi, Dar Al-Kutub Al-Mishriyyah ; 17 / 134
[ 17 ] QS. Al-Ankabut ; 69
[ 18 ] Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur'an, Hamdan Hamud Al-Hajiri, versi terjemahan, Darus Sunnah, 23
[ 19 ] Ibid, 24
[ 20 ] [ Ibid ; 24
[ 21 ] Hayatu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Sulaiman bin Abdurrahman Al-Huqail, Maktabah Al-Malik Fahd Al-wathaniyyah, 27
[ 22 ] Al-Ishobah Fi Tamyizi As-Shahabah, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah ; 1/94
[ 23 ] Tasynifu Al-Asma' Syarh Mukhtasar Abi Syujaa', Nayif bin Ali bin Abdillah Al-Qaffaari, 8
[ 24 ] Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur'an, hal 26
[ 25 ] HR. Muslim ; 791
[ 26 ] QS. Al-Ankabut ; 69
[ 27 ] QS. Al-Insyirah ; 5-6
[ 28 ] Tafsir Al-Qurthubi, Imam Al-Qurthubi, Dar Al-Kutub Al-Mishriyyah, Al-Qohirah, 20/107
[ 29 ] Ibid, 20/107
[ 30 ] QS. Al-Anfal ; 46
[ 31 ] Syarh Ta'lim Muta'alim, Az-Zarnuji, Pustaka Al-Uluwiyyah Semarang, 15
[ 32 ] QS. Luqman ; 1-3
[ 33 ] QS. Al-Isra' ; 82
[ 34 ] QS. Fushilat; 41-42
[ 35 ]  QS. Hud ; 6
[ 36 ] QS. Al-Ashr ; 1-3
[ 37 ] Sunana Al-Kubro Li An-Nasai, no 11832
[ 38 ] 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, Abu Qa'qa' Muhammad bin Shalih Alu Abdillah, versi terjemahan, Pustaka Elba, hal 142
[ 39 ] HR. Muslim 1467, An-Nasai; 3232
[ 40 ] HR. Abu Dawud; 1664. Al-Albani menghukumi hadits ini dhaif secara sanad, namun maknanya shahih
[ 41 ] HR. Muslim; 2741, At-Tirmidzi; 2780
[ 42 ] HR. Muslim; 2742, Ahmad; 11169
[ 43 ] QS. Al-Mu'min ; 67
[ 44 ] QS. Al-Furqan ; 32 
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog