Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

MAULID NABI, ANTARA CINTA DAN DUSTA


Perlu kah hari kelahiran Nabi dirayakan ?

Jika, jawabanmu IYA. Mengapa perlu untuk di rayakan olehmu ? 

Karena ia adalah bentuk kecintaan umatnya akan beliau. Pula banyak sekali kebaikan-kebaikan yang terdapat di dalamnya,seperti pengajian akan sejarah kelahiran beliau dan awal dakwahnya, pembacaan shalawat, dzikir, do'a dan yang lainnya.

Inilah satu di antara argumen yang sering terdengar dari lisanmu yang mengamini perlunya peringatan maulidan.

Dan yang paling kuat terdengungkan darimu bahwa perayaan maulidan adalah wujud kecintaan umat akan Rasulullah.Siapa yang mencint ai Rasulnya, ia akan dikumpulkan bersamanya di hari kiamat kelak.

Kerap kali tumpukan dalil dan ta'lil disodorkan kepadamu untuk membantah keabsahan maulidan,namun semua tetap termentahkan dan kau selalu bisa mengelak darinya.

Bolehlah kau mengelak, tak mengapa kau mementahkan dalil dan ta'lil sahih yang disampaikan para ulama. Itu hak kamu,dan konsekuensinya pun berarti siap ditanggungnya olehmu.

Ibnu Mas'ud pernah berkata ; 

كم من مريد للخير لا يدركه

[ Berapa banyak pengharap kebaikan namun tiada pernah mendapatkannya ]

Kau berharap menjadi pecinta sejati Rasulullah, tapi cintamu hanya termekar dalam sehari, atau semalam, atau beberapa jam saja dalam acara maulidan, entah berupa pengajian, shalawatan, dzikir, atau doa. Selepas itu mana bukti cintamu ?

Cukupkah kau dikata pecinta sejati tapi berbuat apa yang tidak disukai oleh orang yang kau cintai ?

Kau mencintai ibumu, bukan? Ya, karena ibu adalah manusia super yang telah banyak berjasa dalam hidupmu. 

Jika ibumu tak suka anak-anaknya mandi selepas maghrib. Tentu kau takkan melakukannya sebagai bentuk kecintaan kepadanya. Jika kau tetap melakukannya berarti kau anak pembangkang dan pembangkanganmu bukanlah wujud kecintaanmu pada ibumu.

Jikalau kau anak bungsu,dan ibumu telah meninggal di saat usiamu baru berumur 2 tahun,mungkin kau boleh berkata pada kakak-kakakmu setelah dewasamu, " Mana bukti bahwa ibu melarangku untuk mandi setelah maghrib ? "

Itulah kilahmu,bahwa ibumu tak melarangmu untuk mandi selepas maghrib.Tapi ketidaksukaan ibumu akan mandi sehabis maghrib bagi anak-anaknya adalah perkara yang sudah ma'lum di antara kakak-kakakmu.

Kakak-kakakmu adalah manusia yang hidup dekat dengan ibumu dan mereka yang paling tahu tentang karakter ibumu atau kesukaan dan ketidaksukaan ibumu. 

Dan ketika kakakmu tahu bahwa mandi setelah maghrib adalah kebiasan anaknya yang tidak disukai oleh ibumu, mereka pun tidak pernah melakukannya, karena mereka ingin menjadi anak yang baik, bakti, patuh dan taat pada ibunya. Bakti dan kepatuhan mereka akan ibunya adalah bentuk kecintaan sejatinya.

Sementara kau sebagai anak bungsunya, yang belum kenal karakter dan apa yang menjadi kesukaan atau ketidaksukaan ibumu terhadap anak-anaknya, menganggap bahwa mandi selepas maghrib tidaklah mengapa. Kau anggap karena ibumu tak pernah melarangmu tentangnya.

Saya katakan, IYA. Ibumu memang tidak pernah berkata, atau melarangnya dengan lisan, atau mengisyaratkan ketidaksukaan tentangnya padamu, baik dengan tingkah atau lisannya. Hal ini karena ibumu telah meninggal saat kau masih balita. Sehingga ia tak sempat melakukannya padamu.

Namun, pengetahuan para kakakmu yang telah bermasa tahun tinggal bersama ibumu dan kebiasaan mereka hasil didikan atau tempaan akhlak oleh ibumu adalah pesan atau ajaran secara tidak langsung terhadap dirimu. 

Seandai ibumu hidup sampai usia dewasamu, tentu ibumu pun akan mengajarkan dan menanamkan akhlak seperti saat menanamkan dan mengajarkannya kepada kakakmu. Karena ibumu tak hidup sampai usia dewasamu, maka contohlah kebaikan akhlak dan kebiasaan yang dilakukan oleh kakak-kakakmu. Karena mereka adalah buah didikan dan pengajaran mulia dari ibumu.

Jika kau menyelisihi mereka, itu adakah bukti ketidakbaktian dan ketidakcintaanmu terhadap ibumu. 

Karena pecinta sejati hanyalah mereka yang selalu berada dalam ketaatan dan ketundukan terhadap perintah atau keridhaan sang kekasih yang sangat dicintainya.

Jika, kau mengaku pecinta sejati Rasulullah, maka taatilah apa yang menjadi perintahnya dalam setiap waktunya. Dan contohlah para sahabat Nabi bagaimana mereka mengaplikasikan kecintaannya kepada Rasulullah. Karena mereka adalah manusia yang paling dekat dengannya, paling tahu karakternya, dan paling cinta kepada beliau.

Rasulullah pernah bersabda ;

فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ

[ Sesungguhnya, siapa di antara kalian yang hidup setelahku akan menemui perselisihan yang banyak, maka [ ketika itu ] hendaklah kau berpegang dengan sunnahku dan sunnahnya para Khulafaurrasyidin yang telah mendapatkan petunjuk, pegang eratlah ia, dan gigitlah ia dengan gerahammu ] [ HR. Abu Dawud; 4607,Ibnu Majah ; 42 ] 

Cukuplah kau menjadi pencinta sejati Rasulullah dengan meneladani mereka dan berpegang teguh dengan sunnah-sunnahnya.

Bercukup diri dengan sunnah [ Rasulullah dan sahabatnya ] jauh lebih baik daripada bersungguh dan berletih diri dalam perkara bid'ah.

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog