Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Puncak Bogor Di Lembah Ibu Kota


Kawasan puncak Bogor, siapa yang tak mengenalnya, kawasan yang dikenal dengan hawanya yang dingin menusuk kulit, asri pemandangan alamnya, eksotik, dan menjadi tujuan liburan akhir pekan terutama mereka yang berduit manusia Ibu Kota. Makanya tak heran beragam Villa menjamur di sana sini. Masing-masing menawarkan penginapan dengan beragam pelayanan yang akan memanjakan hati, mulai dari pemandangan alamnya, keasrian lingkungan sekitar, dan hawa dingin yang sangat cocok untuk menghilangkan kepenatan selama sepekan beraktivitas.

Saya sendiri telah merasakan keindahan dan hawa dinginnya yang tak tebayangkan sebelumnya. Itu terjadi saat saya ikut sebuah acara dauroh di sebuah villa sebulan sebelum Ramadhon yang lalu. Kurang lebih saya tinggal di villa itu sebulan lamanya. Suasana puncak yang tak terbayangkan sebelumnya oleh saya, karena dari dulu saya hanya bisa lewat tapi belum pernah tinggal walau sehari saja.

Dan di acara dauroh itulah saya membuktikan sendiri kebenaran cerita orang-orang akan keindahan dan hawa dingin yang menjadi kekhasan kawasan puncak itu. Singkat cerita, dalam kurun sebulan tinggal di villa itu, saya akui hanya bisa mandi sekali saja dalam seharinya, dan itupun saya lakukan saat menjelang waktu dzuhur kala mentari meninggi di tengah langit. Ajibnya panas matahari saat itu tak terasa panasnya sama sekali, hanya rasa hangat bercampur dingin kala hembusan angin menembus celah-celah baju. Itulah panas yang paling terasa saat kita tinggal di puncak Bogor.

Ajibnya lagi, keringat tidak pernah saya temui mengalir dari ragaku, akibatnya kaos yang saya kenakan tak pernah terasa bau meski telah saya pakai dua hingga tiga hari. Dan sumber airnya begitu melimpah, entah air yang memenuhi kolam, pesawahan, bak-bak mandi, atau kali-kali yang mengalir di sekitarnya. Ternyata air itu bersumber dari alam pengunungan di atasnya, bukan dari sumur-sumur galian atau sumur bor. Dan air itu mengalir cukup derasnya dengan kebeningan yang mencengankan pandangan mata.

Itulah sekilas suasana kawasan puncak Bogor yang masih dan akan terus terkenang dalam benak saya. Karena suasana itu telah memberikan kenangan indah tersendiri dalam hidupku dan ingin sekali bisa mengulangnya meski hanya beberapa hari saja. Mudah-mudahan harapan itu segera terwujud adanya, meski hanya sekedar rekreasi atau jalan-jalan saja, hanya sekedar melepas dan bernostalgia dengan dingin dan eksotis alamnya.

Sebelum asa itu terwujud, ternyata kenangan puncak justru menyambangi saya terlebih dahulu yang masih tinggal di Ibu Kota, meski ia hanya berupa kesan dingin puncak yang terasa, tapi hawa dingin itu telah mengingatkan saya akan keindahan, keasrian dan hawa dingin kawasan puncak.

Saya benar-benar merasakan keberadaanya, mungkin pula dengan anda semua. Padahal beberapa tahun sebelumnya saya belum pernah merasakan suasana dingin puncak terjadi di lembah Ibu Kota. Dan sungguh itu terjadi, lembah Ibu Kota yang dikenal dengan hawa panas dan sumuk, baik panas luar maupun dalam, ternyata beberapa saat bisa termanjakan dengan dingin puncak yang menyelimuti seluruh lembah Ibu Kota.

Puncaknya, suasana itu saya rasakan pada hari Selasa, rabu, dan kamis pekan ini. Hembusan angin yang membawa dingin ternyata menambah dingin terasa saat hampir dua hari lebih lembah Ibu Kota di guyur hujan dan gerimis yang tak kunjung reda. Hampir selama itu matahari pun tak pernah terlihat wujudnya, karena mendung langit telah menahan sinar mentari untuk menusuk sampai ke hamparan lembah Ibu Kota.

Dan kondisi itu membuat saya terus tergulung dalam selimut dan sarung kala siang terlebih malam harinya. Hal ini persis seperti yang saya alami saat masih tinggal di salah satu Villa puncak Bogor. Dan selama itu pula saya tak merasakan keringat mengalir dari ragaku dan beberapa kaos pun tak cepat beraroma tidak sedap seperti hari-hari bisanya yang dalam sehari saja sudah memaksa diri untuk menggantinya.

Suasana itu lebih berkesan lagi dalam benakku di saat saya masih dalam masa ujian akhir semester. Apa yang akan terasa, dinginnya hawa udara merayuku untuk bergulung diri dalam selimut dan sarung. Tapi di sisi lain saya harus berjaga diri melebihi hari-hari biasaya untuk menghadapi soal-soal ujian akhir semester. Inilah dilema yang sangat terasa saat puncak bogor menyelimuti lembah Ibu Kota. 

Tapi, hari jum'at ini sudah mulai pudar suasana puncak bogor di lembah Ibu Kota ini, meski ia masih meninggalkan bekas-bekas yang cukup terasa oleh saya. Dan kini sinar matahari telah mulai menyapa lembah Ibu Kota, berangsur-angsur mengembalikan suasana asli Ibu Kota yang panas dan sumuk.

Baik panas luar karena persaingan berjuta manusia dalam mempertahankan hidup atau meninggikan status diri di atas manusia lainnya, atau panas dalam karena keringnya berribu hati manusia dari siraman rohani dan ketenangan jiwa, mengorengnya hati karena jamur-jamur kedengkian dan rasa benci akan manusia lain, atau sikap apatis terhadap saudara-saudaranya yang berpayah diri hanya untuk bertahan diri dari kebinasaan raga.

Dan itulah wajah asli Ibu Kota, panas dan sumuk, panas luar maupun dalam, siapa saja yang bersinggah di lembah ini pasti ia akan merasakan benar adanya. Dan siapa yang tak memiliki benteng diri yang kuat pasti ia akan terbakar oleh percikan api dan terbakarlah ia.

Berbekallah diri dengan keimanan, kepribadian dan akhlak yang terpuji sedini mungkin sebelum kau turun ke suatu lembah, terlebih lembah Ibu Kota Jakarta. Dan harapan saya, jadilah kamu termasuk saya segenggam air es atau hembusan angin lembut menyatu dan berintegritas yang akan menyelimuti lembah jakarta dengan hawa dingin dan kesejukan seperti suasana puncak bogor di sana. Janganlah kita menunggu karya manusia lain, mulailah dari diri kita sendiri kawan !


Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog