Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

KERE akhir TAHUN 2012


Keren bukanlah kere [ miskin tak berpunya ], tapi kere tak bisa membatasi diri untuk keren, setidaknya pernah berlaga keren. Kamu pasti pernah merasa atau bergaya keren di hadapan yang lain, terlebih di depan cewek atau akhwat bagi yang mengaku ikhwan. Atau di hadapan cowok atau ikhwan bagi yang merasa akhwat.

KEREN : tampak gagah, tangkas, galak, garang, atau berpakaian dan berdandan rapi.

KERE   : miskin tak berpunya harta untuk kebutuhan sehari-hari tersebab penghasilan yang tak tercukupkan.

Kamu boleh keren meski kere, itu tak tercela. Tapi merasa selalu keren dan tak merasa kere padahal kere, itulah keren si kere yang cela.

Janganlah keren yang cela menjadikanmu seperti si kera. Malu seribu kemaluan menatap diri dan rupa di depan cermin. Padahal itulah dirimu sebenarnya. Kera takkan berbalik wujud menjadi kita di depan cerminnya. Pula kita takkan berubah menjadi kera saat bercermin rupa. Tapi akuilah dirimu apa yang terpunya, dan syukuri apa adanya hidup adalah anugerah, kata D’MASIV.

Jadilah kamu si kere apa adanya, jangan merasa tinggi di puncak gunung padahal kamu masih tinggal di lembah dalam kerendahan, pula janganlah kerendahan tempatmu menetapkan diri di lembah tanpa mau mendaki.

Tingginya gunung hanya terasa bagi yang pernah berdiri di puncaknya. Sekedar menatap puncak gunung dari kelembahan hanyalah tanda tanya dan bukanlah titik. Tapi, ingat bahwa tingginya gunung karena adanya lembah di bawahnya. Saat di puncak ingatlah lembah, janganlah berhalusinasi menggapai awan di atasnya. Karena itu akan membuatmu jatuh dalam kekonyolan.

Keren bukanlah kere seperti yang saya katakan sebelumnya. Tapi kere harta takkan pernah menjadi perisai penghalang untuk bisa keren.

Keren tidaklah terbatas bermakna seperti sebelumnya. Tapi keren secara mutlak berarti penilaian terbagus akan karya terbaik seseorang.

Wah, tulisanmu keren banget, idemu keren abis, lukisanmu keren bro, atau semisalnya. Keren tidaklah terbatas pada penampilan akan gaya hidup atau style busana. Keren lebih dari itu, karena keren adalah nilai atau pujian terbagus akan karya terbaik seseorang.

Kamu bisa keren tanpa harus bermodal harta, kamu akan tetap bisa ber-keren meski bermiskin papa. Keren bisa tergali dari belajarmu, tulisanmu, idemu, prestasimu, akhlakmu, perilakumu, atau yang lainnya. Tapi, ingatlah, bukanlah berarti kamu melakukan semua itu semata-mata demi lima huruf ” K-E-R-E-N “. Karena itu adalah ria yang akan menelurkan rasa ujub diri dalam hati.

Si kere harta janganlah bersedih bergalau, karena dalam ke-kere-an yang terpunya toh kamu masih berkesempatan ber-keren yang akan merubah ke-kere-anmu kelak. Kehidupan tidaklah statis, ia dinamis dan terus berputar bagai sebuah roda. Kini kau berkere harta, tapi sepuluh tahun kemudian kamu bisa ber-kaya harta, atau sebaliknya. Kini kau dalam tangis, siapa tahu besok kau tersenyum manis.

Si kere harta janganlah bersedih bergalau, tapi menangis dan bersedihlah saat kau ber-kere hati, kere ilmu, kere doa atau ibadah, dan kere kebaikan, tapi malah ber-kaya dosa dan keburukan.

Kamu boleh ber-kere harta, tapi berusahalah untuk ber-kaya hati, ilmu dan kebaikan. Atau malah kere kedua-duanya, maka saatnya kini kamu bangkit berdiri, berkaca diri dan berusaha untuk ber-kaya kedua-duanya. Setidaknya ber-kaya untuk yang kedua, niscaya yang pertama akan ikut terkayakan.

Wallohu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog