Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Ego-nya Sebagian Anak yang Cingkrang Berjenggot


Ente mungkin sering mendengar celotehan masyarakat awam, " mas bro, tuh siapa sih anak blagu banget, lewat depan kite gak mau senyum apalagi nyapa, kayak kucing alas aja [ hutan ], kecut gue liat mukaye " tukas Ame yang duduk didepan warung Babeh.

Babeh pun penasaran, " yang mana sih Me ? "

" Itu lho dua kencur yang barusan lewat, berjenggot dan cingkrangan " tegas Ame sembari menunjuk ke arah dua anak yang terus berjalan menyusuri gang Asnawi.

Kejadian itu kerap kita temui di tengah-tengah kita, sebagian anak cingkrang berjenggot bermuka masam, kecut, nylonong aja kala lewat di depan kumpulan masyarakat yang lagi asyik ngobrol di pinggir jalan atau di depan rumah mereka, masyarakat seolah teranggap tanaman hias yang berjejer di pot-pot taman. Tak perlu disapa dan ditebari senyum basa basi.

Perilaku ini kemudian menggiring opini masyarakat bahwa anak berjenggot cingkrangan berjaga jarak dan tidak mau berbaur dengan masyarakat. Opini itu pun menyebar luas lewat lisan ke lisan dan membentuk opini publik bahwa golongan ini perlu dicurigai dan berhati-hati dengan mereka.

Diperparah lagi para terduga teroris kebanyakan berpenampilan mirip seperti mereka, keadaan ini memunculkan kecurigaan dan bertambah sinisnya pandangan mata masyarakat kala melihat anak berjenggot cingkrangan.

Adakah salahnya jenggot ditumbuhkan, adakah salahnya celana dipendekkan di atas mata kaki, bukankah keduanya sunnah Rasulullah, bukankah hadits-hadits yang berbicara tentangnya telah shorih [ jelas ] dan shohih [ benar ].

Tentunya gak ada satupun yang berani menyangkal akan ke-sunnah-an kedua perkara di atas, menumbuhkan jenggot dan tidak isbal [ menjulurkan pakaian melebihi mata kaki ].

Tapi yang salah muke-muke ente yang jutek, kecut, bermahal senyum di depan mereka. Harusnya ente berkaca diri, gara-gara muke-muke ente yang jutek, muke-muke lain yang bermanis senyum di depan mereka kena cipratan air panasnya kala mereka melihat jenggot ama cingkrangannya. 

Woow woow beginilah jadinya. Jenggot dan cingkrangan yang awalnya baik, tengah dan akhirnya juga seharusnya tetap baik, malah hanya baik awalnya di mata sebagian masyarakat, dan sisanya terkesan buruk. 

Jadinya banyak pula masyarakat yang menjadi antipati untuk mengamalkan sunnah Rasul yang mulia ini. Bukan karena gak berharap pahala darinya, melainkan cibiran dan mata sinis sebagian masyarakat kala dirinya nyunnah dengan keduanya. Inilah gara-gara juteknya sebagian anak-anak jenggot bercingkrang.

Pula banyak dakwah islam, kebaikan dan kebenaran yang terganjal atau tertolak dari lisan kelompok itu di tengah-tengah masyarakat, padahal masyarakat baru melihat penampilannya saja, mereka sudah serta merta memandang sinis dan enggan mendengar kebenaran yang tetebar dari lisannya.

Woow woow lagi, gara-gara ulah kecutnya roman sebagian anak-anak berjenggot cingkrangan, mereka yang bermuka manis menebar senyuman yang pula berjenggot cingkrangan menjadi termarginalkan di mata masyarakat, seakan-akan mereka adalah komunitas baru, kelompok anyar yang perlu diwaspadai dari berdekatan dengannya dalam bermuamalah. 

Bukan dalam hal muamalah saja mereka terpincingkan dari mata masyarakat,dalam hal ibadah pula sebagian mereka terkesan egonya yang sangat.Terpampang begitu nyunahnya mereka, menjaga sholat berjamaah, perhatian dalam rapatnya shof, sutroh sholat, dzikir dan rutin dalam kajian, atau semacamnya. Sungguh,ini adalah semangat dalam yunnah.Tapi lagi-lagi mereka terkesan berbaur hanya sesama penjenggot bercingkrang, sementara anak-anak yang masih isbal dan tak berjenggot terkesan bukan bagian darinya, mereka terlihat jaga jarak dan berkerut jidat kala dekat dengannya. 

Akhirnya kala komunitas cingkrang berjenggot terjun di tengah-tengah masyarakat isbalers, mereka pun berbalik membalas dengan jaga jarak dan berkerut jidat kala dekat dengan komunitas itu.

Woow woow lagi, gara-gara kecutnya muamalah sebagian mereka terhadap para isbalers, masyarakat awam yang mayoritas isbalers pun ikut berkecut muka kala melihat dan bermuamalah dengannya.

Apasih yang melatarbelakangi sebagian penjenggot cingkrangan bermuamalah seperti itu, apakah masyarakat yang rata-rata isbalers teranggap sebagai ahli bidah yang perlu dihajr [ boikot ] dengan jutekan mukanya, atau tanpa menyapa dan salam kala bertemu dengan mereka.

Apakah masyarakat yang mayoritas masih awam dan jauh dari sunnah-sunnah Rasulullah pantas dijutekin dengan muka masam, jaga jarak, tidak mau berbaur, atau tak mau menyapa dan salam kepada mereka ?

Sungguh, betapa sulitnya menanam kebaikan dan kebenaran di tengah-tengah masyarakat apabila masyarakat itu telah menaruh rasa benci dan pandangan sinis akan diri atau kelompok penyeru kebaikan.

Kau berharap masyarakat berubah dan jauh dari bidah, tapi kau berkecut muka dalam muamalah dan berjaga jarak atau enggan berbaur dengan mereka. Sungguh, ketika itu kau bagai pengharap telur menetas dari telur rebus yang panas. MANA MUNGKIN MAS BRO !!!

Wallohu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog