Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Keutamaan Dan Urgensi Birrul Walidain

Birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua adalah ibadah yang sangat mulia. Berbakti dan berbuat baik terhadap keduanya tidaklah terbatas semasa hidupnya saja, setelah meninggalnya pun kewajiban birrul walidain tidaklah terputus dan tetap harus diamalkan.

Namun, sangat disayangkan, kebanyakkan manusia baru ingat akan kebaikan orang tua ketika ajal sudah menjemput keduanya atau salah satunya.

Kemudian ia menyesali keluputannya dari berbaktinya saat kedua orang tuanya masih hidup, dan ia berusaha mengamalkan baktinya setelah wafatnya.

Akan tetapi, tak jarang mereka salah dalam mengaplikasikan kebaktian terhadap kedua orang tuanya setelah wafatnya. Bahkan mereka hanya antusias di awal-awal wafatnya, namun lambat laun kebaktian akan keduanya pun sirna tertelan masa dan kesibukan bersama keluarga barunya.

Berikut akan saya sebutkan sebagian keutamaan dan urgensi birrul walidain, besar harapan tulisan ini menjadi pengingat bagi diri penulis dan pembaca sekalian untuk lebih menaruh perhatiannya lagi akan bakti kita terhadap kedua orang tua di saat masih hidupnya, dan jika keduanya atau salah satunya telah wafat, kita juga harus tetap menaruh baktinya yang besar terhadap mereka berdua.

Diantara keutamaan dan urgensinya ialah ;

[ 1 ] Pengulangan perintah untuk berbakti terhadap keduanya dan didahulukannya [ birul walidain ] setelah hak Allah [ ibadah ].

Mengenai perkara ini banyak dalil dari al-Qur'an atau as-sunnah yang menyebutkannya. Di antaranya ;

Firman Allah ;


وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

" Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua " [ QS. An-Nisa : 36 ]


وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

" Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak." [ QS. Al-Isra : 23 ]

Dari Abu Hurairah ia berkata ;


جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أَبُوكَ»

" Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah, kemudian berkata, " wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku ? " Beliau menjawab, " ibumu ", ia berkata lagi, " kemudian siapa lagi ? " Beliau menjawab, " ibumu ", ia pun berkata lagi, " kemudian siapa lagi ? " Beliau menjawab, " ibumu ". Ia pun berkata lagi, " kemudian siapa lagi? " Beliau menjawab, " bapakmu." [ HR. Bukhari : 5971, Muslim : 2548 ]

[ 2 ] Birrul walidain adalah sifat para Nabi

Hal ini sebagaimana yang telah Allah kabarkan sendiri di dalam al-Qur'an, di antaranya ialah ;

Firman Allah yang memuji Nabi Yahya;

وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

" Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong [ bukan pula ] orang yang durhaka." [ QS. Maryam : 14 ]

Allah juga bercerita tentang Nabi Isa ;


وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

" Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."  [ QS. Maryam : 32 ]

Pula Dia menceritakan tentang Nabi Ibrahim ;


قَالَ سَلامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

" Dia [ Ibrahim ] berkata, " Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku." [ QS. Maryam : 47 ]

[ 3 ] Melihat akan kesusahan yang diemban oleh kedua orang tua

Lihatlah,seorang ibu telah mengandung anaknya selama 9 bulan dalam kesusahan yang bertumpuk-tumpuk,kemudian menyusuinya,menyapih, merawat,mendidiknya hingga dewasa.

Allah berfirman ;


وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا

" Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah,dan melahirkannya dengan susah payah [ pula ]. Masa mengandung sampai menyapihnya selama 30 bulan." [ QS. Al-Ahqaf :15 ]

Sementara seorang Bapak,berapa banyak kepayahan dipikulnya hanya demi anak-anaknya,betapa ia telah bekerja dan berpayah diri hanya demi kemaslahatan mereka,perlindungan dan pendidikannya.

Hal ini sebagaiman firman Allah ;


وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

" Dan katakanlah, “ Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil “ [ QS. Al-Isra : 24 ]

[ 4 ] Melihat akan besarnya pahala birrul walidain

Rasulullah telah bersabda;


رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

" Ridho Allah terletak pada ridho orang tua, dan murka Allah terletak pada murka orang tua " [ HR. At-Tirmidzi : 1899 ]


رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، قِيلَ: مَنْ؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ، أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

" Celakalah dia, kemudian celaka, dan kemudian celaka." Dikatakan kepadanya," wahai Rasulullah, siapakah dia ? " Beliau menjawab, " mereka yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya yang telah tua atau malah kedua-duanya, namun ia tidak masuk surga" [ HR. Muslim : 2551 ]

Sungguh, hak kedua orang tua sangatlah besar yang harus tertunaikan oleh anak-anaknya, dan keutamaan berbakti terhadap keduanya tidaklah terhitung dan tidak terbatas adanya.

Kecintaan terhadap keduanya dari anak-anaknya adalah sebenar-benarnya cinta, dan nasihat keduanya adalah semanfaat-manfaatnya sebuah nasihat.

Wallohu a'lam bishowab

_____________________

Disarikan dari Kitab " Nadzorat wa Taamulat Imaniyyah Fi Washoya Luqman Fi Al-Qur'an, Dirosah Tafsiriyyah Maudhu'iyyah," DR. Muhammad bin Abdul Aziz Al-Awaji, hal 14-15, An-Nuskhah At-Tajribiyyah Ats-Tsalitsah, 10 - 1427 H.
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog