Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Dua Sisi Keping Uang Yang Tak Bisa Terpisahkan


Apa guna sekeping seribu rupiah tanpa ada sisinya yang bertuliskan angka 1000. Anak kecil pun akan menampik dan meminta kepingan yang lain, karena ia tahu kepingan itu bukan uang asli, atau kalau memang asli, ia tetap akan menolaknya karena jelas dianggapnya tak laku untuk membeli.

Pula, tak ada gunanya lima lembar seratusan ribu rupiah jika sisi yang biasanya bergambar gedung parlemen polos tak bergambar sama sekali. Bahkan seandainya satu koper berisikan tumpukan lembaran kertas semacam itu, tak ada satu pun yang mau menerimanya, karena kertas-kertas itu tak bernilai adanya. 

Meski nominal yang tertulis mengukuhkan diri kertas itu bernilai sesuai angkanya. Tapi tetap saja manusia tak akan menerimanya, karena kertas itu hanya bergambar sebelah sisi dan polos di sisi lain. Dan angka-angka itu adalah sebuah kedustaan dan takkan pernah teranggapkan oleh manusia sampai akhir zaman, mereka pun telah sepakat dan ini adalah ijma al-umah [ konsensus umat ] tanpa ada pengingkarnya satu pun.

Uang takkan pernah bernilai hanya dengan satu sisi, tapi uang baru akan bernilai dan diterima sebagai alat transaksi dengan kedua sisinya. Kedua sisi uang adalah satu kesatuan yang tak pernah bisa terceraikan. 

Pula dengan ibadah manusia kepada Allah. Ibadah persis halnya mata uang. Menjadi alat transaksi manusia dengan Allah untuk mendapatkan surga-Nya. 

Allah berfirman ; 

إن الله اشترى من المؤمنين أنفسهم وأموالهم بأن لهم الجنة يقاتلون في سبيل الله فيقتلون ويقتلون وعدا عليه حقا في التوراة والإنجيل والقرآن ومن أوفى بعهده من الله فاستبشروا ببيعكم الذي بايعتم به وذلك هو الفوز العظيم

[ Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga kepada mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, [ sebagai ] janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung ] [ QS. At-Taubah ; 111 ]

Ibadah adalah mata uang dengan dua sisi yang tidak bisa terpisahkan. Jika terlepas salah satu sisinya dari sisi yang lain, maka tiada lagi bernilai ibadah itu, dan takkan pernah diterima oleh Allah sebagai alat transaksinya yang sah. 

Dan manusia hanya berletih diri menempa uang itu tanpa pernah terberi nilai dan hasil dari usahanya itu. Sia-sialah usaha dan payahnya, terbuanglah waktu dan tenaganya,semuanya zero tanpa bernilai sedikit pun darinya,semuanya hampa tanpa terberi imbalan akan jerih payah yang terkerahkan.

Berikut adalah dua keping ibadah yang tak boleh terpisahkan;

[ 1 ] Ikhlas dalam beribadah semata-mata karena Allah.

yaitu meniatkan ibadah semata-mata mengharap pahala dan keridhan Allah.Dan ini adalah konsekuensi dari syahadat Laailaahaillallah.

Dan bukan ibadahnya itu ia niatkan untuk pujian manusia,keridhaan mereka, atau mengharap beragam kepentingan atau hajat dunia semata. 

Barangsiapa dalam ibadahnya adalah berupa niatan untuk meraih keuntungan dunia, ia pun akan mendapatkan apa yang ia niatkan, tapi ia takkan pernah mendapat bagiannya kelak di akhirat. Dan ia telah menghapus satu sisi mata uang ibadah yang menjadikannya tiada bernilai lagi, pula takkan pernah diterima oleh-Nya.

[ 2 ] Ittiba', yakni sesuai dan mengikuti sunnah Rasulullah. 

Yaitu ibadah yang ia lakukan harus sesuai dengan tuntunan dan ajaran Rasulullah. Ini adalah konsekuensi dari syahadat Waanna Muhammad Rasulullah.

Siapa saja beribadah dengan ibadah yang menyimpang dan menyelisihi tuntunan atau sunnah Rasulullah, maka ia telah menghapus sisi mata uang ibadah yang lainnya. Dan karenanya ibadah mereka itu menjadi cacat tak bernilai, pula takkan pernah teranggap dan tak akan diterima oleh-Nya.

Terlebih manusia yang beribadah tanpa teriringi ikhlas dan ittiba', berarti ia telah berpayah diri di dunia dan tanpa mendapat bagiannya sedikit pun kelak di akhirat. Karena ia ibarat menempa kepingan uang atau memaksa menghapus semua sisi mata uang untuk tujuan lain, yang terjadi malah kepingan atau kertas itu hancur dan tak bernilai lagi selamanya.

Dalil bahwa ibadah adalah ibarat mata uang yang tak terpisahkan, yang tanpa keduanya ibadah takkan di terima oleh Allah, yaitu firman-Nya ;

فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا

[ Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya ] [ QS. Al-Kahfi ; 110 ]

Amal shalih [ kebajikan ] : yakni amalan yang sesuai dengan sunnah Rasulullah, dan ini adalah ittiba'.

Tidak mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam ibadah : yakni beribadah semata-mata karena mengharap pahala dan ridho Allah, dan ini adalah ikhlas kepada-Nya.

Barangsiapa yang menggabungkan keduanya dalam ibadah, maka ia akan mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah, yaitu pertemuan dengan-Nya di surga kelak.

Dan berittiba' saja tanpa ikhlas adanya, atau hanya ikhlas tanpa teriringi ittiba', keduanya sama saja, sama-sama zero, tak bernilai dan takkan pernah teranggap dan tidak akan diterima sama sekali oleh Allah.

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog