Kala kecilmu,
kau mungkin pernah menulis sesuatu, atau mencoret-mencoret buku tulis, entah
itu puisi, atau pengalaman pribadi kah, atau artikel kecil kah, atau kerap kali
mengisi buku diary-mu dengan
coretan-coretan kecil, memuntahkan rasa atau gejolak hatinya, atau
coretan-coretan lain yang semisalnya.
Di saat kau
duduk di jenjang bangku sekolah tingkat lanjutan, ternyata coretan-coretan
kecilmu saat kau di tingkat sekolah dasar masih tersimpan rapih. Kau pun merasa
penasaran untuk membukanya, membaca dan bernostalgia dengannya. Bisa dipastikan
kau akan tersenyum dan lucu sendiri di saat melihat dan membaca ulang tulisanmu
hasil coretan lentik jari jemarimu di masa kecilmu.
Dan saat itu kau
pun merasa, seandainya tulisannya dulu itu ditambah ini, dikurangi itu, ditulis
begini dan disusun begitu. Pula kau merasa argumentmu yang dulu kau tuliskan
masih banyak kekurangan, masih perlu pengeditan dan tambahan, masih membutuhkan
perbaikan atau perubahan. Dan kau pun akan bergumam, “ Kalau dulu aku menulis
begini dan begitu, tentu tulisanku akan terasa lebih apik dan sempurna.”
Pula demikian,
saat kau menulis sesuatu di tingkat jenjang sekolah lanjutan. Kemudian saat kau
membacanya ulang tulisanmu itu kala kau duduk di bangku sekolah menengah, tentu
kau akan melucu sendiri dan merasa ternyata tulisannya itu masih banyak
terdapat kekurangan dan membutuhkan tambahan di sana sini, ternyata dulu saya
hanya mampu menulis sebatas itu. Kau pun akan bergumam, “ Seandainya aku tambah
ini dan kurangi itu, tentu akan terasa lain tulisanku itu.”
Atau saat kau
duduk di bangku kuliah, kemudian kau ambil dan baca ulang tulisanmu yang pernah
kau tulis saat duduk di bangku sekolah menengah. Kau pula akan merasakan hal
yang sama dengan kapasitas keilmuan dan bertambahnya bentangan pengalamanmu
saat ini, kau akan tersenyum-senyum sendiri dan merasa lucu diri membaca
tulisanmu tempo doeloe.
Atau di saat kau
sedang menggarap tugas tesis untuk meraih gelar magistermu, kau pula akan
merasa bahwa tulisan sekripsimu dulu saat meraih gelar sarjananya kok terasa
biasa, norak dan masih perlu banyak pengeditan di sana sini. Seandainya dulu
ditambah ini dan dikurangi itu, tentu sekripsi itu akan lebih apik lagi. Dan
pastinya kau akan tersenyum dan merasa lucu sendiri.
Pula nantinya di
saat Allah anugerahkan kau menempuh jenjang doktoral [ semoga Allah
mengkaruniakan pula kepada penulis artikel ini dan teman-teman sekelasnya ].
Kau pula akan melucu sendiri saat melihat tulisan tesis yang kau garapnya dulu,
terlebih jika membuka dan membaca ulang tulisan-tulisanmu semenjak kecilmu,
dipastikan kau akan lebih melebar senyumnya dan lebih ngakak lagi.
Demikianlah
seterusnya, sampai si empunya tulisan terkubur dalam tanah. Semakin jauh
terbentangkan umurmu, maka akan semakin ngakak pula kau melihat tulisan-tulisan
yang pernah kau coretkan oleh jari-jemarimu.
Kualitas bahasa
dan isi tulisanmu adalah ilustrasi akan tingkat kemampuanmu, keilmuanmu, dan
jenjang periwayatan hidupmu yang pernah kau tapakinya. Semua penilaianmu akan
perkataan dan tulisanmu akan terus membutuhkan penambahan dan pengurangan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Hanya kalam
Allah dan Rasul-Nya yang sudah sempurna dan tiada lagi membutuhkan pengurangan
ataupun penambahan. Maka, perkataan siapakah yang lebih benar dan sempurna
daripada perkataan Allah, dan petunjuk siapakah yang lebih benar dan sempurna
dari pada petunjuk Rasulullah - shallallahu alaihi wa sallam - .
Allah telah
berfirman ;
ومن أصدق من الله حديثا
[ Siapakah yang lebih
benar perkataannya daripada Allah ? ] [ QS. An-Nisa ; 87 ]
Rasulullah
bersabda - shallallahu alaihi wa sallam - ;
إن أصدق الحديث كتاب الله وأحسن
الهدى هدى محمد
[ Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah
kitabullah ( al-Qur’an ), dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Nabi Muhammad
] [HR. An-Nasai ; 1578 dan Ahmad ; 14373 ]
Adapun perkataan manusia, maka ia tiada
habis dan tiada batasnya, tiada sempurna dan tidak mutlak benarnya, akan terus
terasa adanya penambahan dan pengurangan di sana sini untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik lagi.
Disebutkan dalam matsal arab [ peribahasa
arab ] ;
كلام
الناس لا ينتهي
[ Perkataan manusia itu tiada habisnya ]
Maksudnya, bahwa manusia akan terus
mengatakan ini dan itu, mengomentari itu dan ini, mengkritik begini dan begitu,
melihat kekurangan di sini dan di situ, dan seterusnya. Jika mengikuti setiap
perkataan manusia, maka tiada ada berakhirnya dan takkan pernah berbatas
adanya.
Demikian pula perkataan manusia yang
terterjemahkan dalam bentuk tulisan, maka hal itu tiada ada batas habisnya dari
kritikan dan editan setelah berlalunya masa, masih terus perlu adanya
penambahan dan pengurangan, masih butuh adanya perubahan dan yang semisalnya,
dan seterusnya sampai terasa lebih baik dan sempurna adanya.
Tapi saranku, sebagaimana
sarannya DR. Murad Al-Mishri,biarkanlah
tulisan-tulisanmu tempo doeloe terjaga apa adanya seperti awalnya tertulis.
Karena hal itu akan menjadi kenangan tersendiri bagimu yang memiliki nilai tak
tergantikan oleh yang lainnya setelah bermasa lalunya umurmu. Demikian pula
bahwa tulisanmu itu adalah gambaran periwayatan hidupmu yang pernah kau
tapakinya, dan menunjukan akan kemampuan dan kapasitas ilmumu yang terkumpul
melalui tahapan-tahapan dalam hidupmu.
Wallohu a’lam bishowab
----------------------------------
Tulisan ini terinsiprasi dari muhadharah DR.
Murad Al-Mishri saat mengisi mata kuliah faraidh di saat beliau menyinggung
tentang pengalaman pribadinya. Beliau adalah dosen mata kuliah faraidh semester
7 di LIPIA jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar