Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Rumah Hantu dalam Superstrap


Seorang anak terdiam di depan televisi, hampir setengah jam lebih matanya terpaku menatap ke layar TV, sesekali tersenyum, lalu lama terdiam dan tiba-tiba mengikil atau tertawa berbahak-bahak.

Kedua tangannya juga tak hanya kaku terdiam, ia terbawa emosi batin sembari memukul-mukul ke lantai atau dinding, mungkin kalau ada teman nonton di sampingnya, ia akan menjadi sasaran pukulan bahkan tendangan refleks si Madun yang sarat emosi.

Di kamar sebelah kakaknya yang sudah kelas dua SMA tiduran tengkurap di depan laptop, bola matanya menari ke kanan dan ke kiri, sesekali kelopak matanya mengkerut dan tiba-tiba terbelalak membuka, ia terlihat serius bahkan berratusrius, beberapa kali tangannya refleks mengepal diiringi suara lantang dari mulutnya, " sip, mantap ". Ternyata ia lagi asyiknya ngegame di layar laptop.

Ada juga mereka yang terduduk di teras rumah atau ruang tamu sambil memanggut-manggut, atau geleng-geleng kepala, dan terkadang kedua matanya merem melek merem melek, sesekali juga terlihat senyum, atau lambe bibirnya komat kamit kayak mbah dukun baca mantra, sementara lubang telinganya disumbat pakai earphone. Eh ternyata ia lagi asyik meresapi lagu amanat palsu si Ayu Tong Tong, pula lagu separuh roti si Ariel NOOH.

Itulah sample gila zaman moderen, kegilaan mereka melebihi gilanya orang-orang gila yang berjalan di jalanan kampung atau kota, atau stresnya orang-orang stres di Rumah Sakit Gila dan Stres. 

Kalau orang gila yang di jalanan hanya " GILA ", sementara manusia zaman moderen mereka " TERGILA-GILA ". Kata bang Haji " TERLALU ", karena gilanya manusia moderen terawali oleh " TER " yakni gilanya berlebih dan melebihi dari gilanya orang gila.

Semakin berkembangnya zaman dan teknologi, semakin pesat pula orang waras menjadi gila karena ketergila-gilaannya. Maka muncullah para penggila bola, penggila Ariel, penggila Justin Bieber, penggila Gangnamstyle, dan para penggila lainnya. Mereka semua adalah orang waras yang menggila dan menjadi gila yang tergila-gila.

Orang gila yang sesungguhnya hanya berusaha hidup dan mempertahankan hidupnya tanpa mengenal diri dan saudaranya. Orang yang menggila karena ketergila-gilaannya, malah siap mempertaruhkan hidupnya demi idolanya yang ia sendiri mengenal siapa diri dan saudaranya.

Manusia moderen banyak yang telah menggila, ketergila-gilaan merasuki manusia moderen, zaman moderen penuh dengan ketergila-gilaan.

Ketergila-gilaan manusia moderen telah melupakan dalam sadarnya akan anak, isteri, orang tua dan saudara-saudara yang dicintainya. Kegilaan zaman moderen tak cukup dengan sendirinya, tapi saking gilanya mengharuskan ia membentuk komunitas para penggila. Padahal kegilan orang gila yang benar-benar gila, ia sangat pede dengan diri dan penampilannya tanpa perlu membentuk komunitas orang gila.

Kegilaan orang yang tergila-gila akan semakin menggila saat bersua dengan saudaranya sesama penggila di komunitas para penggila. Inilah gila di zaman moderen. Gila termoderenisasi dan moderenisasi kegilaan akan terus berlanjut lagi berlarut. 

Apakah anda tertarik dan berminat ! Silahkan saja, kalau anda adalah penggila kebebasan HAM dan pejuang emansipasi, atau penggila kebebasan bersuara dan berekspresi !

Wallohu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog