Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Fitnah Wanita

Sungguh, ini adalah fitnah yang sangat besar. Ia merupakan fitnah yang pertama kali menghacurkan kaum Bani Israil. Sejarah juga mengatakan bahwa kehancuran bangsa, para penguasa, orang-orang besar, para bangsawan dan para raja adalah karena sekandal mereka dengan seorang perempuan.


Rasulullah bersabda :

وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ

“Berhati-hatilah dengan wanita, sesungguhnya wanita adalah fitnah yang pertama kali menimpa kaum Bani Israil.”[1]

Rasulullahjuga bersabda :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً هِىَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki melainkan fitnah wanita.” [2]

Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan mengenai hadits di atas, “Fitnah wanita merupakan fitnah yang paling berbahaya dibandingkan dengan fitnah selainnya. Hal ini dipertegas dengan firman Allah dalam surat Ali Imran :

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)

Dalam ayat ini Allah telah menjadikan wanita sebagai bentuk kecintaan terhadap apa yang diinginkan. Dia mendahulukan wanita dari jenis kesenangan-kesenangan dunia lainnya. Hal ini merupakan isyarat bahwa wanita adalah sumber dari semua syahwat. Sebagian orang bijak mengatakan, ”Semua wanita jelek, perkara yang paling jelek dalam diri wanita ialah rasa tidak pernah puas. Padahal mereka memiliki kekurangan dalam hal akal dan agama. Mereka telah menyeret kaum laki-laki sibuk dengan perkara-perkara yang jauh dari agama dan membuatnya tenggelam untuk mencari kesenangan dunia. Inilah kerusakan yang paling berbahaya.” [3]

Rasulullah bersabda :

إنَّ الْمَرْأَة تُقْبِل فِي صُورَة شَيْطَان وَتُدْبِر فِي صُورَة شَيْطَان

“Seorang perempuan (yang bukan mahramnya), apabila dilihat dari depan maupun belakang merupakan gambaran syaithan.”[4]

Imam Nawawi menjelaskan tentang makna hadits di atas, “Para ulama mengatakan bahwa hal itu adalah isyarat terhadap hawa nafsu dan bujukan untuk berbuat fitnah dengan wanita. Di mana Allah menjadikan pada setiap jiwa laki-laki kecenderungan terhadap wanita, menikmati saat memandangnya dan apa yang menempel pada tubuhnya. Semua itu menyerupai setan dalam hal bujukannya terhadap keburukan dengan rasa was-was dan keindahan yang ia lemparkan. Kesimpulannya, hendaknya seorang wanita tidak keluar ke tengah-tengah kaum laki-laki kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak. Demikian juga seorang laki-laki untuk menundukkan pandangannya dari para wanita dan menjauh dari mereka.“ [5]

Keterangan di atas tidaklah bermaksud menyudutkan kaum wanita. Di mana kaum wanita bukanlah sumber dari segala kerusakan dan kehancuran secara mutlak. Mereka menjadi sumber segala fitnah dan kerusakan tatkala jauh dari akhlak dan agama. Karena secara implisit al-Qur’an telah menjadikan wanita sebagai kesenangan yang paling disukai oleh manusia.

Namun di sisi lain wanita bisa menjadi hiasan dunia yang paling indah. Ia bisa menjadi patner kaum laki-laki yang paling setia dalam mencari keridhaan Allah. Di mana hal itu akan terwujud tatakala mereka menjadi pribadi wanita yang shalihah. Sosok yang pandai menjaga diri dan kehormatannya, memiliki aqidah dan akhlak yang lurus, serta taat dan ridha terhadap suaminya.

Rasulullah bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” [6]

Di samping itu, wanita shalihah adalah sebaik-baik harta simpanan yang dimiliki oleh seorang laki-laki. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa beliau bersabda :

أَلَا أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ ؟ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ

“Maukah aku kabarkan kepadamu [Umar] tentang sebaik-baik simpanan seseorang? Yaitu wanita shalihah, jika dipandang ia akan menyenangkan, jika diperintah ia akan taat, dan jika ditinggal pergi ia akan menjaga kehormatannya.” [7]

Syaikh Utsaimin berkata, “Sebaik-baik perhiasan dunia ialah wanita shalihah, maka seorang wanita yang baik dalam hal agama dan akalnya, berarti ia adalah sebaik-baik perhiasan dunia, karena ia akan menjaga rahasia suaminya, harta dan anak-anaknya. Juga, apabila ia baik dalam akalnya, maka ia akan mengurus rumahnya dengan baik, demikian pula dalam hal pendidikan anak-anaknya. Apabila dipandang ia juga akan menyenangkan, jika ditinggal pergi ia akan menjaga kehormatannya, dan jika diberi amanat ia tidak akan mengkhianatinya. Wanita semacam inilah yang merupakan sebaik-baik perhiasan dunia.”[8]



---------------------------------
[1] HR. Muslim (7124) dan Ahmad (11185)
[2] HR. Bukhari (5096), Muslim (7121), At-Tirmidzi (2780), Ibnu Majah (3998) dan Ahmad (21794)
[3] Fathul Baari, Ibnu Hajar Al-Asqalani, 9 / 138
[4] HR. Muslim (3473), Abu Dawud (2153), At-Tirmidzi (1185) dan Ahmad (14577)
[5] Syarh An-Nawawi ‘Ala Muslim, Imam An-Nawawi, 9/178
[6] HR. Muslim (3716), An-Nasai (3232), Ibnu Majah (1855), Ahmad (6567)
[7] HR. Abu Dawud (1664)
[8] Syarh Riyadus Shalihin, Syaikh Utsaimin, 3/137
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog