Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Keong Yang Rakus


Aku dan kamu di mana ya dalam cerita keong yang rakus!

Keong.... siapa yang tak mengenalnya, hatta si belia pun tahu, ia tinggal di sawah, rawa, empang, pokoknya semua tempat yang digenangi air yang masih nature alias belum tercemar, siapa yang tahu sifat dan kepribadiannya ? ya, menurutku ia dan the big family-nya sangat pemalu, pendiam, dingin dan tenang, sedikit bicara, terlihat banyak merenung, jarang usil apalagi berbuat gaduh yang lain. itulah secuil dari sifat yang aku tahu, mereka menuruni sifat nenek moyangnya, ya karena satu gen, tidak mungkn lah jauh-jauh banget berbeda, sikapnya tidaklah membuat risau, tapi membuat gamang dan benci spesies yang lain. Kenapa ?

Kenapa ya ? Aku juga merasa tak nyaman, meski tidak selamanya, ya kadang-kadang saja, juga kamu, ya mungkin saja. tapi mereka yang anak metropolitan, jauh dari kehidupan kampung, sawah, rawa, empang, dan dunia air, mungkin sulit membayangkannya, tapi aku berharap mereka bisa merasakan ilustrasinya.

Waw...

Ya dibalik tenangnya, diamnya, dinginnya, mereka sangtlah rakus, mungkin tanaman padi yang baru mulai menghijau, ia babat habis, yang tersisa hany pangkal akar yang kelot ( sulit dan keras untuk dimakan, dalam bahasa jawa ). inilah yang dirasakan pak tani dan bu tani, mereka adalah manusia ya banyak ....

Banyak tawakal, maksudnya lho. Kenapa ? karena mereka ga pernah nyerah ama keong rakus dan pasukannya yang melulu merusak dan meluluhkan harapannya, padi yang akan menjadi bekal hayatnya telah dirampas dan dijajah, biaya menanam pun hangus bagai kayu yang terbakar, yang tiada lagi berguna, dan hanya mejadi…

Menjadi.....menjadi…..

Sampah yang mengonggok atau terhampar kotor...itulah yang aku benci darinya, memang tidak semuanya buruk, banyak juga yang baik dan berguna, tapi sekarang aku lagi ngomongin yan aku tidak suka, juga pak tani sama bu tani, yaitu sifatnya yang rakus, meskipun pembawaannya dingin dan pendiam. Semua ini......

Semua itu hanyalah sebagai ibroh atau pelajaran,bahwa semua yang terlihat baik belum tentu baik, semua yang terbuat dari perilaku dan sifat, tidaklah selalu cocok dengan harapan orang lain, apa yang kita benci, belum tentu dibenci dan buruk menurut Alloh. Intinya banyak ibroh, hikmah yang harus kita resapi dan pahami, tapi kebanyakan kita tak berbuat demikia, apa yang terlihat, didengar, dirasakan, bahkan teralami sendiri. Ia bagai angin berhembus, berlalu, menjauh, sesekali kembali dan berlalu lagi. Jadi di mana kita, saat keong rakus membuat galau pak dan bu tani ?

Kamu lebih tau akan diri kamu sendiri daripada aku, anda lebih pantas menilai dan menempatkan diri anda harus bagaimana dan berbuat apa setelahnya, semua terserah masing-masing, tapi usahakan jangan berlebih dalam bersikap, entah itu baik atau buruk.

Wallohu a’am bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog