Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Seberapa Pentingkah FOOTNOTE ?


Footnote atau hasyiah atau catatan kaki dalam sebuah karya tulis dewasa ini menaruh peran urgensilitas tersendiri.Terutama tulisan yang bersifat ilmiah dan bukan tulisan bebas hasil perasan hati,nostalgia atau ide pemikiran yang tidak butuh sebuah referensi ilmiah tertentu.

Sebuah tulisan serampangan hasil perasan hati hanyalah bersifat subjektif dari diri si penulis. Meskipun demikian, jika dikemas dengan bahasa yang menarik, apik, dan tidak monoton, tulisan jenis ini sangat enak dibaca dan tak jarang akan mempengaruhi alam bawah sadar si pembacanya.

Bagi penulis yang sudah terbiasa di dalamnya, ia tak butuh waktu banyak untuk merampungkan perasan hati dan otaknya untuk menjadi sebuah tulisan, mungkin sekitar 10-20 menitan. Karena secara umum tema yang hendak diangkatnya sudah terkonsep sebelumnya.

Sehingga di saat menulis, argumentasinya mengalir terus layaknya aliran air. Karena ia tak butuh riset dan kesibukan lain untuk mencari referensi ilmiah sebagai penguat ide atau argumentnya.

Berbeda dengan sebuah tulisan ilmiah, meski tak jarang ia bersifat subjektif dari si penulis sendiri, karena ia menawarkan sebuah ide, pendapat atau argumentasi pribadinya, namun ide-ide yang ia kemukakan harus bersifat ilmiah, dalam arti harus diperkuat dengan dalil-dalil yang valid dan terpercaya.

Atau tulisan yang bersifat objektif yang mengangkat suatu masalah fiqih, misalnya. Si penulis juga harus menyertakan referensi ilmiah secara valid. Seperti penisbatan [ penyandaran ] sebuah pendapat kepada para ulama-ulama terdahulu, maka ia harus benar-benar memiliki rujukan yang terpercaya di dalamnya. 

Dan proses pengumpulan data dan referensi ilmiah inilah yang memakan banyak waktu dan sangat menggerus otak si penulisnya.

Inilah satu sisi perbedaan penulisan ilmiah dan penulisan hasil perasan hati. 

Saya berpendapat, bahwa sebuah tulisan ilmiah tidaklah cukup hanya menyertakan referensi [ rujukan ] yang bersifat umum yang ditulis di akhir sebuah tulisan. 

Seperti hanya menulis kumpulan kitab atau buku atau link di akhir tulisan,sementara di dalam pembahasannya tak ada catatan kaki secara terperinci yang menunjukan dari kitab apa ia dinukil,halaman berapa, atau cetakan mana.

Karena pengumpulan beragam argumen, dalil atau referensi tanpa penyertaan sumber penukilan secara terperinci, masih menimbulkan tanda tanya besar bagi saya pribadi. Benarkah ia menukil dari kitab atau link tersebut ? 

Meskipun yang ia nukil bukanlah perkataan utuh, namun di sadur dengan kalamnya sendiri tanpa merubah makna, maka tidaklah cukup si penulis mengatakan bahwa ini adalah pendapat Fulan dalam kitab anu, atau lihat kitab anu karangan si Fulan.

Dalam kondisi ini si penulis tetap di tuntut menyertakan referensi valid berupa nama kitab, pengarang, dan nomor halaman.

Dengan cara ini tulisan yang ia buat benar-benar bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Dan tulisannya pula tak terkesan hasil pemikiran pribadainya seutuhnya, namun ia adalah sebuah ide atau argument pribadi yang diperkuat dengan dalil-dalil suci dari al- Qur'an dan as-Sunnah, atau argument manusia lain yang kapasitas keilmuaanya tak diragukan lagi.

Dalam sebuah footnote bisa berupa syarh [ penjelasan ] kata atau kalimat yang masih membingungkan, atau berupa sumber rujukan dari sebuah dalil atau argument lain hasil nukilan yang bukan merupakan pendapat atau perkataan pribadinya. 

Seperti rujukan nama kitab, pengarang beserta nomor halamannya, atau nama surat dalam al-Qur'an beserta nomor ayatnya, atau periwayatan hadits beserta nomor haditsnya, atau nama sebuah link atau website.

Sebenarnya, footnote ini hanyalah penyederhanaan model dari sebuah penyertaan referensi yang ditulis langsung di belakang tulisan yang dinukilnya. Dan untuk meyuguhkan format tulisan yang enak dibaca namun tetap bersifat ilmiah, dibuatlah sebuah format footnote yang menjadi wadah penulisan sumber rujukan penukilan atau yang lainnya.

Sungguh, penulisan footnote sangatlah penting dalam sebuah tulisan ilmiah, minimal tulislah sumber rujukan itu dibelakang tulisan hasil nukilan.Karena ini adalah bagian amanat dalam dunia tulis menulis. 

Terlebih yang dewasa ini semakin menyebarnya manusia-manusia fasiq dan ketidakamanahan mereka dalam beragam hal,termasuk dalam ranah tulis menulis. 

Dan amanah ilmiah adalah bagian dari keimanan seorang muslim, dan amanat yang dipikulkan terhadapnya wajib hukumnya untuk tertunaikan.

Allah berfirman, yang artinya ;

يا أيها الذين آمنوا لا تخونوا الله والرسول وتخونوا أماناتكم وأنتم تعلمون

[ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan [ juga ] janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui ] [ QS. Al-Anfal ; 27 ]

إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها

[ Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ] [ QS. An-Nisa ; 58 ]

Jika kau diamanati sebagai seorang penulis, maka sertakanlah rujukan validnya jika kau benar-benar menukil atau menyadur sebagian tulisannya dari tulisan lain. Karena ini adalah amanah ilmiah.

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog