Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

SLEPETTT


Belum lama berlalu rasanya, MABES FosKi [ Markas Besar Forum Silaturahmi dan Kajian Islam Mahasiswa Jawa Timur di Lipia ] membawa kenangan baru dan cerita lucu, menurut penulis [ status ini ],cerita tersebut memiliki keunikan tersendiri, entah karena antusias para pelaku cerita, atau kerinduan hati para Mahasiswa akan kampung halaman yang ditinggal jauh di rantau orang. Salah satunya menjadi sebab mereka haus akan cerita lucu yang terhibur hati karenanya.

Awal kisah,

MABES FosKi terletak di lantai I Jl. Asnawi, persisnya menempati bantaran kali berukuran sedang, saat musim hujan Jakarta teramaikan, atau kota bogor bermurah air hujan jadi kiriman. Kali tersebut berapa kali tak kuasa menampung banyak dan derasnya guyuran hujan atau air kiriman, beberapa pemukiman yang memadati sepanjang bantaran kali menjadi korbannya, banjir dadakan merendam rumah-rumah mereka, termasuk pemukiman gang Asnawi.

Di awal semester ini, MABES yang awalnya hanya menempati dua kamar, sekarang bertambah menjadi tiga. Masing-masing kamar ditempati enam orang, total semuanya delapan belas orang. Semuanya adalah Mahasiswa Lipia dengan beragam jurusan maupun tingkatan. Kamar ke tiga adalah para penghuni baru, tak ayalnya sebuah murid baru, mereka pun butuh ospek, adaptasi, pengenalan, sampai keramahan yang harus ditebarkan pada lingkungan tetangga.

Perkembangan sikap dan adaptasi mereka beragam, ada yang pendiam yang baru terbangun saat tersapa, ada pula yang apatis yang hanya tersibukan oleh diri dan suara handphonenya, ada yang mudah akrab dengan seniornya, tapi juga ada yang terlalu akrab zohirnya. Semua itu adalah cermin hati dan kepribadian yang takkan sama di antara manusia. Sangat nampak bagi yang mau melihatnya, terlebih saat tinggal di lingkungan barunya.

Di antara mereka ada satu anggota baru yang membuat para senior berkesan. Anak ini lebih senang dipanggil Musafir, entah karena ia menganggap dirinya sebagai musafir di jalan menuntut ilmu, atau musafir dalam pengembaraan mencari cinta [ al-mahabah ], atau musafir dalam perjuangan menggapai bahagia, atau alasan lain yang hanya Musafirlah yang lebih tahu.

Di saat libur kuliah menjelang Idul Adha tiba, hampir semua para senior penghuni MABES pulang kampung, tak terkecuali para penghuni baru. Di antara penghuni baru yang tidak mudik hanyalah Musafir, selama liburan yang lebih dari dua minggu inilah yang menjadi masa-masa keakraban Musafir dengan para senior. Ia banyak belajar dan terbagi pengalaman dari seniornya tentang beberapa hal.

Sesaat setelah para pemudik kembali ke MABES dengan beragam jajanan kampungnya. MABES pun berubah warna dan suasana, ramai, sesak, sumpek, gampang kotor, panas, jemuran penuh, dan seterusnya.

Sore itu, para senior asyik menonton film The Expendables 2, saking serunya, tak luput Musafir pun merasa tertarik, ia pun bergabung menonton bersama-sama, mereka semua tenggelam dalam serunya aksi-aksi yang diperankan para aktor kawakan hollywood. Dalam heningnya yang penuh emosi, entah tersengaja atau tidak, Musafir diam-diam buang angin yang teriringi suara yang khas. Serontak senior yang bernama surya menyentilnya, " waaah, SLEPET ". Seketika yang lain pun terbawa dalam tawa berbahak-bahak. Eh, ternyata Musafir belum juga paham dan masih terasa bingung dengan tingkah para seniornya. 

Ia pun memancing lagi dengan umpan yang sama, buang angin bercampur suara tanpa aroma. Dirinya berharap suasana tambah seru dan ramainya. Kali ini, ia justru semakin ditertawai dan semakin banyak hadiah " SLEPET " diterimanya dari para senior. Ia pun belum paham juga dan masih penasaran, akhirnya ia melakukan yang ke tiga kalinya, buang angin bercampur suara tanpa aroma. Eh, tertawaan senior semakin menjadi-jadi, dan " SLEPET " terdengarnya berulang kali tertuju padanya.

" Hai, SLEPET " 
" Hai, PET "

Sejak itulah Musafir sering di panggil oleh sebagian senior dengan julukan " PET " atau " SLEPET ". Selintas kata " SLEPET " berkesan buruk, dan itulah yang membuatnya Musafir merasa gerah saat dipanggil dengan julukan itu. Hal ini terlihat, setiap kali dipanggilnya dengan julukan itu, dirinya lebih memilih diam membisu tanpa komentar, atau beranjak pergi dengan sedikit comment terhambarkan angin kecil. Sampai sekarang Musafir pun masih bingung dan kenapa harus " SLEPET " yang menjadi julukannya. Apa sih makna " SLEPET " dan dari mana asal usul kata itu.

Tapi, para senior tetap menobatkan Musafir sebagai " Bapak SLEPET sedunia ". Karena inilah sejarah pertama kali kata " SLEPET " tertenarkan tersebab tingkahnya kala itu.

Para senior telah sepakat bahwa kata " SLEPET " adalah singkatan dari dua kata " SELERA PET[ D ]AS ". Ia adalah nama salah satu menu sarimi " SELERA PEDAS ".

Bagi yang tersingung silahkan tersingung, masalah buat lho, emang kalo tersinggung, jokowi harus diganti joko wow gitu, karena cerita ini bersifat subjektif. Cerita ini adalah versi penulis, mungkin ada versi lain dari para pelaku cerita.

Ada gula ada semut, ada sebab ada akibat. Dalam hadist tersebutkan, al jazau bijinsil amal [ Hasil atau imbalan sesuai kadar perbuatan yang dikerjakan ].

Entah itu baik atau buruk yang kau terima, semua sesuai amalan yang kau kerja. Ambilah sisi ibrahnya, jangan lirik miringnya cerita.

Wallohu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog