Saat
kata-kata dusta menjalar
Merayap
di antara himpitan sempit kejujuran
Untuk
mencari bunga rampai dahlia
Yang
hendak dirangkainya berjajar di beranda senja
Menjadi
hiasan menarik setiap pandangan
Dalam
suasana kesejukan semu
Akar
setiap kata dusta terus menjalar
Dan
menumbuhkan tunas-tunas belia
Yang
meruntut di balik suburnya
Kala
pagi dan senja berganti
Sebagai
saksi bisu mereka
Akan
kebusukan yang terpendam
Di
bawah pangkal tunas belia yang mungil
Setiap
kebohongan
Melahirkan
anak-anak cucunya
Yang
kelak menjadi besar
Sebagai
bumerang dirinya
Ialah
kebohongan dan dusta
Yang
paling berani dan tega
Menjajakan
mutiara-mutiara cintanya
Demi
kenikmatan semu sesaat
Dalam
sadar dan bangunnya
Itulah
kehinaan dan siksa
Yang
sebenarnya sedang dituai
Di
atas hamparan ladang subur
Yang
telah mereka sia-siakan
Tanpa
sesal dan keluh kesah
Melainkan
kelak di hadapan Rabbnya
Setiap
kebohongan menawarkan cinta
Membalut
rayuan dengan indahnya rasa
Yang
terlihat bagai taman-taman bunga
Penuh,
aroma dan kesejukan
Padahal
dibalik keindahan jari-jemari
Yang
halus dan menggelitik qalbu
Yang
kau tertidur dalam belaiannya
Tersimpan
sifat yang kejam dan kasar
Tanpa
kenal belas dan iba
Terhadap
setiap musuh dan mereka yang dicintainya
Kebohongan
dan anak cucunya
Mengonggok
besar menjadi gunung kejahatan
Pasti
tiba saatnya maut kehancuran
Yang
akan menenggelamkan dirinya
Di
antara serpihan dan debu-debu siksa
Dimana
tiada air sedikitpun mengalir
Yang
membawa kesejukan rasa jiwa
Dan
melepaskan cekikan haus
Lipia
Jakarta, 01 Maret 2011