Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

[ Banyak ] yang tercela


Tidak semua yang banyak baik dan terpuji, dan tidak semua yang sedikit jelek dan tercela. Meski pada asalnya ia adalah baik atau juga terpuji, tapi saat terbanyakkan ia menjadi hal yang jelek dan tercelakan. Dan terkadang sebaliknya.

Senyum adalah baik dan sangat terpuji, karena senyum cerminan sebuah kecerian yang terlahir dari batin dan bersihnya ia dari debu-debu kedengkian atau rasa benci. Juga karena senyum bukti kasih sayang dan cinta akan sesama. Hal ini dipertegas lagi oleh Rasulullah yang menganjurkan umatnya menebar senyum saat bertemu saudaranya, karena saat itu ia bernilai sedekah. Maka tidak ada alasan bagi yang miskin papa untuk tidak bersedekah terkarenakan ketidakpunyaan akan harta, bersedekahlah meski hanya menebar senyum manis dan roman wajah ceria.

Tapi kala senyum terbanyakkan melebihi kewajaran, ia menjadi tercelakan, karena senyum ini senyum ketergilaan, senyum yang tertebar tanpa alasan, senyum yang merekah tanpa makna tertampakkan.

Tertawa tidaklah tercela, Rasulullah sendiri pernah tertawa, karena tertawa muncul adanya tema obrolan yang jenaka, tapi kala tertawa menjadi terbahak-bahak, ia menjadi buruk dan tercelakan, karena banyak tertawa dan terbahak-bahak di dalamnya akan mematikan hati, membuatnya lupa akan dzikir, dan melahirkan keburukan lainnya.

Makan adalah perkara mubah, dan bernilai ibadah saat dibarengi niat untuk menopang terlaksananya ibadah, tapi banyak makan tidaklah terpuji dan tidak teranjurkan secara medis, karena banyak makan akan menjadikan raga menjadi malas, dan ini berimbas pada malasnya ibadah dan aktivitas lainnya, juga makanan adalah sumber terbesar transferisasi beragam penyakit ke dalam tubuh.

Tidur sangatlah penting bagi tubuh, ia adalah kebutuhan primer yang tak tergantikan apa pun, bahkan Rasulullah mencela mereka yang tidak akan tidur meski karena untuk beribadah, tapi kala kebutuhan ini melebihi ambang kewajaran, ia sangatlah tercela, karena banyak tidur hanya akan membuang-buang waktu dan menyia-nyiakan usia, juga akan menjadikan tubuh tidak sehat karena berkurangnya aktivitas kerja organ tubuh.

Demikan juga dalam perkara yang asalnya sebuah ibadah, ia akan tercela saat kadarnya melebihi kadar yang telah ditetapkan Rasulullah, tapi tidak semuanya, ada ibadah yang memang kadarnya boleh diperbanyak tanpa batas, membaca al-qur'an dan bersedekah misalnya.

Namun ibadah yang kadarnya telah tetap aturan mainnya, kemudian dirubahnya kadar dan memperbanyaknya, maka hal itu tercela, dzikir muqoyad [ terbatas bilangannya ] sehabis shalat fardhu misalnya.

Bijaklah dalam segala hal dengan bersikap proposional dan tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Karena agama ini adalah agama pertengahan yang melarang dan mencela sikap ghuluw [ melampaui batas  dan berlebih-lebihan ], termasuk dalam hal adat atau kebiasaan.

Walloh a'lam bishowab

Share:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers