Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Alah Bisa Karena Biasa



Banyak yang terabaikan oleh kita, tak terkecuali hal-hal yang kecil, terlebih sesuatu yang teranggap sepele. Inikah watak wajah-wajah asli kita, dan inikah awal saat kita mengabaikan hal-hal yang lebih besar. Ilustrasi ini tergambar jelas dalam sebuah pepatah, “ sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit “.

Bukankah gunung yang besar lagi menjulang tinggi berupa tumpukan batu dan kerikil-kerikil kecil, bukankah sahara yang terlihat tak bertepi berupa hamparan pasir-pasir, bukankah belantara yang gelap lagi seram berupa deretan pepohonan dan semak-semak, bukankah padang rumput yang indah berupa hamparan rerumputan hijau yang memikat, dan bukankah samudera yang membentang sejauh mata memandang berupa kumpulan tetes-tetes air.

Terbiasa mengabaikan sesuatu yang kecil, juga akan terbiasa mengabaikan yang lebih besar. Biasa menganggap sepele perkara yang kecil, juga akan biasa nantinya menganggap sepele perkara yang lebih besar. Kenapa hal ini terjadi, pepatah pun tak mau kalah menjawabnya, “ alah bisa karena biasa “. Kau bisa mengabaikan perkara yang besar, karena kau biasa melakukannya. Kau bisa menganggap sepele sesuatu yang lebih besar, karena kau biasa menganggap sepele yang kecil. Kau bisa bermaksiat dengan yang besar, karena kau biasa bermaksiat dengan yang kecil. Kau bisa menumpuk dosa-dosa besar, karena kau biasa menumpuk dosa-dosa kecil.

Semua berawal dari yang kecil untuk menjadi besar, semua berawal dari sedikit untuk menjadi banyak, semua terawali oleh yang ringan untuk tertimbang berat, semua bermula dari bodoh untuk teranggap pintar, semua berawal dan berakhir, hanya Allah yang tidak berawal dan tidak berakhir, karena Allah tidak pernah beranak dan diperanakkan, juga Allah Maha Hidup dan tidak akan mati, tapi Allah Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Dia Yang Awal karena Dia telah ada sebelum segala sesuatu ada, Dia Yang Akhir karena Dia akan tetap ada setelah segala sesuatu musnah.

Ada satu perkara besar yang terabaikan, dan itu bukan menurut penilaian dan anggapanku, tapi inilah yang dikeluhkan oleh Rasulullah dan dikabarkan langsung oleh Allah yang Maha Mengetahui dalam firman-Nya;

وقال الرسول يرب إن قومي اتخذوا هذا القرآن مهجورا

[ Dan Rasul [ Muhammad ] berkata, “ Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini diabaikan ] [ QS. Al-Furqan ; 30 ]

Ibnu Katsir menjelaskan makna “  Mahjuro [ di abaikan ] “ dalam kitab tafsirnya dengan beberapa pengertian, di antaranya ;

[ 1 ]  Orang-orang musyrikin enggan mendengarkan [ bacaan ] al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah ;

وقال الذين كفروا لا تسمعوا لهذا القرآن والغوا فيه لعلكم تغلبون

[ Dan orang-orang yang kafir berkata, “ janganlah kamu mendengarkan [ bacaan ] al-Qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat [ mengalahkan ] mereka ] [ QS. Fussilat ; 26 ]

Dahulu, apabila dibacakan kepada mereka al-Qur’an, mereka membuat gaduh [ hiruk pikuk ] dan memperbanyak pembicaraan yang lain sehingga mereka tidak mendengar bacaan al-Qur’an.

Note :
Dalam nash aslinya tertera [لا يصغون للقرآن ولا يسمعونه  ], kata [ لا يصغون ] bermakna [ لا يستمعون ], dan kata [ يسمع ] berarti hanya sekedar mendengarkan tanpa teriringi tadabur maupun penghayatan, adapun kata [ يستمع ] bermakna mendengarkan sembari diikuti penghayatan dan tadabur dalam hati.  

Dan orang-orang musyrikin enggan mendengarkan bacaan al-Qur’an dengan cara kedua-duanya, baik hanya sekedar mendengarkan, terlebih harus mentadaburi dan menghayati firman Allah tersebut.

[ 2 ]  Tidak mengamalkan [ isinya ] dan berusaha menghafalnya juga termasuk dalam arti mengabaikan al-Qur’an.

[ 3 ]  Tidak beriman dan membenarkannya juga masuk dalam kategori mengabaikan al-Qur’an.

[ 4 ]  Enggan mentadaburi dan berusaha memahami [ maknanya ] juga termasuk bagian dari mengabaikan al-Qur’an.

[ 5 ] Tidak mengamalkannya, berupa tidak melaksanakan perintah-perintahnya dan tidak menjauhi larangan-larangannya, ini juga termasuk dalam kriteria mengabaikan al-Qur’an.

[ 6 ]  Berpaling darinya dan menuju ke yang selainnya, baik berupa syair, perkataan, nyanyian, senda gurau, obrolan,        atau berupa metode yang teradopsi dari selain al-Qur’an. Perbuatan ini juga termasuk mengabaikan al-Qur’an.

Inilah yang terabaikan, semua terbiasa dan bermula dari yang kecil, berawal dari enggan belajar membaca al-Qur’an dan tidak mau membaca ayat-ayatnya setelah bisa membacanya. Dan berakhir dengan mengabaikan yang lebih besar, berupa keengganan menjadikannya wirid rutin harian, mentadaburi, mengahayati dan memahami isinya, terlebih untuk mengamalkan dan mengaplikasikan dalam hayatnya.

Yang terjadi malah sebaliknya, berpaling darinya dan tersibukkan dengan yang selainnya, lebih sibuk dengan bacaan warta-warta yang ada di Koran dari pada warta-warta yang Allah suguhkan dalam al-Qur’an, lebih kuat dan tahan berjam-jam dalam menonton sinema, acara televisi, berselancar di dunia maya, bersenda gurau dengan teman-temannya, atau…..dari pada membaca al-Qur’an, terlebih duduk menyendiri untuk menghafal kalam Allah Yang Mulia.

Lebih enak tersibukan dengan membuka lembaran-lembaran pesan singkat yang berisi keluhan teman atau curhatan daripada membuka lembaran-lembaran mushaf yang berisikan perintah maupun larangan, lebih menikmati obrolan dengan kawan dari pada obrolan bersama Allah yang termaktub dalam al-Qur’an.

Semoga Allah menjadikan kita dekat dengan Al-Qur’an dan tidak menjadikan kita golongan yang mengabaikan al-Qur’an.

Wallohu a’lam bishowab

Share:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers