Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Beranda Senja Kala Menyapa

Kau pasti masih mengingat dan terbayang dengan jelasnya masa-masa bermain dengan teman-teman sebayamu kala kanak-kanak. Paling tidak ada beberapa kejadian yang sangat jelasnya melukis dalam ingatanmu. Seandainya kau dipinta anak cucumu untuk bercerita akan hal itu, kau pun pasti bisa mencoretkan kanvas untuk melukiskan semua kejadian itu dengan detailnnya.

Tiadalah kejadian itu terasa dan teringat melainkan seperti tumpukan batu yang kemarin sore kau kumpulkan. Atau layaknya mimpi malam yang baru saja menghiasi lembaran tidur semalam. Semua masih bisa diingat dan terangkai dalam untaian kata-kata cerita. Ia terasa dekatnya seolah tanganmu begitu mudah untuk menggapainya. Dan ia terangkai begitu singkat seakan jari-jemari tangan mungilmu sangat mudahnnya membawanya dalam tumpukan paragraph cerita.

Waktu memang begitu lembut dan cepatnya. Dulu kau hanyalah seorang anak-anak yang tiada merasa lelah maupun letih berlari ke sana kemari, namun kini kau menjadi seorang yang renta yang tiada kuasa untuk melangkahkan kaki-kakimu menapaki bekas larian kaki-kakimu kala kau masih kanak-kanak. Serasa apa yang dulu kau lakukan itu layaknya pagi hari yang baru saja melewatimu.

Apa yang kau banggakan dalam kerentaanmu kini. Tiadalah raga yang beberapa tahun lalu terbanggakan kala masa mudamu, melainkan kini ibarat dedaunan kering yang dengan mudahnya terhempas oleh tiupan angin. Lusuh, merenta, merunduk, melemah, dan terus mengkusut bagai simpulan benang yang kusut kemudian ditarik perlahan salah satu ujungnya, maka semakin kecil dan mengkusutlah ia. Begitu pula kau yang kini terus merenta dan menua.

Tiadalah masa dan umur yang melipat ragamu melainkan ibarat mentari yang terbit di kala pagi. Begitu gagahnya ia awal, indah, menawan dan menyejukkan pandangan. Tapi tanpa terasa, kini ia telah menepi diufuk barat meninggalkan jauh ufuk timur di ujung sana. Dulu kecerahan pagi yang terus menerang yang tertebarkan, namun kini kesenjaan hari yang terus menguning dan menembus kegelapan malam.

Waktumu terasa begitu singkat terlewat, tapi apa yang dapat kau banggakan dari langkahmu di dalamnya. Harta yang selama ini kau tumpukkan, atau kedudukan yang sejauh ini kau terpandang tinggi di hadapan manusia lainnya, atau berbilangnya anak-anakmu dan kesuksesan yang bersanding di sisi mereka, atau kekuasaan yang menjadikanmu tersegani dan ditakuti banyak manusia, apa lagi yang dapat kau banggakan dari langkah-langkahmu yang terus menepi ke arah kesenjaan hari yang akan tenggelam dalam kegelapan.

Tiadalah semua itu melainkan akan berlepas diri darimu dan enggan bersanding di sisimu saat kegelapan ajalmu menyambut dan menyapa.

Tiadalah mereka melainkan akan menjauh dan berlari darimu jika kau ajak untuk menjadi teman dalam kesendirianmu di alam baka. Bisa jadi mendung kesedihan akan menyelimuti kepergianmu, namun ia bagi mendung yang terhempas angin yang hanya bertahan dalam hitungan jemari tangan. Setelah itu, mereka tiada lagi mengenalmu dan takkan bersua denganmu. Padahal dulu kau telah kerahkan semua kekuatan raga dan pikiranmu untuk menyatukan dan mengumpulkan mereka. Hari melewati hari dan tahun bersambung tahun kau tapaki demi merangkai itu semua.

Harta, anak dan tahta tiadalah akan pernah terbawa menemani perjalananmu yang masih jauh lagi dalam kesendirian. Tumpukan itu semua bukanlah perkara yang akan mendekatkanmu kepada Allah yang telah mengkaruniakan dan menitipkan hal itu atas dirimu.

Allah berfirman :
وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ

“ Dan bukanlah harta dan anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami, melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi [ dalam surga ]” ( QS. Saba’ : 37 )

Demikianlah apa yang Allah kabarkan, hanya keimanan dan amal shalehlah yang hendak menemanimu kelak di alam kubur, pula ia yang akan mendekatkanmu di sisi-Nya untuk mendapatkan kemuliaan dan kesejahteraan yang tiada pernah terasakan sebelumnya.

Maka, janganlah kau terlalu berbangga atas harta yang tergenggam di tanganmu. Karena harta itu sejatinya bukanlah milikmu mutlak, namun ia adalah titipan Rabbmu yang di dalamnya tersanding beribu hak-hak manusia lain yang harus kau tunaikan. Janganlah dengan harta yang tertumpuk saat ini, kau semakin meninggi dan berkecut muka di hadapan sesama yang miskin papa atau mereka yang tiada banyak tertitipkan harta di sisinya.

Seharusnya kau semakin merunduk takut kepada Allah dalam kesenjaan yang mendekati gelapnya malam, sementara harta yang bersanding di sisimu belum banyak kebaikan yang terbagikan darinya, atau hak-hak manusia kecil yang belum tertunaikan atasnya, atau pos-pos akhirat yang belum kau isi dengannya.

Pula, janganlah kau terlalu berbangga atas kedudukanmu yang kau terpandang tinggi di atasnya. Karena kau tiadalah akan bertahan lama bertengger di atas sana, melainkan seperti detakan jarum jam yang berputar dalam seharinya. Singkat dan terasa sangat singkat semua itu akan dirasa nantinya. Janganlah dengan ketinggianmu saat ini, kau semakin tegak mencongkak di atas semuanya, padahal kau dulu sama seperti mereka yang berada dalam kerendahan dan kelembahan.

Seharusnya kau semakin menunduk takut kepada Allah dalam kesenjaan yang terus menepikanmu dalam kegelapan malam, sementara masih banyak hak-hak manusia yang belum tertunaikan dari kekuasan dan kedudukan yang Allah amanahkan atasmu, atau masih banyak manusia yang merasa terzalimi tanpa belum kau selamatkan mereka dalam kekuasaan singgasanamu, atau masih banyak kebajikan dan amal shalih yang belum tersebarkan dari kemuliaan yang telah kau nikmatinya.

Ternyata masih banyak kekurangan dan koreng di setiap apa yang kita punya. Maka masih pantaskah semua itu terbanggakan di hadapan manusia lainnya. Kesenjaanmu adalah sebuah kepastian, dan ajal pun akan menjemputmu tanpa tangguhan. Berpikirlah senejak sembari merenungkan apa yang telah terbuat dan teramalkan kala pagi maupun siang yang telah jauh terlewati. Adakah amalan yang menjadikan kita merasa tenang dan siap untuk kembali menghadap Sang Pencipta dalam kesendirianmu yang tiada berkawan.

Jika kecil terasa, menangislah dan bersimpuhlah kau di hadapan Sang Maha Pemurah lagi Maha Mendengar seruan. Memang sudah saatnya dan sangat pantas kau untuk menangis, karena telah bertahun lamanya kau tiada pernah menangis. Memelas dan memintalah kepada-Nya ampunan, karunia dan keselamatan setelah tiba gelapnya malam dalam kesenjaanmu yang masih sedikit terbentangkan atasmu. Sesungguhnya Dia-lah Maha Penyayang lagi Maha Pemurah atas hamba-hamba-Nya yang ikhlas bersimpuh dalam kehinaan yang membalut dirinya.

Kesenjaanmu yang kini masih terbentangkan adalah kesempatan terakhirmu sebelum kau benar-benar tenggelam dalam kegelapan malam yang tak pernah terasakan lagi indahnya hari-harimu di kala pagi, siang maupun senja. Sabutlah kesenjaanmu dengan beribu kebaikan dan isilah ia dengan kemanfaatan yang masih termampukan oleh ragamu untuk terbagi dan tersebarkan atas sesama yang sangat membutuhkannya.

Wallahu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers