Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Kelebihanmu adalah kekuranganmu

Kelebihan yang ada padamu bisa jadi menjadi kekurangan yang sebenarnya untukmu. Kau anggap kelebihan yang Allah titipkan padamu sebagai keunggulanmu atas manusia lainnya. Padahal kelebihan yang kau anggap lebih itu, sebenarnya sebuah bukti akan kelemahan dan kekuranganmu.

Kau anggap remeh manusia yang lebih rendah darimu, entah kerendahan itu tertampak dari ilmunya, pemahamannya, strata sosialnya, keshalihannya, kezuhudannya, akhlaknya atau kekurangan dan kelemahan lainnya.

Adalah fitrah manusia merasa lebih dari yang lainnya dengan kelebihan yang terpunyai oleh dirinya, tapi betapa seringnya kelebihan yang merupakan amanah atau titiapan Ilahi ditumpahkan untuk mengekang dan menonjok manusia lainnya. Entah sadar atau tidak, kelebihan itu kerap memperbudak hati manusia, mengajaknya untuk selalu meninggi dan merasa tinggi, memenjaranya dalam keangkuhan yang tak sepantasnya teramalkan. Atau memupuk kesuburan hati dengan benih-benih congkak yang menunaskan pucuk-pucuk kebencian terhadap mereka yang berontak melawan atau adanya manusia yang sepandan, dan bahkan lebih tinggi darinya.

Meski tiadalah manusia semuanya berhati sepertinya, tapi lihatlah betapa banyaknya manusia yang terbudak keangkuhan tersebab kelebihan yang terpunya. Yah, begitulah lemahnya hati manusia. Kelebihan itu dekat dengan keangkuhan, keangkuhan kerap menjadi mata tombak dari kelebihan yang ada.

Kelebihan manusia berragam, dan masing-masing rentan dari sifat angkuh dan kepongahan. Yang terlebihkan dirinya dengan harta, betapa mudahnya ia terpongahkan karenanya di hadapan si miskin papa. Yang terkayakan dirinya dengan ilmu, betapa gampang hatinya termakan oleh keangkuhan diri di antara keawaman manusia. Yang terkuasakan raganya dengan kecantikan atau kegantengan parasnya, jauh lebih licin jalan yang ia tapaki yang akan menggelincirkan dirinya dalam rasa pongah dan besar diri. Yang tersuburi dirinya dengan kedudukan yang mulia di mata manusia, ia lebih gampang terpleset dalam keangkuhan diri terhadap manusia yang duduk rendah di bawahnya.

Kelebihan yang termiliki manusia, entah itu apa bentuk dan rupanya, materi atau imateri, semuanya adalah jalan licin yang bermuara pada keangkuhan diri atas manusia lainnya.

Kelebihan adalah anugerah yang besar dari Allah atas siapa yang diberinya. Namun anugerah tak selamanya membawa berkah bagi si empunya. Banyak pula manusia yang terkubur hina karena anugerah yang tiada tersyukuri olehnya. Jadilah anugerah itu bencana yang membinasakan dirinya, terkadang terasa, dan ia lebih banyak terhijab oleh rasa yang sejatinya mengalirkan dirinya dalam kehinaan.

Bolehlah manusia merasa lebih dari yang lainnya, karena memang itulah fakta yang tertitipkan dalam raganya. Tapi, kerap merasa lebih, dan enggan merendah hati karena tahu kelebihan itu hanya amanah Ilahi, maka rasa itu akan lebih membawa diri pada ujub [ berbangga diri ] dan keangkuhan yang sangat tercela. Lebih baik dan mulia merendah hati, karena sadar kelebihan itu hanyalah ayat akan kekurangan dan kelemahan dirinya.

Semakin kau terlebihkan dengan ilmu, pemahaman, harta, kedudukan, kecantikan atau ketampanan, atau yang lainnya, selaras itu sebenarnya kau harus sadar bahwa kau semakin tersingkap pula darimu akan kelemahan dan kekurangan yang telah melebur dalam ragamu.

Allah hendak memuliakan dirimu dengan menutupi kekurangan yang melekat di ragamu dengan kelebihan-kelebihan yang terberikan atasmu. Namun, sifat manusia sering terlupa atas kemulaannya yang lemah setelah kelebihan itu teranugerahkan atasnya. Yang mereka rasa hanya baiknya dan terus mengejar kesempurnaan yang tiada pernah akan tergapaikan, semakin mengejar kesempurnaan sejatinya ia semakin melihat dirinya terus terzahirkan dari dirinya berlipat kekurangan, cela dan kelemahan darinya.

Ingatlah Allah telah mengingatkan manusia lewat firman-Nya :



وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, Dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur “ ( QS. An-Nahl : 78 ) 

Wallahu a'lam bishowab




Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers