Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

LIPIA, Dalam Kerinduan Yang Mulai Terindukan

Rindu, semua orang pasti memiliki kerinduan. Selama hati masih tertambatkan dalam raga, pasti sebuah kerinduan akan datang dan pergi. Selama hati masih terdetakan, pasti kerinduan kian meninggi atau terhenti. Dan selama raga belum terkuburkan dalam tanah, selama itu pula setiap raga akan tersiksa oleh sebuah kerinduaan akan sebuah bayang-bayang yang tiada pernah terwujudkan namun masih sangat terindukan, atau terhiburkan oleh sebuah gelora hati disaat merindukan apa yang terindukan dan semakin dekatnya terasa yang kian tersandingkan.

Mengapa rindu terhadirkan ? tiadalah rindu mendekap di lerung hatimu, melainkan waktulah yang telah membentangkan kau dengan apa yang kini kau rindukan. Pula tiadalah rindu tertambatkan dalam hatimu, melainkan jarak telah membelah jauh antara kau dan apa yang kini terindukan olehmu.

Semakin jauh jarak terbentangkan, semakin dalam rindumu terpendamkan. Dan semakin bermasa lamanya keberpisahan, semakin menghujam rindumu dalam lubuk hati yang tiada tersembuhkan oleh selain apa yang kau rindukan.

Tiadalah hatimu merindu kepadanya, melainkan ia telah tersatukan lama denganmu. Senang, sedih, gembira, duka, benci, lucu, dan semua rasa telah terlewati bersamanya. Semua itu menjadi kenangan tersendiri di saat keberpisahan telah terjadi, dan hati pun terasa ingin kembali menyelami setiap rasa yang pernah terlewati.

Terkadang kepahitan yang dulu terasakan, kini ia menjadi kelucuan dan indah terkenangkan. Atau sebuah keindahan yang terbentangkan di masa silam, kini ia menjadi terasa lebih indah lagi terkesankan. Dan betapa pun baik atau buruk yang dulu pernah tertapaki, kini ia telah bernilai dan bermakna tersendiri yang membuat hati berhasrat kembali, entah memperbaiki yang cela, atau menambah baik lagi yang terbaik kala itu.

Rindu, kerinduanmu akan sesuatu hanya terwujudkan dalam dua perkara saja. Rindumu akan perjumpaan yang hendak tersandingkan, karena lamamu dalam keberpisahan dengannya. Atau rindumu akan perjumpaan yang hendak jauh terbentangkan, karena kebersamaanmu dengannya telah lama tersandingkan. Kedua rindu itu pasti pernah terasakan olehmu, tapi kerap kali ia tiada pernah terasakan pastinya dalam hatimu. Yang tergetar dalam qalbumu hanyalah sebuah kerinduan akan sebuah perjumpaan.

Pula, kadang rindumu bisa berupa kerinduan akan pertemuan akan sesuatu yang tiada akan pernah terwujudkan. Sungguh, kerinduan semacam ini akan semakin menyiksamu di saat kau terbudakan oleh bayang-bayang yang kau pelihara dalam hatimu. Bukankah kau sangat merindukan kehadiran dan kebersamaan bersama orang-orang yang sangat kau cintai dan sangat berjasa dalam hayatmu, seperti orang tua, suami, isteri, anak, teman dekat, kekasih, atau yang lainnya yang telah meninggal dan tiada akan pernah terhadirkan kembali di sisimu.

Atau rindumu yang berupa kerinduan akan pertemuan akan sesuatu yang hendak tersandingkan dalam dekatnya. Sungguh, kerinduan semacam ini begitu indah terasakan dalam penantian dan semakin indah terbayangkan kala malam tiba dipenuhi bayang-bayang sesuatu yang sangat terindukan. Bukankah kau sangat merindukan pertemuan dan kebersamaan dengan isteri, anak, orang tua atau yang lainnya di kampung halaman setelah lamanya keberpisahan terhamparkan dari mereka, dan kerinduan itu semakin indah dan terasa sekali di saat hitungan mundur malam semakin terdekatkan.

Dan kerinduan itu tidaklah terbatas pada sesosok manusia yang sangat kita cintai atau yang berjasa terhadap kita. Ternyata, tempat, benda, suasana, atau yang lainnya juga bisa menjadikan hasrat kerinduan tersemaikan.

Dan kampus LIPIA, kampus yang telah menjadi jembatan banyak kebaikan bagi penulis sendiri, atau semua para Mahasiswanya, dan juga manusia lain yang telah mendulang berlipat faidah dari tangan-tangan dan lisan mereka, kini mulai menumbuhkan kerinduan yang pantas untuk terindukan adanya.

Sungguh kerinduaan itu kini mulai terasakan dan semakin terbentangkan dalam pandangan, di saat keberpisahan darinya semakin dekat dalam gapaian. Mungkin sebagian teman dari para Mahasiswa LIPIA yang ku kenal atau yang tiada ku kenal sama sekali, entah yang masih dalam masa pendidikan, atau mereka yang telah lama lulus darinya, atau yang hendak lulus dalam waktu dekatnya, tiada sedikitpun merasakan kerinduan ini, atau cuek, atau teranggap tiada yang pantas untuk terindukan, atau berusaha memendam kerinduan yang tiada hasrat darinya untuk terzahirkan.

Tapi, saya yakin bahwa mereka yang merindukan akan masa-masa indah dan pahit selama kuliah di LIPIA jauh lebih banyak dan tak terbilang dengan jari tangan. Hanya saja, kebanyakan dari mereka bahwa kerinduannya itu tiada terzahirkan lewat lisan atau tulisan.

Dan saya sendiri tidak memungkiri akan adanya kerinduan mereka di saat belajar bersama dosen-dosen yang telah banyak berjasa kepadanya. Karena lewat tangan dan lisan merekalah - setelah kehendak Allah – kini mereka telah menjadi orang yang sebelumnya hanyalah orang-orangan. Telah menjadi manusia luar biasa yang sebelumnya hanya manusia biasa. Telah menjadi manusia yang gemar berbagi, yang sebelumnya hanya mengharap bagian dari yang terbagi. Telah menjadi sosok yang banyak berjasa, setelah sebelumnya hanya mengharap jasa. Dan telah menjadi manusia yang layak terindukan banyak orang karena ilmu dan jasanya, setelah sebelumnya hanya bisa menjadi bagian yang pantas untuk merindukan yang lainnya.

Kerinduan akan kampus LIPIA adalah sebuah kerinduan bermakna sarat faidah di dalamnya. Bukankah kerinduan itu bisa kita wujudkan dalam sebuah cerita indah bersama anak-anak didik kita yang layak untuk mendengar dan terbagi kisah darinya. Dan mereka – para anak didik kita – pasti akan tersemai hasrat dalam hatinya untuk bisa menyelami seperti apa yang pernah kita selami sebelumnya di dalamnya. Pula akan teraliri untaian doa kebaikan dari lisan mereka untuk kebaikan kampus LIPIA.

Atau bisa juga kerinduan itu terzahirkan lewat tulisan yang berisi pujian akan kebaikan dan banyaknya kemuliaan yang telah terbentangkan darinya. Dan tulisan itu bisa menginspirasi dan menjadi mata air yang bisa menumbuhkan kerinduan untuk bisa berjumpa kembali dengannya sebelum keberpisahan hakiki mengahmpirinya.

Entah kesan apa yang pernah tertapaki di kampus LIPIA, baik atau buruk, sedih atau bahagia, lucu atau menyebalkan. Saya – dan saya yakin kau semua yang pernah menimba ilmu di LIPIA – rasa semua itu sangatlah indah untuk terkenang dan pantas untuk terbagikan dalam sebuah cerita inspiratif bagi yang lainnya.

Janganlah kita zahirkan dan bentangkan keburukan yang terjadi di dalamnya, kecuali hanya untuk kebaikan dengan penuh kehati-hatian ketika penuturan, karena tiadalah kampus LIPIA melainkan telah banyak memberi kebaikan yang berlipat besarnya bagi banyak manusia di bumi pertiwi ini khususnya, dan seantero dunia pada umumnya.

Dan tiadalah kampus LIPIA itu melainkan telah menjadi jembatan besar yang terbentangkan yang telah banyak manusia terhidayahkan dan tersadarkan untuk kembali ke jalan yang benar.

Sungguh, semakin dekatnya keberpisahan dengan kampus LIPIA tercinta, semakin rindu itu tersemaikan dalam hati ini. Rindu akan para dosen-dosennya yang sangat berjasa dalam ilmu yang terbagikan, rindu akan suasana belajar dan kebersamaan dengan teman-temannya di dalam kelas, rindu akan suasana kehidupan kampus yang berbeda dari kampus-kampus yang lainnya, rindu akan penantian mukafaah yang sangat membawa makna dan nilai sendiri di dalamnya, rindu akan suasana kehidupan para Mahasiswanya yang tetap eksis dengan kepribadian syar’inya dalam kehimpitan dan kepenatan Ibu kota, rindu akan pengalaman hidup yang pernah tertapaki di tengah-tengah ramai dan bisingnya kota metropolitan.

Banyak lagi kerinduan yang layak terceritakan dan sarat makna di dalam kampus LIPIA. Dan tiadalah kata di akhir coretan kecil ini melainkan sebuah untaian do’a, “ Semoga Allah senantiasa menjaga kebaikan dan kebenaran di dalamnya, dan terus menjadikannya tetap tertegakan kokoh di bumi pertiwi ini sebagai jembatan bagi manusia akan kebaikan dan kebenaran Ilahi yang terus terbentangkan sampai akhir hayat manusia. Dan semoga Allah menjadikan kampus LIPIA sebagai salah satu mata air ilmu syar’i yang senantiasa terjaga kebersihan dan kebeningannya, dan menjadi rujukan bagi para orang tua untuk menitipkan anak-anaknya dalam menimba ilmu syar’i. Dan menjadikannya kampus ilmu syar’i yang senantiasa terindukan dan mendapat ruang di hati para pencinta ilmu syar’i selamanya.” Amiin.

Wallohu a’lam bishowab



Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers