Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Pekewuh Yang Bikin Lusuh

Ketimuran atau lebih tepatnya budaya orang-orang timur, terutama manusia-manusia yang tersebar di bumi nusantara ini dikenal dengan keramahan dan sopan santun yang lebih jika disejajarkan dengan budaya barat.

Statement ini bukan tiada berdasar sama sekali, tapi ini adalah fakta yang telah membahana di banyak telinga atau tergores dalam banyak sebuah catatan-catatan tangan mereka - orang-orang barat - sebagai kesaksian yang pernah teralami dan terlihat sendiri.

Bahkan saya pernah mendengar sendiri akan kesaksian mereka, salah satunya dari orang timur tengah [ seperti Mesir, Saudi ] atau Afrika [ seperti Sudan ] bahwa orang-orang Indonesia memiliki keunikan budaya tersendiri, terutama keramahan dan sopan santunnya yang sangat baik. Dan inilah yang kemudian dikenal oleh mereka sebagai budaya timur, karena menurutnya budaya mereka sangat berbeda sekali dengan budaya ketimuran, khususnya masyarakat Indonesia. Yang sangat menarik bagi mereka terutama keramahtamahan masyarakat terhadap manusia lain yang belum dikenalnya.

Dalam budaya jawa sendiri, masalah keramahan tiada terasa asing lagi, terlebih di tahun dan masa-masa buyut kita. Budaya itu masih terasa kental sekali dan sakral teranggap.

Namun, setelah berkembangnya zaman dan semakin moderennya teknologi, pula semakin meningkatnya mobilisasi urban dari kampung ke kota, yang kemudian secara langsung atau tidak, sengaja atau tidak, mereka telah mengadopsi budaya-budaya manusia kota yang telah banyak tergerus oleh budaya barat yang individual, apatis, kapitalis, liberal atau yang semisalnya, budaya keramahan yang ketimuran telah mulai banyak terabrasi olehnya, dan tanpa terasa atau tersadar pula, budaya yang telah terkontaminasi terlahir turun temurun terhadap anak cucunya.

Dan ini pula yang banyak dikeluhkan oleh sebagian orang-orang barat yang tertarik dan cinta dengan budaya ketimuran. Namun paling tidak kita masih berbangga dengan budaya keramahan yang masih melekat di masyarakat meski tidak sekental sebelumnya.

Dan dari sekilas yang saya amati, budaya keramahan itu kerap pula menelurkan sikap pekewuh dalam sisi pengamalan ibadah. Pekewuh adalah bagian dari sikap keramahan yang memiliki arti sikap agak tidak enak dan merasa sedikit malu untuk melakukan sesuatu di hadapan orang lain.

Dan sikap pekewuh ini menjangkit pula dalam pengamalan sebuah ibadah, dalam arti banyak seorang muslim yang ketika hendak mengamalkan sebuah ibadah ia sering terhantui oleh sikap pekewuh yang menjadi penghijab dan penghalang dirinya untuk mengurungkan diri dari ibadah tersebut.

Sebagai contoh, ada seorang yang hendak membaca al-qur'an, namun ketika telah membuka mushaf datanglah seseorang duduk dekat dengan dirinya, dan kemudian ia merasakan sesuatu dalam hatinya, entah malu, takut mengganggu, tidak enak, khawatir teranggap riya atau sum'ah, dan perasaan-perasaan batin lainnya.

Memang terkadang perasaan itu adalah bagian dari pekewuh, namun jika perasan itu terus menjadi momok atau hantu yang akan menghalangi dirinya berbuat kebaikan, menghidupkan sunnah, mengamalkan ibadah dan yang semisalnya, maka sikap pekewuh yang menjadi bagian budaya keramahan telah menjelma menjadi budaya yang tiada terpuji lagi secara dien.

Bahkan para ulama mengatakan bahwa kekhawatiran akan terjatuh dalam keriyaan atau sum'ah yang memotivasi dirinya meninggalkan amalan shaleh tersebut, maka ia sejatinya adalah sebuah keriyaan pula.

Berapa banyak seorang muslim - termasuk saya dan mungkin juga anda - yang meninggalkan sebuah ibadah sunnah atau mengurungkan diri dari menabur kebaikan kepada manusia lain tersebab sikap pekewuh yang terlalu menindih dan menenggelamkan diri kita.

Pekewuh adakalanya baik, pula terkadang menjadi buruk karenanya. Menjadi buruk ia tatkala pekewuh mengeras kokoh menjadi tembok yang menghalangi diri dari berbuat kebajikan dan menebar kebaikan. Dan baiklah ia selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dien yang suci dan mensucikan.

Dan selama pekewuh terpelihara dalam hati dan menjadi penghalang teramalkan dan tertebarnya kebaikan, maka ia adalah pekewuh yang lusuh pula melusuhkan.

Wallohu a'lam bishowab

Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers