Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Jangan Dibaca ! Jika Kau Tak Sayang Padanya

Sedari kau terlahirkan dari rahim ibumu, kau seolah sosok yang kelak menjadi raja, atau seorang anak yang diperlakukan layaknya keturunan raja yang nantinya menjadi seorang raja. Semenjak itu kau memang diperlakukan bak seorang raja. Meski sejatinya kau bukanlah seorang keturunan raja, dan besar kemungkinan pula kau takkan pernah menjadi raja nantinya. Oleh Ibumu dan pula oleh bapakmu, kau begitu termuliakan dengan pendidikan, perawatan, perlakuan dan pelayanan yang tiada pernah keduanya memelas imbalan atau pamrih darimu.

Ibumu sudah sangat senang bertumpuk bangga di saat kau terlihat begitu bugar sehat ragamu dalam pandangannya. Begitu pula bapakmu yang akan sangat terhibur di saat melihatmu terus tersenyum bahkan tertawa di hadapannya. Pemandangan itu bagi mereka berdua sudah terasa cukup adanya sebagai gantinya akan keletihan dan seluruh pengorbanan terhadapmu sebagai anaknya, bahkan ia terasa lebih dari cukup dalam anggapnya.

Pernahkah kau mendengar tuturan semacam itu dari kedua orang tuamu secara langsung, kalau belum, tanyakanlah padanya lewat orang terdekatnya, " Apa yang membuat ibu dan bapak merasa cukup senang dan terhiburkan dari anak-anakmu ? "

Tiadalah mereka menjawab dan mengharap, melainkan bisa melihat anak-anaknya sehat, berbudi baik dan senantiasa tercerahkan wajahnya dengan senyuman dan keriangan di hadapannya. Itulah harapan mereka darimu wahai kau yang menjadi anak-anaknya.

Saat kecilmu di sisi keduanya, kaulah seorang raja baginya. Saat mandi kau dimandikan dengan penuh kasih sayang berupa guyuran air yang teralir dari kedua tangan lembutnya. Selepas kau mandi, kau pun dipakaikan baju yang telah dicuci bersih yang teruntukmu ia lakukan. Kemudian memberimu asupan asinya padamu atau berupa santapan makan yang telah ia sediakan untukmu yang semenjak subuhnya ibumu begitu tersibukan dengan memasak padahal kau masih ternyenyak dalam tidurmu atau gendongan lembut bapakmu.

Belum lagi setelah itu ibumu harus mengajakmu bermain dan mengajarimu beragam ilmu, mulai dari belajar tengkurap, berdiri, berjalan, berbahasa, dan yang lainnya yang sangat kau butuhkan kelak dewasamu.

Dan setelah itu ibumu masih disibukan lagi oleh ulahmu yang kerap kali kencing dicelanamu, karena kala itu kau belum kuasa untuk mengganti celanamu, kau hanya bisa buang air kapanpun kau mau, dan itulah yang termampukan olehmu. Ibumu harus mengganti bajumu dan mencucinya kembali padahal belum genap baju itu kau pakai setengah hari lamanya atau bahkan satu jam setelahnya.

Yah, itulah kau yang menjadi raja di hadapannya, dan itu masih berlanjut hingga mengantarmu ke dalam lelap tidurmu. Bahkan tak semudah yang kau bayangkan kini, tahukah kau betapa kadangnya kau begitu rewel dan susah untuk tidur, kau pun hanya berontak dengan tangisan-tangisan kerasmu.

Kalau kau merasakan, sebenarnya kelakuanmu kala itu begitu menjengkelkan dan membingungkan. Betapa tidak, kau terus berontak dengan tangisan terhadap ibumu akan apa yang kau mau atau rasakan, namun ibumu tiadalah mengerti akan maksudmu, tak kuasa menerjemahkan bahasa tangismu, dan tiada daya memahami apa yang kau inginkan melainkan sedikit saja, ya itulah bahasamu yang baru bisa kau utarakan akan ibumu, dan ibumu hanya bisa menerjemahkan sedikit saja dan itupun dari terkaan atau tebakan saja akan maksudmu. Sungguh, ibumu akan terasa sedih berlipat khawatir yang sangat di saat kau terus menangis tiada henti, ditambah ia tak mengerti apa maksud dan yang kau inginkan.

Saat kau menginjak usia kanak-kanak kau pun masih menjadi raja baginya, bahkan kau terkadang lebih meraja daripada saat kau masih bayinya. Dan tak jarang pula kau lebih menjengkelkan dan lebih nakal daripada sebelumnya, mungkin kau karena telah bisa berbuat dan berkata menurut apa yang kau suka. Padahal bahasa yang kau tuturkan dan langkah yang terayunkan adalah jerih payah kedua orang tuamu. Namun seringnya kau lupa, bahasa dan tingkahmu sering kau gunakan untuk menentang dan berontak terhadap keduanya untuk meminta apa yang kau inginkan. Padahal semuanya adalah tempaan dan karya kedua orang tuamu. Namun seolah kau tak merasa akan semua jasa itu, atau sengaja tak mau tahu akan hal itu.

Dan di saat remajamu atau dewasamu, kau pula masih sangat bergantung pada uluran tangan keduanya, bahkan setelah kau menikah pun tak jarang pula kau terkadang masih memelas akan kebaikan dan kemurahannya, padahal mereka berdua tak pernah meminta atau memelas sedikitpun akan kebaikan dan kemurahan tanganmu, meski kau dalam berlimpah hartamu dan mereka berdua dalam kekurangan serta keterbatasan kebutuhan hidupnya. Sungguh, sesusah dan sepayah apapun keadaan mereka berdua, mereka takkan mau memelas dan meronta di hadapanmu, mereka lebih baik mati dalam kewibawaan daripada harus bersimpuh memelas uluran tanganmu di hadapanmu.

Meskipun hal itu takkan terjadi padamu, tapi paling tidak itulah jiwa yang pasti tertanamkan pada setiap orang tua. Kau yang kini adalah orang tua bagi anak-anakmu, tidaklah lain adalah seorang anak bagi orang tuamu, entah mereka yang masih hidup di sisimu atau mereka yang telah lama berpisah denganmu untuk selamanya. Saya yakin kau kini pasti bisa merasakan apa yang sebenarnya mereka rasakan sebelumnya di saat kau belum bisa merasakan apa yang terasakan olehnya.

Ya, kau tak merasa bahwa kau tetap meraja di hadapan mereka berdua atau salah satunya, meski kau telah menjadi bapak atau orang tua bagi anak-anakmu, selama orang tuamu masih bersanding di sisimu, kau akan tetap bisa meraja atau tetap diperlakukan sebagai raja oleh mereka berdua atau salah satnya. Dan setelah mereka tiada lagi akan bersua denganmu di dunia ini, kau pun baru bisa merasakan kebenaran akan perasaan mereka sebelumnya yang jarang kau bisa rasakan sebelum kau menjadi orang tua bagi anak-anakmu.

Orang tua adalah orang tua yang akan mengalir secara alami jiwa keorangtuannya kepadanya. Maka hormatilah mereka dan junjunglah kedudukannya dengan penuh kemuliaanmu kepadanya.

Ingatlah kedua orang tua atau salah satunya termasuk orang tuamu, mampu untuk mengurus sepuluh atau lebih dari anak-anaknya dengan baik, namun sepuluh anak atau lebih tak kuasa untuk mengurus kedua orang tuanya atau salah satunya dengan baik sebagaimana halnya keduanya mengurus anak-anaknya dengan baik. Bahkan jarang sekali kita temukan mereka para anak yang kuasa untuk bisa mengurus dan memperlakukan orang tuanya dengan baik penuh kelembutan, pengorbanan dan kemuliaan.

" Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan curahkanlah kasih sayang-Mu terhadap mereka berdua sebagaimana mereka telah mengasihaniku dengan kasayangnya dan telah mendidiku di waktu kecil.

Ya Allah, sungguh aku telah banyak berbuat dzalim dan bersikap tidak mulia terhadap kedua orang tuaku, baik yang tersengaja ataupun tidak, maka ampunilah dosaku dan hapuslah kesalahanku, karena Kau adalah Dzat Maha Pengampun dan Maha Pemaaf terhadap hamba-hamba-Nya.

Dan tuntunlah aku dan saudara-saudaraku yang lainnya untuk bisa memuliakan kedua orang tuaku dan orang tua mereka dengan kemuliaan yang sebaik-baiknya, dan bisa berbakti kepada mereka dengan sebaik-baiknya, baik semasa hidup atau setelah matinya. Dan jadikanlah setiap anak keturunanku orang yang baik, shalih dan shalihah, serta sosok yang benar-benar berbakti terhadap orang tuanya." Amiin

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers