Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Tajamnya Yang Berlipat

Tajam adalah sebuah kata yang mengilustrasikan makna tentang kekuatan bilah sebuah senjata untuk membelah atau memotong sesuatu, ia bisa berupa sebilah pisau, belati, golok, keris, pedang, sabit, celurit, dan yang semisalnya. Kekuatan untuk memotong atau membelah inilah yang dikenal dengan kata tajam. Semakin baik dan cepat alat itu bisa memotong atau membelah, maka semakin tajam pula ia dikata, bahkan bisa dikata sebagai tajam yang berlipat atau berjamak.

Dan dari sekian banyak senjata, adalah pedang sampurai dari negeri sakura yang paling terkenal akan ketajamannya yang berganda. Sampai-sampai terceritakan bahwa sebuah kapas atau bulu yang lembut, lantas dijatuhkan tepat di atas sisi mata pedang samurai, maka kapas atau bulu itu akan terbelah tanpa harus menyabetkan [ mengayunkan ] samurainya.

Begitulah tajamnya hunusan samurai sakura yang dalam diamnya mampu membuat sebuah kapas atau bulu yang ringan bisa terbelah saat dijatuhkan di atasnya. Maka, ketajaman itu pasti berlipat berganda kala hunusan samurai terayunkan dalam kekuatan tenaga penuhnya.

Tajamnya samurai mampu menjadikan setiap apa yang disabetnya binasa atau menderita, terluka atau tersakiti selamanya. Tajamnya samurai bisa membuatmu tercacatkan fisik, terpotong anggota tubuhmu, atau hilangnya sebagian ragamu yang sangat kau hargai.

Namun, tajam bukanlah milik mutlak sehunus samurai atau senjata lain secara umumnya. Dan raga kita ternyata memiliki senjata dengan ketajaman yang berlipat melebihi tajamnya samurai yang berganda.

Yang tidak lain ia adalah sebilah lisan yang lunak dalam rongga mulut kita. Ia tak bertulang atau sekeras tulang, tak setajam sisi mata samurai atau setipis bilah samurai. Ia pendek dan tertampak tumpul. Namun, dalam kesan tumpul dan pendeknya, ia mampu melebihi kemampuan tajamnya samurai untuk membuat manusia binasa, tercacat, tersakiti dan terpuruk dalam derita bermasa lamanya. Meski secara fisik ia tak kuasa menjadikan manusia tercacati secara langsung, namun ia mampu menjadikan dirinya sebab bagi cacatnya manusia, derita dan binasa yang tak terelakan adanya.

Jikalau samurai sanggup menebas atau menyabet leher dan raga manusia yang terluarnya, dan menjadikannya terluka bahkan sampai binasa. Dan lisan pun kuasa untuk menebas dan menyabet manusia lain dari yang terdalamnya, yaitu melukai dan mencacatkan hatinya, menjadikannya terluka dan menderita tertelan dan berselimut masa.

Dan tak jarang karenanya seorang kawan menjadi lawan, atau seorang lawan menjadi kawan. Pula seorang sahabat dekat teranggap sebagai penjahat, atau seorang yang sejatinya jahat dianggapnya sebagai sahabat dekat penuh rahmat, manfaat dan tanpa sekat.

Betapa seringnya - mungkin jua kau pernah merasa - hanya karena lisan yang menutur kata yang penuh cela, ia pun mati konyol tersebab umbaran kata yang tak diterima hati kecilnya. Atas nama pembelaan, harga diri, kehormatan, dan kemuliaan, ia pun rela mengorbankan raganya hanya demi menahan serangan kata-kata lisan yang terlontar, mengarah dan telah melukai atau menyakiti hatinya.

Lisan punya ketajaman, ketajaman termiliki oleh setiap lisan dari manusia yang masih gentayangan di lorong kehidupan dunia. Tajamnya lisan tak butuh batu asahan, tajamnya lisan hanya terasah dari hati yang terumbar dalam luapan nafsu dan syahwat keburukan.

Semakin hati terliarkan olehmu di belantara nafsu dan syahwat, semakin tajam ia berlipat dan semakin menjadi dalam ketajamannya. Tajamnya lisan manusia tiadalah membuatmu terluka atau menderita layaknya kau terluka oleh sayatan sebilah samurai dalam ragamu. Kau akan jauh menderita dan terus terlilit luka karenanya. Dan tiadalah obat menyembuhkan melainkan untaian maaf dari si pelontar kata, atau keridhaan dan maafmu kepadanya. Dan itupun masih pula membekaskan luka yang secara manusiawi sulit terkuburkan darinya. Hanya manusia yang berjiwa besar, pemaaf dan yang mendapat rahmat Allah yang kuasa dan berusaha meredam diri dan hatinya dari dendam kepadanya.

Bukankah kau dan pula aku merasa tak terima dan terluka akan hunusan kata-kata tajam penuh cela yang terlontar dari lisan manusia lain, jika terjawab ia dan saya yakin kita pasti mengiyakannya, maka manusia lain pun merasakan seperti apa yang terasakan oleh kita. Tiadalah manusia satupun yang rela dengan guyuran kata-kata yang penuh hujatan ataupun cela, candaan berlebihan yang menyinggung berisi celaan terbungkus kataan guyon. Inilah tajamnya lisan manusia.

Ya, manusia memang butuh hiburan dan perlu guyonan, tapi kerapnya manusia tergelincir lisannya saat cadaan tawa tanpa terkendali adanya. Kadang guyonan itu berisi dan terselip celaan terhadap temannya, namun ternyata waktu dan moment yang tak sesuai yang membuat hatinya lebih tersinggung dan terluka karenanya. Dan benci pun tertelurkan, rasa tidak senang tertambatkan, dan rasa dengki mulai terus tersuburkan. Inilah salah satu bentuk contoh dari tajamnya lisan manusia.

Dan Rasulullah - shalallahu alaihi wa sallam - telah mengabarkan banyaknya manusia yang terseret ke dalam api neraka karena gara-gara terumbarnya lisan dan apa yang ada di antara dua lutut dan pusarnya, yaitu kemaluan.

Oleh karena itu, Rasulullah - shalalallahu alaihi wa sallam - mewanti-wanti umatnya untuk menjaga lisan dan kemaluannya. Bahkan Beliau menjadikan penjagaan terhadap lisannya dari perkataan buruk dan menggunakannya dalam perkataan yang baik adalah bagian dari keimanan kepada Allah dan hari akhir.

Beliau - shalalallahu alaihi wa sallam - bersabda :


وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“ Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah yang baik atau [ kalau tak kuasa berkata yang baik ] diamlah. “ [1]

Beliau juga bersabda :


المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه

“ Muslim sejati ialah mereka yang apabila kaum muslimin selamat dari [keburukan ] lisan dan tangannya
[2]

Begitulah lisan, tajamnya yang berlipat dalam ketumpulan yang tertampak. Tajamnya yang berjamak dalam kelembekannya yang terasa. Tajamnya yang terbentang dalam kelembutannya yang tak bertulang.

Semoga Allah menjaga tangan dan lisan kita dari dosa, dusta dan keburukan lainnya. Dan membasahinya dengan kebaikan dan amal shalih yang teridhai oleh-Nya. Amiin Wallohu a'lam bishowab

Wallohu a'lam bishowab
______________________

[1] HR. Bukhari ( 6018 ), Muslim ( 47 ) dan Abu Dawud ( 5154 )
[2] HR. Bukhari ( 10 ), Muslim ( 41 ) dan Abu Dawud ( 2481 )
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers