Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Dan Semua TERAKHIRI serasa MIMPI

Tiada ku merasa tepian Ramadhan telah menghampiriku dalam sayup sunyi. Sebulan berlalu serasa mimpi yang menghiasai bingkai-bingkai mimpiku semalaman. Hari-hari yang terlewati olehku bagai lembaran-lembaran buku yang kubuka satu persatu, begitu cepat halaman berganti halaman, tulisan bersulam tulisan, dan tema saling bergantian, akan tetapi di manakah tumpukan lembaran hayat itu tertampakan dari pandanganku.

Masih tergambar jelas dalam bingkai ingatanku, kala Ramadhan ini menyapa dan menyambut manusia, di saat pemerintah mengkabarkan awal Ramadhan sebagai hari pertama untuk berpuasa. Masih terlukis indah dalam bingkai lembaranku, kala tatapan ribuan manusia tertuju ke layar kaca menyaksikan keputusan yang siap teriringi ketokan palu tangan sang menteri agama. Namun, ternyata semua itu telah berlalu hampir sebulan lamanya, padahal masih terasa sekali dalam jari-jemariku untuk bisa menggapai itu semua.

Semua itu bagai mimpi yang sejatinya tiada sedikit pun aku terbui dalam mimpi. Dan begitulah hari-hari yang terus menghitung umurku menepi ke tepian ajal yang pasti. Semua berawal yang akan tiba saatnya untuk berakhir dan meninggal. Semua terlahir yang akan terus merangkak menuju ujung yang menjadi akhir. Semua datang dari jauh dan lamanya bersua yang kemudian menyapa detik-detik untuk menjauh pergi.

Kini Ramadhan pula ikut mengakhiri kemuliaan maupun keberkahan yang dibawanya dan dibentangkannya bagi umat manusia. Ku masih teringat kapan ia datang yang teriringi sambutan manusia dalam keriangan, dan kini ia mulai beranjak pergi sembari melambai meninggalkanku dalam misteri yang tiada ku pernah mengenal isinya. Mungkinkah kebersamaan itu bisa tergenggam kembali di tahun mendatang. Akankah kemuliaan dan keberkahan itu terbentangkan kembali bagiku di bulan Ramadhan yang akan datang. Masihkah ku saksikan keindahan Ramadhan di saat ragaku tersiapkan.

Semua itu adalah misteri Ilahi yang telah tertuliskan dalam lembaran hidupku. Bisa jadi Allah masih mempertemukanku dengan Ramadhan berikutnya, namun bisa pula Allah mengakhiri hayatku dengan menjadikan Ramadhan ini sebagai Ramadhan terakhirku. Siapakah yang tahu akan rahasia ajal bagi setiap makhluk yang bernyawa, hanya di tangan-Nyalah tergenggam semua ajal yang tiada makhluk pun mengetahui akan kepastiannya untuk tiba menyapa.

Ramadhan tahun ini mulai beranjak pergi dari sisiku, namun jiwa maupun ragaku belum teroptimalkan untuk mengisinya dengan beragam ibadah dan kedekatan diri kepada Allah. Masih banyak sekali cela dan kurang yang ku perbuat dalam bentangan ampunan dan rahmat yang Allah sediakan di Ramadhan ini. Masih begitu tipis manfaat maupun kebaikan yang tertebar dan terbagi dari tangan, lisan, mata, hati, kaki, dan semua anggota tubuh yang melengkapi ragaku. Justru sebaliknya, berapa keburukan dan kesia-siaan yang terus mengalir dari setiap anggota tubuhku dalam sehari-harinya, yang terkadang sangat jelas terasa bahwa perbuatanku tiada jauh berbeda dari apa yang ku lakukan dalam keseharian di luar bulan Ramadhan.

Terasa sesalku kala Ramadhan telah beranjak pergi dan mengakhiri segalanya dari kemuliaan dan keberkahan yang Allah bentangkan di dalamnya. Namun, tiada terasa di saat amalan dan perbuatan yang tiada manfaat di dalamnya ku lakukan di setiap hari-hari Ramadhan yang menghiasiku. Begitulah sesalan bagi manusia, yang hanya akan terasa di saat keberpisahan tiba untuk mengakhiri segala keindahan yang ada. Yang hanya dirasa kala bentangan kebaikan tiada lagi terberikan untuknya. Yang hanya bisa ditangisi oleh orang-orang yang mengerti akan makna sebuah sabana kebaikan yang membentang.

Demikianlah sesalan manusia di dunia, yang terkadang membawa deraian air mata di saat berpisahnya, namun ia kembali melukis dengan kanvas-kanvas keburukan dan kesiaan kala Allah berikan kesempatan yang kedua atau ketiga kalinya berupa samudera kebaikan yang terlihat tiada bertepian. Dan begitulah tabiat buruk manusia yang ku berlindung kepada Allah darinya. Mungkin sesalan itu sedikit berarti setelah berpisahnya, karena Allah masih bentangkan sebelas bulan setelahnya dalam bingkai misteri ajal yang tiada pasti untuk tersadar dan berbuat lebih baik dan lebih banyak lagi akan kebajikan maupun ketakwaan kepada-Nya.

Aku berlindung kembali kepada Allah dari sesalan semacam itu di dunia, terlebih dari sesalan yang akan terjadi di akhirat nantinya. Karena tiada lagi kesempatan yang Allah bentangkan untuk menuai kebaikan dan mengulang kehidupan di dunia setelah berakhirnya. Sungguh, tiadalah makna maupun manfaat sedikit pun dari sesalan kelak di akhirat, melainkan hanya akan menambah lara dan kesediahan yang menyelimuti raga dan jiwanya.

Allah berfirman tentang penyesalan orang-orang kafir ;


فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِين

“ Maka seandainya kita dapat kembali ( ke dunia ), niscaya kita menjadi orang-orang yang beriman “
[ QS. Asy-Syu’ara : 102 ]


وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ

“ Dan orang-orang yang mengikuti berkata, “ sekiranya kami mendapat kesempatan ( kembali ke dunia ), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka, sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami. “ Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka perbuatan mereka yang menjadi penyesalan mereka.”
[ QS. Al-Baqarah : 167 ]
Demikianlah Allah tiada lagi memberinya kesempatan untuk hidup kembali di dunia, karena hal ini telah menjadi tabiat mereka yang apabila dikembalikan ke dunia mereka pun akan mengulang dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

Allah berfirman :


وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

“ Sendainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Mereka itu sungguh pendusta.” [ QS. Al-An’am : 28 ]

Aku berlindung dari sesalan semacam itu dan dari sifat tabiat mereka orang-orang kafir.

Demikianlah Ramadhan kali ini akan berakhir dan pergi meninggalkan diriku dan semua manusia. Ia bawa kembali kemuliaan dan keberkahan serta beribu kebaikan yang Allah bentangkan di dalamnya. Ramadhan telah melambai dan mengucapkan selamat tinggalnya untuk keberpisahan yang mungkin masih bersua dan mungkin pula menjadi keberpisahan untuk selama-lamanya.

Bolehlah diriku dan dirimu untuk bersedih dan tertunduk lusuh dengan kepergiannya, karena masih banyak terasa kesia-siaan dan keburukan yang teramalkan selama Ramadhan bersanding di sisi kita, pula masih banyak terasa kebaikan dan amal shalih lainnya yang belum kita amalkan dan tingkatkan dalam keseharian bulan Ramadhan. Tapi, janganlah kesedihan itu terus menyelimuti dan menjadi bunga-bunga hiasan batin kita, karena Allah masih bentangkan sisa waktu dari umur kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas amal kebajikan maupun ketakwaan kepada-Nya sampai rahasia Allah benar-benar terjadi pada kita.

Semoga ajal menjemput jiwaku maupun jiwamu dalam diri yang siap dan dalam ketaatan kepada Allah. Dan semoga Allah memberikan petunjuk dan pertolongan-Nya kepada kita untuk bisa memanfaatkan hari-hari yang menjadi sisa umur kita dalam kebaikan dan ketaatan. Pula, semoga Allah mempertemukan kita kembali untuk bisa bersua dengan bulan Ramadhan di tahun yang akan datang dan mampu untuk mengisinya dengan beragam manfaat, kebaikan dan ketaatan di dalamnya. Amiin

Wallohu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers