Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Bangkrut Yang Tiada Terasakan

Siapapun dan betapapun kita, tiada lain hanyalah seorang peniaga dan pesafar di dunia ini. Bersama kita barang perniagaan yang berupa diri kita sendiri dan harta benda yang kita miliki.

Dan tiadalah pembeli dari perniagaan kita melainkan Allah yang hendak menukarkannya dengan sesuatu yang lebih baik dari seluruh apa yang terpunyai oleh seluruh manusia di dunia ini, ia adalah berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan terpenuhi dengan beragam kenikmatan dan keindahan yang belum pernah terlihat mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terbesit dalam hati manusia sebelumnya.

Dan tiadalah barang perniagaan manusia itu ditukar oleh Allah dengan sesuatu yang sangat mulia, melainkan barang itu sangatlah baik dan bernilai di dalamnya. Oleh karena itu Allah hanya akan menukarkan surga-Nya dengan jiwa-jiwa yang terpenuhi keikhlasan beramal, keimanan yang bersih dan harta-harta mereka yang dibelanjakan di jalan kebaikan dan kebenaran. Begitulah kemahamuliaan Allah yang hanya akan menghargai sesuatu yang mulia dengan kemuliaan yang jauh lebih mulia darinya.

Pula, Allah hanya akan menukar sesuatu yang jelek dari perniagaan kita yang tiada bernilai sama sekali atau bahkan sangat memudaratkan peniaga lainnya dengan sesuatu yang lebih buruk dan tak bernilai sama sekali bagi pemiliknya. Dan begitulah Allh akan menukarkan neraka-Nya dengan jiwa-jiwa yang kufur dan harta-harta mereka yang terbelanjakan di jalan kemunkaran dan kebatilan.

Namun tiadalah kita sebagai seorang peniaga melainkan peniaga yang sering menaruh cacat dan cela dalam barang perniagaannya, tanpa sadar atau yang dalam sadarnya, dan semua itu hanyalah sebuah perilaku yang tidak bijak dari seorang peniaga yang akan mencacati dan mengurangi nilai dari barang perniagaan kita yang tertawarkan selama ini.

Dan betapa sering dan ingatkah kita akan perlakuan buruk kita dalam perniagaan yang kita sediakan ? padahal kerugian yang menimpa perniagaan kita tiada lain adalah kecerobohan kita sendiri. Namun betapa lembutnya kecerobohan itu bisa terasakan oleh diri kita, sehingga hanya kerugianlah yang berbilang dan tersesalkan oleh kita pada akhirnya.

Terasakah oleh kita bahwa dalam setiap perputaran masa, kita kerap kali menaruh cacat dalam barang perniagaan kita, dan sejatinya ia adalah kebangkrutan dan rugi yang sedang kita tumpuk berlipat-lipat lagi berbilang, namun tiadalah ia terasakan oleh kita melainkan sedikit saja, hanya terbesit dan berlalu begitu saja. Memang, kerap kita anggap ia hanya rugi yang kecil saja. Tapi kita sering lalai dan terlalaikan oleh kemungilannya. Dan baru tersadar di saat kecil-kecil itu telah menggunung besar kininya.

Begitulah sifat manusia, menganggap kecil yang kecil dan tiada bernilai awalnya, namun baru tersadarkan di saat yang kecil itu telah menjadi besar, ternyata kecil itu begitu bernilai dan berharga bagi si besar.

Bukankah gunung yang besar menjulang tinggi ke langit, ia adalah tumpukan tanah dan batu-batu kecil yang sering terinjak oleh kaki dan bisa tergenggam dalam tangan kita ?

Pula, bukankah bentangan samudera yang luas adalah kumpulan tetes-tetes air yang bisa kita halau dari pipi kita dan terasa tak ada faidah darinya. Namun ternyata tetesan-tetesan itu setelah menyatu dan menumpuknya bisa menenggelamkan dan membuat kita binasa. Kita pun baru tersadar bahwa begitu berharganya tetesan air itu bagi bentangan samudera.

Kita sadari dan akui betapa seringnya melakukan perbuatan yang sia-sia dan tiada terkandung faidah di dalamnya, meski ia bukanlah perbuatan haram atau maksiat, tapi ia tetap saja membuat perniagaan kita tercacati dan menjadi merosot nilainya. Itulah kebangkrutan dan kerugian yang seringkan kita bersantai dan bertenang diri dengan apa yang sedang kita jalani dan lakukan selama ini.

Semoga hati kita tergugah dan bangkit, memulai diri menjadi seorang mukmin sejati sang peniaga ulung yang akan meraup laba dan keuntungan yang berlipat di akhir perniagaan kita

Allah telah berfirman :


إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“ Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, [ sebagai ] janji yang benar dari Allah di dalam taurat, injil dan al-qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” [ QS. At-Taubah : 111 ]

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers