Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

LIPIA, bukanlah surga atau taman surga

Lipia bukanlah surga, dan tiada sedikit pun ia kan menjadi taman-taman surga. Tapi, Lipia hanyalah sekedar jembatan atau benang kecil penghubung jalan ke surga.

Betapa pun adanya, Lipia adalah bentuk kemurahan Allah yang luar biasa bagi umat islam indonesia dan sangat patut tersyukuri dengan syukur yang terbesar dari kita [ khususnya para mahasiswanya ] dan umumnya umat islam indonesia.

Bisakah terbayang oleh anda, atau paling tidak terenung barang beberapa menit adanya. Kampus yang semacam lipia [ yang menjadi cabang unv. Muhammad Ibnu Saud ] di dunia cuma ada 4 [ indonesia, jepang, marutinia di afrika, dan amerika ] - itu setahu saya, mohon diralat jika salah bagi yang tahu data teranyar dan terbarunya yang tervalid tentangnya - dan yang di marutinia telah di tutup. Dan semua cabang itu gratis tak ada pungutan sepeser pun, bahkan semua mahasiswanya mendapat beasiswa.

Dan yang di indonesia adalah cabang yang paling maju, bahkan ada wacana akan di buka cabang lagi di Malang, sulawesi dan sumatera, tapi saya rasa itu masih sekedar wacana dan masih jauh adanya, karena dari yang teramati bahwa gedung Lipia yang sekarang masih nyewa, dan sebenarnya sudah punya lokasi luas untuk di bangunnya gedung baru milik Lipia sendiri di sekitar dan dekat terminal kampung Rambutan, tapi lokasi itu belum pula terbangun di atasnya gedung lipia yang baru. Paling tidak cabang Lipia akan terwujud jika gedung yang baru ini tertegak kokoh berdiri di sana.

Meski baru wacana, kita berharap dan senantiasa terpanjat do'a kepada Allah agar cepat dan dekat terwujud adanya.

Terenung pula, kalau anda mau terenungkan karenanya, betapa banyaknya manusia yang terhidayahkan dan terfaidahkan dari lisan mulut maupun lisan tulisan dari para lulusan Mahasiswa Lipia semenjak masih bernama LPBA [ Lembaga Pendidikan Bahasa Arab ], atau mereka yang sekarang masih mengenyam pendidikan di LIPIA yang aktif berbagi ilmu lewat lisan maupun tulisannya.

Di antara mereka ada yang menjadi penerjemah, anggota MUI pusat, pendidik di berbagai pesantren, motivator, penulis profesional, praktisi dakwah di lapangan, mengelola yayasan pendidikan dan sosial, mendirikan ma'had atau pesantren, peniaga islami, konsultan syariah, dan profesi-profesi strategis lainnya. Dan semua itu tiada kita nafikan menjadi jembatan dan jalan hidayah bagi umat islam, khususnya di Indonesia.

Bukankah ini kemurahan Allah yang sangat besar atas umat islam dan negeri ini?

Bayangkan pula, seandai kampus Lipia berbayar dan tiada beasiswa sedikit pun melainkan bagi mereka yang berprestasi, saya yakin kegandrungan dan keminatan untuk belajar ke Lipia tiada setinggi dan seramai seperti semenjak berdirinya Lipia hingga saat ini yang semakin terminati oleh para lulusan pesantren, ma'had, atau siapa saja yang hendak menimba ilmu syar'i lebih mendalam dan menyelam banyak tentangnya.

Bayangkan, berapa biaya operasional dalam sebulannya yang terguyurkan Lipia untuk beasiswa seluruh Mahasiswa, gaji dosen, pegawai dan operasional kampus lainnya, termasuk buku-buku panduan yang dibagi cuma-cuma ? Jelas milyaran adanya menurut saya. Bukankah ini kemuliaan dan kemurahan yang sangat besar dari Allah untuk umat islam di negeri ini khususnya.

Adakah Kampus negeri atau swasta di Indonesia yang bersedia berbagi kedermaan, kemudahan dan kemurahan secara totalitas terhadap seluruh Mahasiswanya seperti layaknya yang dilakukan Lipia ?

Sungguh,inilah kemurahan dan kemahakayaan Allah untuk menjaga islam dan umatnya sampai hari kiamat,adakah yang lebih kaya dari Allah ? Dan jika Allah berkehendak dengan luasnya kekayaan yang termiliki-Nya, niscaya tiada makhluk pun yang kuasa menghalangi kekayaan itu akan terbagi dan sampai kepadanya.

Dan tiadalah kekayaan materi yang termiliki dan tergenggam dalam tangan manusia, seluas atau sebanyak apapun yang terpunya, melainkan semua itu hanyalah kekayaan nisbi yang sejatinya adalah milik-Nya, yang Dia berkehendak mengambil kapan saja darinya.

Sekali lagi, Lipia hanyalah bentuk kemurahan Allah yang sangat besar, dan ia hanya menjadi salah satu jembatan ilmu dien dan hidayah yang akan mengantarkannya ke surga, tentu bagi mereka yang ikhlas dan istiqamah mengamalkan dan berbagi ilmu yang telah terserap dan tertimba di Lipia.

Dan Lipia bukanlah taman surga,terlebih sebagai surga yang mengharuskan suci dari keburukan, aib, kekurangan, cela, atau kejelekan lainnya, terlebih Lipia hanya terisi manusia biasa yang tiada lepas dari salah dan dosa. Karena kesempurnaan hanya milik Allah yang terbentang pada nama-nama-Nya yang husna dan sifat-sifat-Nya yang sempurna.

Sungguh,keberadaan Lipia yang telah dan akan selalu mencetak para penyeru kebaikan dan kebenaran, belumlah cukup dan jauh dari kata cukup - menurut saya - jika dibandingkan jumlah umat islam dan manusia lainnya yang tersebar di seluruh tanah air yang masih sangat membutuhkan para penyeru dan penunjuk kebaikan pula kebenaran. Entah lewat lisan, tulisan atau amal nyata mereka.

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers