Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Umurmu Waktumu

Waktumu adalah umurmu, umurmu adalah waktumu. Usiamu yang menjadi waktumu tiada lain hanyalah ibarat angin yang selalu membelai ragamu. Ia tak terlihat dan berwujud dalam pandangan, namun ia bisa begitu terasa dan teraba akan kewujudannya.

Apa yang terpikir olehmu akan angin yang terus menemani dalam sisimu, tiada pernah dan takkan pernah kau mengenal akan wujud aslinya, meski ia begitu dekat daripada pelukan dan betapa terasa dalam dekapan.

Kau mengenal angin yang seolah teman akrab tanpa adanya kata berpisah, kau rasakan kehadirannya tanpa pernah keluhkan wujud aslinya. Kau mengenalnya, merasakannya, dan yakin akan keberadaan atau wujudnya, tapi tiada pernah kau lihat seperti apa dan bagaimanakah ia. Ia ada dan benar-benar terasakan adanya. Namun seperti apakah ia sebenarnya, belum pernah kau temukan jawaban dan kuncinya.

Ia benar ada, dan memang ada, dan akan terus terasa keberadaannya selama ruhmu masih ada dan meraga denganmu. Dan kesejukan adalah bukti akan kewujudannya, pula lambaian dedaunan hijau, goyangan pepohonan, gelombang atau ombak lautan, atau debu yang beterbangan dan asap yang mengepul ke angkasa dalam kejar mengejar adalah kesaksian lain akan wujudnya yang benar-benar ada. Masih begitu banyak tanpa berbilang jemari tentang bukti-bukti keberadaan angin di setiap ruang gerak kita, namun tak satu pun dari mereka yang mampu mengajak kita untuk tahu dan mengenal wujud aslinya. Dan untuk selamanya hingga ajal menjemput kita, kita takkan pernah tahu dan mengenalnya.

Begitulah deskripsi mungil akan angin yang selalu menemani hayat kita, yang tidak lain menjadi ilustrasi tentang begitulah umur atau waktu yang tersandingkan bagi raga kita.

Umurmu adalah waktumu yang seperti angin dalam hayatmu. Bukankah kau rasakan akan keberadaan umur atau waktu bagi hayatmu ? Sungguh, kau rasakan ia dalam wujudnya yang belum dan takkan pernah tertampakkan di hadapanmu atau dalam pandanganmu. Ia benar-benar ada, tapi takkan pernah kau lihat wujudnya hingga ragamu menua dan wajahmu menjelma keriput sejadi-jadinya. Bahkan sesampaimu di ujung keberpisahan antara ragamu dan ruhmu, kau pun takkan pernah tahu dan takkan pernah melihat wujud waktu atau umurmu.

Kau hanya bisa merasakan dan melihat ayat-ayatnya bahwa ia memang ada dalam kewujudan yang ghaib bagi pandangan matamu. Dan kau takkan pernah memungkirinya bahwa ia adalah selimut hayatmu yang selalu membalutmu. Selama ia masih hangat dalam balutannya kepadamu, kau pun akan terus merasakan keberadaannya yang nyata dalam hayatmu. Tapi selamanya kau takkan pernah tahu seperti apakah ia sejatinya berwujud dalam pandanganmu.

Ragamu yang merapuh, rambutmu yang mulai memutih, wajahmu yang dulunya imut telah menjelma keriput, tegak berdirimu yang gagah yang kini condong rapuh seolah hendak merebah, larimu yang dulu kencang yang kini terikat kencang tiada bisa terlangkahkan, kulit halusmu yang dulu terbanggakan dan kini telah melipat gelombang lautan, pandangan matamu yang tajam dalam kecerahan yang kini terus mulai melemah dan terkaburkan, dan masih begitu banyak ceceran lainnya yang tiada berbilang pula sebagai ayat-ayat akan kebenaran wujud dan keberadaan umur yang menjadi waktumu.

Dan begitulah yang hanya bisa kita ketahui dan kenal dari umur yang menjadi waktu kita. Yang bisa kita lihat dan rasakan hanyalah ayat-ayatnya saja tanpa pernah tahu wujudnya, tapi kita yakin tanpa pernah teragukan keyakinan itu akan wujud dan keberadaannya yang telah menjadi selimut hayat kita.

Namun, kita kerap kali tak merasakan atau tak mau merasakan akan berbilangnya ayat-ayat itu berselancar di sekeliking kita. Atau kita jarang dan tak mau tersadar melihatnya, atau memang benar-benar enggan untuk melihat ayat-ayat itu bertebaran di hadapan kita.

Dan akhirnya tak sedikitpun ibrah yang terambil darinya bahwa umurmu adalah waktumu yang berujung dan berakhir, bahwa umurmu berada dalam kewujudan yang akan sirna dan binasa terikuti kebinasaan ragamu. Dan waktumu adalah umurmu yang menjadi bentangan samudera akan kebaikan dan keburukan amal yang kerjakan di dunia ini. Namun kita sering terlupa dan melupakannya bahwa ia akan berakhir dan terakhiri oleh ajal atau maut yang akan membinasakan segala yang kita senangi dan kita benci. Menghanguskan setiap yang kita banggakan dan kita hinakan.

Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa mengingat akan ayat-ayatnya dan mengambil ibrah darinya, sehingga kita senantiasa memanfaatkan dan membentangkannya untuk memenuhinya dengan amal kebajikan dan taqarub kepada Allah, dan sekuat mungkin untuk menutupnya dari berbuat keburukan, dosa dan maksiat kepada-Nya.

Sungguh, waktumu yang menjadi umurmu adalah sangatlah berharga dalam hayatmu, sampai-sampai Allah bersumpah dengannya, dan tiadalah Allah bersumpah atas nama mahluknya melainkan mahluk itu memiliki kemuliaan yang agung dalam pandangan-Nya.

Allah berfirman :


وَالْعَصْرِ ( ) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ( ) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ( )


“ Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran “ ( QS. Al-'Ashr : 1 - 3 )

Wallohu a'lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers