[
Bulu kuduknya kembali merinding ditambah hawa dingin air kali yang terus
tertitik oleh gerimis yang masih tak kunjung reda. Sesekali Imam memandang ke
seberang kali. Ia teringat gua si mama tua saat menatap pohon besar di seberang
kali yang sangat rindang, gelap dan begitu menyeramkan.
Setelah selesai berwudlu, Imam menatap tajam dan mencari-cari keberadaan gua si mama tua yang pernah di ceritakan oleh pak tua. Ia memandangnya ke semak-semak rindang yang ada di bawah pohon besar itu. Tapi, ia belum juga menemukan sesuatu yang mirip seperti gua ]
Ini
adalah penggalan cerita serial [ Keangkeran Belantara Bima ], saat menulis
penggalan cerita ini saya teringat akan satu sosok binatang buas yang sangat
ditakuti oleh bangsa hewan itu sendiri, terlebih bangsa manusia, yakni HARIMAU.
Ia adalah kucing raksasa yang terkenal ganas lagi buas yang suka mengembara di
belantara. Dan kata HARIMAU mengingatkan saya pada sebuah ungkapan Mulutmu
Harimaumu.
Mulutmu Harimaumu
Mulutmu harimaumu, adalah sebuah perumpamaan yang membandingkan mulut manusia dengan mulut hewan yang satu ini, bukan karena kesamaan bentuk atau modelnya, karena memang tak sama antara manusia dan hewan, tapi karena adanya wajhu syabah [ sisi kesamaan ] antara keduanya, ialah sama-sama buasnya.
Maka, terciptalah sebuah perumpamaan yang tersebab wajhu syabah tadi. Manusia menjadi buas lewat mulutnya dengan kata-kata pedas atau ucapan buruk lainnya. Harimau menjadi hewan terbuas karena memangsa hewan lain saat perutnya terhimpit rasa lapar.
Kebuasan harimau hanya saat tertimpa lapar, kebuasan mulut manusia selalu menebas kala lapar, pula di saat terkenyangkan. Kebuasan harimau hanya mengoyak hati sesaat yang termangsa dan mati kemudian. Kebuasan mulut manusia akan membekaskan sakit hati dalam raga yang masih hidup terteruskan.
Harimau yang buas akan memangsa hewan dekat dan berada di hadapannya. Mulut manusia yang buas akan memangsa saudara-saudaranya yang dekat maupun jauh, yang tertampak atau mereka yang tersembunyi.
Buasnya harimau akan tertahan saat terkenyangkan. Buasnya mulut manusia tiada pernah tertahankan, bahkan semakin terumbarkan dan takkan pernah kenyang dengan apa yang termakan.
Kebuasan harimau akan menjaga siklus rantai makanan alam terstabilkan. Kebuasan mulut manusia akan merusak dan menghancurkan siklus kehidupan, merobohkan dua dunia, dunia hati dan dunia nyata, atau bahkan dunia lain.
Mulutmu Hari-Maumu
Ungkapan ini adalah sebuah istilah yang jarang terdengar dan tak terpakaikan. Ungkapan ini memang tak termaksudkan sebagai perumpamaan.
Tapi, dalam kedua istilah di atas ada kesamaan, sama-sama tersusun oleh huruf-huruf yang tiada berbeda sama sekali. Namun ada perbedaan dari sisi pemaknaan dalam kata harimau.
[ 1 ] Harimau, satu kata tanpa berjeda, ia berupa satu kesatuan dan terbentuk sebagai kata benda yang bermakna sejenis binatang belantara rimba yang terkenal ganas lagi buas.
[ 2 ] Hari-Mau, kata yang berjeda dan tersusun dari dua kata, hari ialah kata keterangan penunjuk waktu yang tersusun dari kumpulan detik, menit dan jam. Mau ialah kata kerja yang bermakna ingin, berhasrat dan berkehendak.
Mulutmu
hari-maumu ialah mulut manusia yang menerjemahkan isi hati atau pikiranmu,
baik atau buruk, yang telah memenuhi keseharianmu dengan keinginan dan ambisi
yang tiada habisnya.
Mulut manusia cermin hatinya, mulut manusia mengiringi kesehariannya, hari-hari menemani mulut manusia, mulut manusia penerjemah isi hati dan pikiran, mulut manusia akan menjadi saksi dan tersaksikan kelak kemudian, hari-hari akan tersaksikan atas apa yang terbuat dan terucapkan oleh mulut-mulut manusia.
Mulutmu
harimaumu, harimaumu ada di mulutmu, kebuasan harimaumu adalah kebuasan
mulutmu, hari-harimu akan menjadi saksi akan kebuasan harimaumu, kebuasan
mulutmu adalah harimau peliharaanmu. So…
Mulutmu harimaumu .... Maung
Mulutmu
kucingmu ..... Meong
Mulutmu
hari-maumu .... Woow
Hai,
mulutmu mulutmu .... Manyun
Wallohu
a’lam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar