Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

BONEK Pasca Ujian Nasional [ 1 ]

Selepas ujian nasional di hari ketiga, saya bersama beberapa teman pencinta alam yang tergabung dalam Repala SMANCIP [ Remaja Pencinta Alam SMA N 1 Cipari Cilacap ] mengajukan proposal champing ke pihak Sekolah. Tempat yang menjadi pilihan adalah Belantara Bima yang terletak di Kota Majenang.

Tapi jawaban pihak sekolah nihil alias tidak mengizinkan anak didiknya pergi berkemah ke Belantara Bima. Kepala sekolah tidak mau bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan, hal itu tersebab tak ada guru yang bersedia mendampingi kegiatan kemah tersebut.

Meski Repala tak mendapat rekomendasi pihak sekolah, saya dan teman-teman dengan semangat BONEK [ bondo nekad ] tetap memutuskan pergi berkemah.

Sesampai di tepi Belantara Bima, segala persiapan diturunkan dari mobil yang disewa mulai dari bahan makanan sampai tenda perkemahan. Mulailah Kami susuri semak-semak di antara pepohonan raksasa yang menjulang tinggi ke angkasa. Beragam serangga ikut mewarnai perjalanan Kami. 

Yang paling mengganggu adalah serangan nyamuk belantara yang jauh lebih besar dari nyampuk kamar rumah. Nyamuk-nyamuk itu terus membuntuti dan menusuk kulit Kami beberapa kali.

Belantara yang terus beranjak petang masih kami susuri, hawa dingin mulai terasa menggigit sekujur tubuh, jarak pandang pun mulai terbatas akibat kabut yang bertambah pekat, tapi semua itu tak mengurang semangat kami untuk terus mencari tempat yang terbaik di belantara Bima. 

Sebelum gelap maghrib merengkuh belantara, dua tenda telah berhasil terhamparkan, beberapa peralatan lain pula siap digunakan, lampu petromak, tempat masak, kayu bakar dan sejenisnya. 

Gulita malam pun terus meraba pepohonan belantara, sunyi sayup menambah ngeri suasana, yang terdengar hanya ringkihan serangga kecil atau jeritan katak menyahut panggilan kawannya, tak ada lampu yang nyala, karena petromak rusak terguyur derasnya hujan, kami hanya tertemani senter mungil dan beberapa lilin.

Malam semakin mencekam, tak ada manusia di tengah belantara melainkan 15 orang yang terbagi dalam dua tenda. Seandai serangan binatang buas tiba-tiba menyergap tidur kami, pasti kami akan terkoyak dan tak ada satu pun yang mendengar teriakan kami, terlebih menolongnya. Seandi Kami terbebas bisa lari, siapa menjamin selamat akan menyapa sampai pagi. 

Belantara bima tetap terkenang. Siapa pun berani masuk belantara, apapun ia namanya, berarti ia bermain dengan kengerian. Belantara identik dengan kengerian. Tapi belantara bukan hanya ditengah rimbanya hutan. Kini belantara yang satu ini menyeruak lebat di antara tubuh kalian. Belantara ini lebih ngeri dan mencekam. Siapa yang ceroboh dan tak berhati-hati menyusuri semak-semak dan gelapnya di antara pepohonan. Ia akan terperosok jurang dan nyawapun bisa melayang.

Lisanmu belantaramu, janganlah kau bermain-main dengannya, berhati-hatilah saat kau susuri gelapnya belantara lisan. Karena berapa banyak kawan berubah menjadi lawan karena lisannya, berapa banyak lawan menjadi kawan karena lisannya. 

Dan berapa banyak hati tersakiti dan lama terobati karena buruknya lisan. Betapa banyak hati tergoda dan tertipu karena gemulai dan lincahnya lisan.

Belantaramu ada di lisanmu, lisanmu menjadi belantaramu. Kengerian meliputi belantara, kengerian mengiringi lisan. Kegelapan pasti ada di belantara, kedustaan pasti ada di lisan. Kehati-hatian di belantara adalah pembelajaran bagi kehati-hatian di lisan.
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers