Kali ini keduanya benar-benar ketakutan sekali. Tangannya
menggigil bukan karena hawa dingin, tapi karena gemetar rasa takutnya yang
telah menguasai sekujur tubuh. Suara itu mirip kuntilanak yang tertawa
mengikil.
” Hi hi hi hi … Hi hi hi hi …. Hi hi hi hi …. “
Dalam dinginnya malam yang menyelimuti belantara, rintikan
gerimis yang juga tak kunjung reda, dan gemetar tubuh keduanya karena dingin
tercampur takut, tiba-tiba kedua mata mereka terkejutkan oleh gerakan semak-semak
yang menjadi sumber suara mistis itu.
Ini adalah suasana yang paling menyeramkan, ringkikan yang
mirip kuntilanak belum saja lenyap, goyangan semak-semak malah menambah debar
jantung mereka semakin kencang. Imam dan Agus menjadi bingung bercampur takut
yang sangat, keduanya hendak lari sekencang-kencangnya, tapi dalam hati Imam
bergeming, ” ngapain kita lari, toh semuanya semak-semak, juga jalan setapak ke
arah kemah yang kita tahu cuma itu satu-satunya “.
Tangan Imam pun langsung menarik kencang pundak Agus yang
sudah start untuk lari. Di tahannya tubuh Agus yang terus berontak dan memaksa
lari. Tak cukup itu, Imam pun teriak sekeras-kerasnya, ” Gusss …. Hei, Guss …!
Jangan lari, guss “
Usaha Imam tak sia-sia, ia berhasil menenangkan dan menahan
Agus. Imam terus berusaha membuat Agus lebih tenang dan jangan terbawa perasaan
batinnya. Akhirnya keduanya berdiri kaku menatap ke arah semak-semak dengan
gemetar tubuh yang terus menemaninya. Kemudian Agus memberanikan diri
menyorotkan cahaya senter ke arah semak-semak. Dilihatnya ia dengan seksama.
Ternyata semak-semak itu terus bergerak-gerak, dan arah gerakan itu menuju ke
mereka.
Keduanya semakin kalut dan takut, ” jangan-jangan di balik
semak itu adalah harimau siluman yang mengikuti kuntilanak ” hati Imam bergumam
dalam kekalutan.
” Gus, kita tunggu sampai ada yang keluar dari semak itu,
kalau yang keluar itu harimau atau hewan buas lainnya, kita siap-siap lari ke
arah kali ya ‘ ” bisik Imam kepada Agus.
” loh kok ke arah kali si Mam, bukannya lari saja ke timur
lewat bantaran kali, nanti kita bisa ngumpet di semak-semak yang lain, mam
pokoknya kita lari aja ke arah sana ” bisik Agus dengan nada sedikit memaksa
sembari mengarahkan telunjuknya ke arah timur.
” Begini gus, kalau kita lari ke timur, jelas gak mungkin.
Kita gak bawa senjata pelindung sama sekali. Tapi kalau ke kali, paling tidak
kita bisa menggunakan batu untuk melawan ” tegas Imam membela diri.
Akhirnya Agus pun setuju dengan apa yang dikatakan Imam. Dan
keduanya terus mengawasi gerakan semak dalam rintikan gerimis malam. Dalam rasa
tegang yang penuh takut, tiba-tiba suara ringkikan kuntilanak kembali menyeruak
dari balik semak-semak. Suara itu cukup keras yang membuat bulu kuduk mereka
kaku berdiri.
” hi hi hi … Hi hi hi … Hi hi hi “
Rasa takut Agus hampir tak tertahankan, dalam batinnya ia
terus berontak untuk lari, tapi keberadaan Imam membuat dirinya mengurungkan
itu semua. Kalau saja ia sendirian dalam kondisi itu, sedari awal ia sudah lari
tunggang langgang entah kemana.
Sementara itu, Imam tetap tegar meski kekhawtiran dan takut
menyelimuti dirinya, ia berusaha tetap tenang dan tidak gegabah. Bahkan
terbesit dalam hatinya untuk tidak lari sama sekali, ia anggap itu adalah
moment yang luar biasa untuk melihat kuntilanak secara kasat mata, karena yang
terasa selama ini hanyalah imajinasi semata seperti apa yang dilihatnya dalam
film horor. Justru ia ingin membuktikan, benar adakah kuntilanak itu, sesosok
makhluk halus yang berwujud perempuan berambut panjang dengan pakaian yang
serba putih. Inilah yang membuat penasaran hati Imam, meski rasa takut dan
deg-degan terus menguras hatinya.
Lagi kalut-kalutnya hati mereka karena ringkikan kuntilanak,
tiba-tiba gerakan semak-semak yang mendekati sisi luar terhenti. Suara itu pun
sudah tiada lagi menggema, dan suasana berubah menjadi hening dan tenang. Yang
terdengar hanya rintikan titik-titik gerimis yang mengelilingi mereka dalam
kegelapan belantara. Dalam rasa takutnya, Imam dan Agus merasa aneh sekali.
Justru keheningan yang tiba-tiba muncul dan gerakan semak yang seketika
menghilang membuat keduanya semakin takut, dan suasana bertambah semakin
menyeramkan.
Hampir lima menitan keheningan itu terasakan. Tanpa di
sadari dan sangat mengagetkan sekali, muncullah tiga sosok penampakkan dari
dalam semak-semak. Kala itu memang cahaya senter dimatikan. Sehingga penampakan
itu tidak terlihat jelas kewujudannya.
Hanya saja kemunculan yang seketika sembari teriringi suara
kerasnya ” huawaaa….ahhh “, membuat keduanya terkejut dan terjatuh. Mereka
samasekali tidak bisa lari, yang terjadi malah rasa lemas dalam ketakutan yang
membuatnya terjauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar