Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Keangkeran Belantara Bima [ 7 ] : Suara Mistik Misterius


Kali ini keduanya benar-benar ketakutan sekali. Tangannya menggigil bukan karena hawa dingin, tapi karena gemetar rasa takutnya yang telah menguasai sekujur tubuh. Suara itu mirip kuntilanak yang tertawa mengikil.

” Hi hi hi hi … Hi hi hi hi …. Hi hi hi hi …. “

Dalam dinginnya malam yang menyelimuti belantara, rintikan gerimis yang juga tak kunjung reda, dan gemetar tubuh keduanya karena dingin tercampur takut, tiba-tiba kedua mata mereka terkejutkan oleh gerakan semak-semak yang menjadi sumber suara mistis itu.

 Ini adalah suasana yang paling menyeramkan, ringkikan yang mirip kuntilanak belum saja lenyap, goyangan semak-semak malah menambah debar jantung mereka semakin kencang. Imam dan Agus menjadi bingung bercampur takut yang sangat, keduanya hendak lari sekencang-kencangnya, tapi dalam hati Imam bergeming, ” ngapain kita lari, toh semuanya semak-semak, juga jalan setapak ke arah kemah yang kita tahu cuma itu satu-satunya “.

Tangan Imam pun langsung menarik kencang pundak Agus yang sudah start untuk lari. Di tahannya tubuh Agus yang terus berontak dan memaksa lari. Tak cukup itu, Imam pun teriak sekeras-kerasnya, ” Gusss …. Hei, Guss …! Jangan lari, guss “

Usaha Imam tak sia-sia, ia berhasil menenangkan dan menahan Agus. Imam terus berusaha membuat Agus lebih tenang dan jangan terbawa perasaan batinnya. Akhirnya keduanya berdiri kaku menatap ke arah semak-semak dengan gemetar tubuh yang terus menemaninya. Kemudian Agus memberanikan diri menyorotkan cahaya senter ke arah semak-semak. Dilihatnya ia dengan seksama. Ternyata semak-semak itu terus bergerak-gerak, dan arah gerakan itu menuju ke mereka.

Keduanya semakin kalut dan takut, ” jangan-jangan di balik semak itu adalah harimau siluman yang mengikuti kuntilanak ” hati Imam bergumam dalam kekalutan.

” Gus, kita tunggu sampai ada yang keluar dari semak itu, kalau yang keluar itu harimau atau hewan buas lainnya, kita siap-siap lari ke arah kali ya ‘ ” bisik Imam kepada Agus.

” loh kok ke arah kali si Mam, bukannya lari saja ke timur lewat bantaran kali, nanti kita bisa ngumpet di semak-semak yang lain, mam pokoknya kita lari aja ke arah sana ” bisik Agus dengan nada sedikit memaksa sembari mengarahkan telunjuknya ke arah timur.

” Begini gus, kalau kita lari ke timur, jelas gak mungkin. Kita gak bawa senjata pelindung sama sekali. Tapi kalau ke kali, paling tidak kita bisa menggunakan batu untuk melawan ” tegas Imam membela diri.

Akhirnya Agus pun setuju dengan apa yang dikatakan Imam. Dan keduanya terus mengawasi gerakan semak dalam rintikan gerimis malam. Dalam rasa tegang yang penuh takut, tiba-tiba suara ringkikan kuntilanak kembali menyeruak dari balik semak-semak. Suara itu cukup keras yang membuat bulu kuduk mereka kaku berdiri.

” hi hi hi … Hi hi hi … Hi hi hi “

Rasa takut Agus hampir tak tertahankan, dalam batinnya ia terus berontak untuk lari, tapi keberadaan Imam membuat dirinya mengurungkan itu semua. Kalau saja ia sendirian dalam kondisi itu, sedari awal ia sudah lari tunggang langgang entah kemana.
Sementara itu, Imam tetap tegar meski kekhawtiran dan takut menyelimuti dirinya, ia berusaha tetap tenang dan tidak gegabah. Bahkan terbesit dalam hatinya untuk tidak lari sama sekali, ia anggap itu adalah moment yang luar biasa untuk melihat kuntilanak secara kasat mata, karena yang terasa selama ini hanyalah imajinasi semata seperti apa yang dilihatnya dalam film horor. Justru ia ingin membuktikan, benar adakah kuntilanak itu, sesosok makhluk halus yang berwujud perempuan berambut panjang dengan pakaian yang serba putih. Inilah yang membuat penasaran hati Imam, meski rasa takut dan deg-degan terus menguras hatinya.

Lagi kalut-kalutnya hati mereka karena ringkikan kuntilanak, tiba-tiba gerakan semak-semak yang mendekati sisi luar terhenti. Suara itu pun sudah tiada lagi menggema, dan suasana berubah menjadi hening dan tenang. Yang terdengar hanya rintikan titik-titik gerimis yang mengelilingi mereka dalam kegelapan belantara. Dalam rasa takutnya, Imam dan Agus merasa aneh sekali. Justru keheningan yang tiba-tiba muncul dan gerakan semak yang seketika menghilang membuat keduanya semakin takut, dan suasana bertambah semakin menyeramkan.

Hampir lima menitan keheningan itu terasakan. Tanpa di sadari dan sangat mengagetkan sekali, muncullah tiga sosok penampakkan dari dalam semak-semak. Kala itu memang cahaya senter dimatikan. Sehingga penampakan itu tidak terlihat jelas kewujudannya.

Hanya saja kemunculan yang seketika sembari teriringi suara kerasnya ” huawaaa….ahhh “, membuat keduanya terkejut dan terjatuh. Mereka samasekali tidak bisa lari, yang terjadi malah rasa lemas dalam ketakutan yang membuatnya terjauh.


Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers