Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Di Bantaran Kali [ 3 ]


Imam dan Agus terus menyusuri jalan setapak yang licin akibat kebasahan rintikan gerimis yang masih menemani perjalanan mereka berdua. Kebasahan bukan karena mimpi indah lho ! Suara gemricik derasnya air kali semakin kuat terdengar, keduanya sedikit terhibur. Jalan setapak semakin menurun lagi terjal, Agus pun terpaksa melepas sandalnya, berharap kaki-kakinya lebih kuat mencakram ke tanah sehingga tak terpeleset. Sementara Imam tetap memakai sandalnya. 

Ternyata jalan setapak itu semakin membias, ilalang dan semak-semak lain terlihat menyelimuti jalan di depannya, Imam berfikir, " mungkin jalan ini buntu! ". Agus pun berfirasat sama. 

" Gus, gimana nih, kayaknya jalannya buntu ? " tanya Imam kepada Agus.
" iya nih, padahal kali sudah dekat rasanya, kamu denger kan suara air kali itu ? " jawab Agus.

" iya, dari suaranya kali itu pasti di balik semak-semak yang menutupi jalan, dah kita terobos aja semak itu daripada harus muter cari jalan lain " tegas Imam.

Keduanya memberanikan diri hendak menerobos semak-semak raksasa yang menggunung di hadapannya. Baru saja melangkah sekali, " sreeet bluug ". Imam terpeleset dan jatuh meluncur ke arah semak raksasa.
" kwk kwk kwk " suara tawa Agus yang lepas saat melihat Imam berakrobat di depannya.

Sesaat rasa takut mereka terbang melayang, yang terasa hanyalah kelucuan dan tawa yang tak tertahankan. Imam pun beranjak berdiri di bawah sorotan cahaya senter yang terarah dari tangan Agus. Keduanya memutuskan tetap menerobos semak raksasa yang sudah di depan matanya. 

" srak srak srak " kedua tangan Imam membelah semak-semak yang hampir menutupi tubuh mereka berdua. Sementara Agus hanya menekan tombol senter dan mengarahkan cahaya ke depan semak yang hendak di belahnya.

Agus mengelus dada, " alhamdulillah, sampai juga kita mam " kata Agus saat melihat air mengalir deras di antara bebatuan gunung yang besar-besar. Imam dan Agus terhenti langkahnya di pinggir semak bantaran kali, mereka harus berjuang lagi turun ke kali karena bantaran kali yang terjal. Beruntung tidak terlalu tinggi, sekitar satu meter memaksa keduanya untuk melompat terjun ke pinggir kali. Terjun bebas !

Perasan keduanya tidak setakut saat baru keluar dari area perkemahan, mereka sedikit terbiasa dengan suasana gulita yang menjadi pemandangannya. 

Air kali mengalir derasnya, gemricik air menghantam bebatuan menjadi musik yang menghibur hati, air pun terlihat melompat-lompat menerjang batu besar maupun kecil, cahaya senter yang memantul dari air kali menambah indah suasana. Keduanya terlihat ceria, tapi saat hendak mengambil air wudlu, Imam teringat cerita pak tua yang ditemui di jalan saat dirinya dan teman-temannya lagi menyusuri semak-semak mencari lokasi perkemahan.
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers