Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Aura Mistik [ 2 ]


Anak SMA tidaklah sama dengan anak pesantren atau santri pondokan. Mental, keberanian, kepribadian, orientasi, ilmu, terlebih urusan ibadah atau perilaku sopan santun. Ini adalah kaidah keumuman, meski ada pula anak SMA yang jauh lebih sholih, pandai, dan santun. Tapi itu kecil rasanya.

Perbedaan sifat itu sangat kental terlihat saat kegempitan malam menyambangi ia dalam ketersendirian atau kala bencana menyatroni keluarga mereka dalam keheningan.

 
Inilah hawa misteri yang terasakan oleh Nawawi saat gelap maghrib belantara Bima terus merangkak merangkul waktu isya. Nawawi memang terkenal anak yang paling sholih di antara mereka, rutin dalam kajian Rohis ba'da jum'atan, giat sholat jama'ah, rajin tilawah qur'an, apalagi urusan cewe atau pacaran, ia adalah anak yang paling anti dengannya.

Suasana mistik yang mulai tercium, di manfaatkan Nawawi untuk mengajak semua temannya sholat maghrib. " ayo kita sholat maghrib dulu berjamaah " tegas Nawawi mengajak temannya yang tenggelam dalam obrolan untuk mengusir rasa takutnya.

Sontak mereka mengiyakan ajakan Nawawi. " tapi aku belum wudlu ! " sela agus. " aku juga " kata Imam yang duduk di samping lilin. " dah wudlu dulu ke sungai, bawa senter tuh, gak usah takut, kita tunggu " tegas Nawawi menyemangati mereka yang belum wudlu. 

Hati Agus sedikit berani, tapi Imam tak berani beranjak dari tempatnya. Sungai kecil itu memang lumayan jauh, sekitar 200 meter dari tenda perkemahan. Jalan ke kali hanyalah jalan setapak yang tertutupi semak-semak ilalang bercampur rerumputan besar yang rindang. Jarak ke kali terasa semakin jauh malam itu. Hal itu sangat terasa dalam hati Imam yang detak jantungnya semakin cepat, bulu kuduk merangkak, ditambah jalan yang menurun lagi berkelok, suasana semakin seram saat rintik-rintik kecil hujan menambah dingin gelapnya malam.

Tangan Imam gemetar seraya mengarahkan cahaya senter menerangi jalan dan semak-semak di kanan kirinya, sementara Agus tidak terlalu takut seperti perasaan Imam, sebenarnya dirinya punya rasa takut, hanya saja kalau ia berjalan dan ada yang menemaninya, ia terasa lebih tegar, justru ia sering menakut-nakuti temannya, entah dengan bercerita hal yang berbau mistis, atau membuat kaget yang lainnya dengan suara-suara yang aneh lagi ngeri.

Imam tak sedikit pun berani menoleh ke belakangnya, terlebih di saat gerimis seperti itu. Menurut sesepuh di kampungnya, kalau menoleh ke belakang di saat gerimis, maka kuntilanak akan menampakkan wujudnya, atau pocong akan terlihat terus menguntit di belakangnya.

Imam tak menoleh ke belakang sesaat pun, matanya hanya terfokus pada cahaya senter yang tersebar di depannya. Malam itu terasa sangat dingin, bukan hanya hawa dingin yang menusuk kulit, tapi dingin belantara pun sangat terbaca, tak ada angin, semak-semak membisu, pepohonan sudah ternyeyak tidur, tak ada lambaian dedaunan atau nyanyian gesekan ranting di pepohonan, semua tertunduk diam, semua membisu, yang bernyanyi hanya para jangkrik kecil yang bersembunyi di balik semak-semak, juga suara serangga lain yang memekikan telinga.

Tapi, tak satu pun suara itu yang bisa menghibur, justru gelapnya malam semakin menjadi-jadi dengan aura mistiknya yang tak kunjung pergi. Suara itu malah menambah tegang bulu kuduknya. Rasa gemetar pun bertambah kalut.

" sraak, sraak, geeer " semak yang tersorot jauh cahaya lampu tiba-tiba bergerak dan bergoyang-goyang. Serentak jantung Imam terhentak keras, langkahnya terhenti, dan bulu-bulu kuduk langsung tergugah tegak.

Disorot tajamnya semak itu dari kejauhan, mata melotot tajam, kedua tangan tak diam tergetar, demikian juga yang di rasakan Agus. Beberapa saat keduanya terdiam mencari-cari apa gerangan yang terjadi. 

" sraak sraak " ternyata dua tikus belantara sedang asyik berlomba lari di antara semak-semak belantara. Sontak hati Imam dan Agus tertenangkan, bulu kuduk mulai terlemaskan, dan detak jantung berangsur stabil dan normal. Keduanya terus melanjutkan langkahnya menyusuri jalan setapak yang terhimpit oleh semak-semak. Tak lama kemudian suara gemricik air kali mengalir mulai terdengar. Keduanya merasa lega, otot-otot yang tertegangkan sebelumnya mulai terkendorkan, gemetar tangan pun sudah tak terasa, sekarang keduanya lebih terhibur dengan suara gemricik air kali yang sangat natural.

Heeemmm..............
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers