Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Tak Kenal Tak Sayang

Ibnul Qayyim mengatakan,

والنور الذي يدخل القلب انما هو من آثار المثل الأعلى فلذلك ينفسح وينشرح, واذا لم يكن فيه معرفة الله ومحبّته, فحظّه الظلمة والضيق

“Tiadalah cahaya (kebaikan) yang menembus ke dalam hati melainkan karena pengaruh sifat/akhlak yang mulia, sehingga menjadi lapanglah hati itu. Maka apabila dirinya tiada mengenal Allah dan tiada kecintaan kepada-Nya, kegelapan dan kesempitanlah yang akan didapatkannya.” (Kitab Al-Fawaid, Ibnul Qayyim, hal 29)

Inilah kedudukan dan urgensi sebuah akhlak mulia, dimana ia akan mendatangkan beragam cahaya kebaikan ke dalam hatinya yang dengannya ia akan semakin dekat dan cinta kepada Allah.

Menyemai akhlak mulia

Bagaimanakah menumbuhkan benih-benih akhlak mulia dalam dirinya? Tiada lain dan tiada bukan dengan mengenali Allah dan Rasul-Nya. Semakin dirinya mengenal siapa itu Allah dan siapa itu Rasul-Nya, maka ia akan semakin tahu dan mengerti siapa dirinya, apa yang menjadi hak dan kewajibannya terhadap Allah dan Rasul-Nya, perkara apa saja yang harus dikerjakan dan harus ditinggalkan. Dengan demikian, tumbuhlah sifat, kepribadian dan akhlak yang mulia dalam dirinya. Di mana benih-benih itu akan semakin tumbuh besar yang akhirnya menjadi sebuah hiasan indah yang begitu mempesona.

Berhasrat semakin cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, ia harus semakin mengenali Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan besarnya kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya maka akan terpancarlah dari dirinya sifat/akhlak mulia yang takkan pernah ditemukan oleh orang-orang yang tiada mengenal Allah dengan baik, terlebih yang tiada mengenal-Nya sama sekali.

Oleh karena itu, lahirlah sebuah kata hikmah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, “Tak kenal maka tak sayang”. Bagaimana kau akan menyayangi seseorang sementara kau tak mengenalnya sama sekali, tidak tahu apa yang menjadi kesukaannya dan apa yang dibencinya, tidak mengerti keutamaan dan kemuliaannya, serta tidak pernah tahu akan kedudukannya?

Orang disukai karena ia dikenal akan kemuliaan dan kedudukan yang dimilikinya, seorang disayang karena kebaikan dan kelebihan yang menghiasi dirinya. Sehingga tidak mungkin timbul rasa sayang tanpa diawali oleh rasa kenal sebelumnya. Mustahil akan tumbuh cinta pada sesuatu yang tiada pernah dikenalnya. Mencinta sesuatu yang tidak terbayang dan tidak dikenalnya adalah sebuah kegilaan. Bahkan lebih gila lagi jika cinta itu menjadikan dirinya dimabuk cinta dengan sesuatu yang tidak ada, bukan karena rasa cinta itu, melainkan dirinya memang benar-benar gila dengan keanehan yang melewati kewajaran. Mustahil bisa dibayangkan, tergila-gila terhadap sesuatu yang tidak ada dan tidak pernah dikenalnya.

Jika ada seseorang tergila-gila dengan idolanya meski ia belum pernah melihatnya, tapi kegilaan itu paling tidak ada sesuatu yang pernah mengawalinya, entah itu lewat gambar yang dilihat atau cerita yang didengarnya. Dan apa yang dilihat dan didengarnya, inilah sebuah pengenalan. Meskipun dirinya belum pernah melihatnya, namun karena hatinya mengagumi kelebihan yang ada padanya, baik lewat cerita atau berita, maka pengenalan itulah yang akan menumbuhkan benih-benih cinta. Jika tak kenal mustahil akan sayang.

Apabila seseorang mampu mencintai orang lain karena kelebihan dan keutamaan yang menghiasinya yang hanya dikenalnya lewat perantara, maka di saat dirinya mengenalnya sendiri dengan bertemu, berbicara, atau melihatnya secara langsung, pasti kecintaan itu akan semakin besar dan mekar.

Kenikmatan yang paling besar

Inilah yang akan dirasakan oleh orang-orang mukmin kala mereka bertemu dengan Allah di akhirat kelak. Kecintaan yang besar kepada Allah yang ia rasakan di dunia hanya didapatkan dari jalan wahyu yang diturunkan kepada para Nabi, mereka hanya mengenal Allah dari khabar Nabi yang didengarnya. Kesempurnaan sifat Allah dan kemuliaan nama-nama-Nya telah menjadikan mereka sangat cinta kepada-Nya. Mereka mengimani, yakin dan bisa menghadirkan rasa cinta karenanya. Sehingga tatkala mereka benar-benar menyaksikan secara kasat mata akan kemuliaan Allah dan keagungan sifat-Nya, pasti kecintaan mereka akan mencapai puncak kecintaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.

Inilah janji Allah, bahkan Dia telah mengkhabarkan secara jelas bahwa melihat wajah Allah merupakan kenikmatan yang paling besar yang akan dirasakan oleh orang-orang mukmin. Tak ada satu kenikmatan yang jauh lebih besar daripada kenikmatan bertemu dan melihat wajah Allah secara langsung tanpa ada tabir penghalang sedikit pun. Bahkan digambarkan melihatnya itu bagai melihat bulan purnama di tengah-tengah malam tanpa terhalangi oleh awan dan tanpa harus berdesak-desakan di dalamnya.

Janji Allah pasti benar

Dari Jarir bin Abdillah, ia berkata, “Kami berada di sisi Nabi dan menatap ke arah bulan saat purnama, lantas Nabi bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ

“Sungguh kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini (bulan purnama), kalian tidak akan berdesak-desakan saat melihatnya.” (HR. Bukhari: 554, Muslim: 1466)

Tak kenal maka tak sayang, kenalilah Allah dan Rasul-Nya dengan baik, dengan mempelajari ajaran-ajaran yang telah disampaikan dan dijelaskan oleh Rasulullah, niscaya kecintaan kepada keduanya akan semakin besar yang kelak akan terganjar dengan balasan yang paling besar, yaitu melihat wajah Allah secara langsung tanpa ada penghalangnya sedikit pun. Wallohu a’lam
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers