Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Bodohmu Musuhmu

Menolak sesuatu kerap pula karena kebodohan diri akan sesuatu itu. Menolak bumi itu bulat, karena ia tak memiliki pengetahuan akan hakikat bentuk bumi yang sesungguhnya. Yang ia tahu bumi hanyalah sebuah hamparan luas sejauh mata memandang. Bumi pun dianggapnya sebuah bentangan dan tidak bulat. Akalnya pun menolak orang yang menyebutkan kesimpulan yang bertentangan dengan apa yang ia lihat. Dianggapnya pendapat itu bersebrangan dengan bukti-bukti empiris dan teoritis yang dikumpulkannya.

Manusia pun akan menarik kesimpulan yang kurang tepat atau bahkan salah karena memandangnya dari sudut pandang yang minimal dan tidak komprehensif. Cotohnya, jika ada tiga orang ditutup matanya dan disuruhnya untuk menyimpulkan dan memvisualisasikan seekor gajah yang belum dikenalnya sama sekali oleh ketiganya. Tentu mereka akan bersikukuh dengan pendapat darimana sudut pandangan yang dilihatnya.

Jika orang pertama memegang sebuah kuping gajah, namun tiada mau melihat sisi-sisi lain untuk dirabanya, maka ia berkesimpulan gajah itu bertelinga besar. Berbeda dengan orang kedua yang memegang ekor gajah, gajah menurutnya berekor pendek. Demikian pula orang ketiga yang merabanya dari bagian kepalanya, menurutnya gajah itu memiliki belalai yang panjang. Jika dibenturkan ketiga kesimpulan mereka, masing-masing akan bersikukuh dengan pendapatnya, bahkan akan menolak pendapat yang lain. Hal itu karena tiap-tiapnya tidak melihat gajah seutuhnya, kesimpulan pun dihasilkan parsial tak seluruhnya.

Memang bisa dikatakan kesimpulan mereka tidak salah seluruhnya, lebih tepatnya apa yang mereka ambil tidaklah tepat seutuhnya. Yang salah, ketika menolak ide orang lain secara serta merta, tidak mau melihat latar belakang yang menjadi kesimpulannya, dan menjustifikasi kesalahan secara mutlak terhadapnya.

Inilah sikap yang tidak cerdas dan kurang kritis. Mengapa bisa terjadi? Karena tiap mereka terbodohi oleh dirinya sendiri yang enggan untuk mencari pengetahuan lebih tentangnya. Apakah tiap-tiapnya harus berfikir cerdas dan kritis? Ya, semuanya harus terlatih untuk cerdas dan kritis. Tapi bukan berarti sikap itu kebablasan yang akhirnya membawa kondisi pemahaman yang kritis. Setiapnya harus bertahap, bijak dan terdorong untuk kebenaran yang dicarinya, bukan pembenaran yang dipertahankannya.

Sebagian orang bisa saja mengelak, “itu sih tugasnya para pelajar, bersikap kritis dan cerdas”. Ini adalah elakan yang salah dan mental kerupuk sejatinya. Ia lupa, bahwa kita semua adalah pelajar. Pelajar yang selamanya dituntut untuk belajar dan menambah pengetahuan sampai lahat menyambutnya.

Inilah yang menjadikan umat islam terbelakang, terus dan akan semakin tertinggalkan jika tiap-tiapnya hanya mengandalkan orang lain. Tidak percaya diri, hanya memikirkan dirinya, menerima apa adanya, mengharap sesuatu yang instant, dan berpuas dengan kerja orang lain. Inilah mental yang sulit untuk dirubah. Dimana bermula dari minim dan lemahnya minat baca tiap-tiap kita, baik membaca dengan pikiran atau membaca dengan perasaan.

Memang, tiap manusia terciptakan dengan beragam kurang, namun jangan lupa di sana tertitip beragam kelebihan. Inilah kesempurnaan penciptaan manusia. Karenanya ia dimaksudkan sebagai makhluk sosial yang tidak bercukup diri dalam hidupnya, melainkan membutuhkan orang lain dalam memenuhi hajat-hajatnya. Tapi bukan berarti ini menjadi alasan lemahnya tiap kita untuk maju dan cerdas. Tunjukkan kelebihan yang adan dan maksimalkan. Sehingga tertutuplah kekurangan orang lain dan menjadi lengkaplah kehidupan.

Kelebihan bukanlah untuk dibanggakan, kekurangan bukanlah untuk menjadi bahan celaan. Ketahuilah, masing-masing itu untuk saling dikaitkan agar tiap mereka sadar akan dirinya sebagai manusia, makhluk Tuhan yang tidak sempurna.

Inilah manusia, sejatinya bodoh dengan beragam kekurangan menyertainya.

Bodoh adalah musuh diri sendiri. Dengan bodoh diri akan menolak apa yang datang kepadanya. Sahabat mulia pernah berkata:

الناس أعداء ما جهل

“Manusia adalah musuh apa yang tidak diketahuinya”

Maksudnya, manusia itu akan menolak apa pun yang belum diketahuinya oleh dirinya. Menampik segala Sesuatu yang dianggapnya tidak membawa manfaat. Serta menutup mata tiap-tiap yang belum terkuak hikmah atau kebenarannya. Mereka baru percaya tatkala hikmah darinya terzahirkan, dan manfaat yang dulu diingkarinya dirasakan dan terlihat dengan jelasnya.

Inilah yang kerap ditemukan dari masyarakat di negeri ini, mereka banyak menolak dan belum bisa menerima konsep-konsep rumusan dalam syariat islam. Banyak alasan, entah tidak relevan, entah dibutuhkan sebuah revisi, entah terbentur adat yang melekat, atau kepentingan yang memikat, dan lain sebagainya. Banyak konsep dan nilai-nilai islam yang masih terabaikan oleh sederetan alasan di atas. Ditambah pengetahuan tiapnya akan islam yang tergerus oleh orientasi keduniaan yang tidak disadari akan menutup diri dan mata hati.

Inilah kebodohan diri, tiapnya menjadi musuh baginya. Dan selamanya akan menjadi musuh yang menentukan nasib dikemudian hari. Belajarlah dan teruslah belajar, banyak cara untuk belajar, banyak wasilah untuk menumpuk pengetahuan. Tapi jangan lupa, tempulah cara dan wasilah yang benar dari yang ada, karena ia akan lebih membawa keselamatan.

Dan janganlah berbangga wahai para pelajar yang kini tertumpuk banyak pengetahuan dalam dirinya. Terlebih seolah-olah dirinya lebih pintar dari para pendahulu mereka. Merendahkan mereka, bahkan tidak menaruh rasa hormat atau terima kasih sedikit pun kepadanya. Sepandai apa pun yang melekat dalam raga anda, semua itu tidak lepas dari wasilah mereka. Apalah arti kita semua tanpa adanya perjuangan para salaf dalam mengabadikan ilmu yang mereka dapatkan. Hormatilah mereka, karenanya tanpanya kita sekarang ini bukanlah apa-apa. Meskipun dirasa ada hal-hal baru yang anda dapatkan, bukan berarti hal ini menunjukkan kelemahan mereka dalam masalah tersebut. Hal baru yang ada dapatkan, karena terinspirasi dan tidak lepas dari karya yang mereka telurkan.

Ingatlah apa yang disampaikan oleh Ibnu Malik dalam bait alfiahnya yang mengandung makna sangat dalam yang perlu untuk direnungkan:

الفضل للمبتدئ وإن أحسن المقتدي

“Para perintis kebaikan akan mendapatkan keutamaan, sekalipun pengikutnya mendatangkan sesuatu yang jauh lebih baik.”
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers