Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Madu Racun Dalam Pacaran

Ada sebuah kaidah mengatakan bahwa tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya dengan suatu perintah, melainkan perkara itu mengandung manfaat dan kebaikan yang besar bagi hamba tersebut, baik dalam kehidupan dunia maupun akhiratnya. Dan tidaklah Allah melarang seorang hamba dari sesuatu, melainkan perkara itu mengandung mudarat dan keburukan yang besar bagi hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.

Kondisi pacaran tidaklah jauh berbeda dengan khamer (sesuatu yang memabukan). Khamer memiliki manfaat dan mudarat. Akan tetapi mudaratnya jauh lebih besar dari pada manfaatnya. Allah tidak menafikan perkara ini sebagaimana dalam firman-Nya :

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Khamer dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari pada manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah : 219)

Demikian juga pacaran, ia memiliki manfaat bagi manusia. Akan tetapi mudarat dan dosanya jauh lebih besar dari pada manfaatnya. Tidak ada satupun dalil yang secara sharih (jelas) membolehkan pacaran, baik dari al-Qur’an maupun hadits. Bahkan dalil yang mengisyaratkan pun tidak ada sama sekali. Justru banyak sekali dalil-dalil yang melarang hal-hal yang dilakukan saat pacaran, seperti ber-khulwah, ikhtilat, bergandengan tangan, saling memandang lawan jenis yang bukan mahramnya, mencium, bermesaraan dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya.

Sebagian orang mengatakan bahwa pacaran memiliki manfaat. Ia bisa menjadi tempat berbagi hati saat dirinya sedang dirundung duka dan masalah. Ia bisa dijadikan sebagai ajang untuk mengenali karakter dan kepribadian pasangannya sebelum mereka menuju ke jenjang pernikahan. Ia juga bisa menjadi sumber semangat hidup dan motivasi diri dalam berkarya dan beraktivitas. Pacar juga bisa dijadikan orang yang dipercaya akan menjaga rahasia-rahasia pribadinya. Ia juga bisa proaktif dalam memberikan saran dan solusi terhadap problem yang sedang menimpa pasangannya.

Secara sepintas manfaat-manfaat di atas ada benarnya. Namun perlu diperhatikan dengan seksama. Apabila kita menilik lebih dalam lagi. Kita bisa menyimpulkan bahwa manfaat-manfaat di atas – menurut mereka yang menilai bahwa semua itu adalah manfaat dari pacaran – adalah sebuah manfaat semu. Mereka hanya meminjam pendapatnya dari sisi hawa nafsu tanpa melihat cermin syariat dan tanpa menimbangnya dengan neraca agama. Perkara di atas merupakan beberapa syubhat orang-orang barat yang telah meracuni hati dan pemikiran para remaja dan anak muda kaum muslimin. Ia adalah propaganda-propaganda busuk orang-orang kafir yang sengaja disebarkan dan disusupkan untuk menghancurkan islam maupun generasi muda kaum muslimin.

Kalau kita tinjau dari sisi syariat. Mereka telah salah kaprah dalam menyikapi sebuah problem atau masalah, jauh dari petunjuk Rasulullah dan hanya mengedepankah hawa nafsu serta akalnya. Mereka merupakan golongan orang-orang yang tercela di sisi Allah. Hati dan pendengarannya telah tertutup dari cahaya dan petunjuk Allah. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkan sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakan tutup atas pengelihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.” (QS. Al-Jatsiyah : 23)

Dengan demikian, pacaran tidaklah membawa manfaat sama sekali. Justru ia membawa dan menyebarkan mudharat yang sangat besar bagi pelaku, orang lain, masyarakat, kehidupan sosial dan juga agama. Berikut ini adalah beberapa mudharat dari fenomena sebuah pacaran yang menjamur di kalangan remaja maupun anak muda.

1. Wasilah untuk berbuat zina

Pacaran merupakan salah satu wasilah yang bisa menjerumuskan seseorang melakukan perbuatan zina. Di mana dalam pacaran tidak terlepas dari perkara-perkara yang menjadi awal perbuatan keji tersebut, seperti saling memandang, bergandengan tangan, duduk berdekatan, bermesraan di saat ngobrol dan lain sebagainya. Semua perkara ini akan membangkitkan nafsu birahi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Di saat kesempatan terbuka lebar dan keimanan dari masing-masing pihak terus melemah. Akhirnya mereka melakukan perbuatan keji tersebut. Penyesalan tinggallah penyesalan. Kehormatan wanita telah terampas. Kesucian diri dan keluarganya tercoreng dan tercemar. Mereka telah melakukan salah satu dosa besar yang sangat di benci oleh islam.

Ketahuilah, sebuah kaidah mengatakan, “Sebuah wasilah (perantara) memiliki status hukum yang sama dengan maksud (yang menjadi tujuan).” Apabila yang menjadi tujuan adalah perkara yang wajib, maka wasilah yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut menjadi wajib pula. Selama tujuan itu tidak mungkin dicapai kecuali dengan wasilah tersebut. Sebagai contoh, shalat berjamah di masjid hukumnya wajib. Kita tidak mungkin menunaikan kewajiban tersebut kecuali dengan berjalan menuju masjid. Maka berjalan menuju masjid hukumnya menjadi wajib.

Demikian juga, apabila yang menjadi tujuan adalah perkara yang haram, maka wasilah untuk mencapai tujuan tersebut menjadi haram, seperti zina. Zina hukumnya haram, maka hal-hal yang bisa membawa dan mengarah kepada perbuatan zina hukumnya menjadi haram. jadi, pacaran merupakan perbuatan haram. Di mana ia telah menjadi wasilah yang bisa membawa para pelakunya untuk melakukan perbuatan keji tersebut. Barangsiapa ingin terhindar dari perbuatan haram tersebut, hendaknya ia meninggalkan pacaran sejauh-jauhnya. Ia sama sekali bukanlah tuntunan dari islam. Ia merupakan senjata yang ditembakkan oleh orang-orang kafir untuk menghancurkan islam dan generasi muda kaum muslimin. 

2. Pacaran merupakan perbuatan jelek dan jalan yang buruk

Sebuah kaidah mengatakan bahwa setiap wasilah yang mengantarkan kepada perbuatan haram, maka hukumnya haram. zina adalah perbuatan yang sangat keji dan jalan yang buruk. Sebagaimana firman Allah :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra : 32)

Dengan demikian, pacaran merupakan perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Karena ia menjadi wasilah yang mengantarkan seseorang untuk melakukan perbuatan keji tersebut. Disamping itu banyak sekali pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat dalam pacaran. Tiadalah pelanggaran terhadap aturan-aturan Allah melainkan ia adalah jalan yang buruk yang akan mengantarkan pelakunya dalam keburukan dan kerugian dirinya sendiri. 

3. Pacaran sebuah kejahatan yang sangat dibenci oleh Allah

Pacaran bisa dikatergorikan sebagai sebuah kejahatan. Karena di dalam dunia pacaran banyak sekali hal-hal yang melanggar hukum-hukum Allah. Tidak diragukan lagi bahwa pacaran termasuk perbuatan yang mendekati zina. Ia menjadi sarana terkuat untuk berbuat zina. Dan Allah sangatlah membenci perbuatan itu sebagaimana firman-Nya:

“Semua itu (termasuk di dalamnya larangan mendekati zina) kejahatannya sangat dibenci di sisi Tuhanmu.” (QS. Al-Isra : 38)

Lihatlah, munculnya kasus-kasus perkosaan, hamil diluar nikah, kasus aborsi, pembunuhan terhadap pacar, bunuh diri, dan yang semisalnya adalah sebuah kejahatan yang kerap kali bermula dari hubungan mesra antara dua lawan jenis yang bukan mahramnya, yaitu pacaran. Bukankah semua kasus itu termasuk sebuah kejahatan yang sangat dibenci oleh Allah. Sebuah kejahatan yang akan mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan masyarakat yang baik dan harmonis, serta menjadikan hancur generasi muda penerus bangsa dan agama. 

4. Pacaran adalah perbuatan dosa

Sungguh, banyak sekali perbuatan dosa yang dilakukan oleh orang yang sedang berpacaran. Baik itu dosa-dosa yang kecil maupun dosa yang besar. Sekalipun orang yang berpacaran terlepas dari melakukan dosa besar, yaitu berbuat zina. Namun ia tidak akan terlepas dari dosa-dosa kecil. Seperti dosa memandang wanita/laki-laki yang tidak halal baginya, dosa memegang lawan jenis yang bukan mahramnya, dosa berikhtilat, dosa hati karena berangan-angan dan berkeinginan hal-hal yang buruk bersama pasangannya, dosa bibir dan hidung karena mencium, dosa bermaksiat kepada Allah karena enggan menjauhi perkara-perkara haram yang dapat membawa dirinya berbuat zina dan dosa-dosa kecil lainnya.

Berhati-hatilah dari dosa-dosa kecil, dosa tetaplah dosa betapapun kecilanya ia, dan ia akan dibalas dengan balasan yang setimpal kelak di akhirat. Memandang enteng sebuah dosa kecil adalah bentuk kesombongan diri yang akan merugikan dirinya sendiri. Ingatlah, gunung yang tinggi menjulang adalah sebuah tumpukan batu dan kerikil yang banyak.

Allah berfirman :

“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat [balasan]nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat [balasan]nya.” (QS. Az-Zalzalah : 7–8) 

5. Pacaran akan melemahkan hati

Pacaran sarat sekali dengan perbuatan dosa dan maksiat. Semua dosa dan maksiat itu akan melemahkan hati. Ia akan membuat hati menjadi sakit bahkan mati. Hati yang sakit akan selalu menjauh dari kebenaran, kebaikan dan dari mengingat Allah. Ia menjadikan badannya lemah dalam beribadah kepada-Nya, tidak ikhlas dan tidak istiqamah dalam melakukan amalan-amalan shalih lainnya. Ia akan semakin sulit untuk mendapatkan nasihat dan cahaya hidayah.

Apabila kondisinya sudah sedemikian parah, dikhawatirkan hatinya akan mati. Sungguh, hati yang mati adalah hati yang sudah tidak takut lagi terhadap Allah. Ia akan semakin brutal dan berani untuk melanggar hukum-hukum-Nya. Yang terbesit di dalamnya hanya kenikmatan dan kelezatan semu yang sesaat. Ia tertipu oleh keindahan dunia dan kenikmatan yang ada di dalamnya. Hati yang demikian akan membawa pemiliknya ke lembah kehinaan dan kehancuran abadi.

Jauhilah perbuatan dosa, sekecil apa pun dosa itu. Karena ia akan melemahkah hati. Sedangkan meninggalkan dosa akan menjadikan hati hidup dan sejuk. Seorang penyair berkata :

رَأَيْتُ الذُّنُوْبَ تُمِيْتُ الْقَلْبَ وَقَدْ يُوْرِثُ الذُّلَ إِدْمَانُهَا 

وَتَرْكُ الذُّنُوْبِ حَيَاةُ الْقَلْبِ وَخَيْرٌ لِنَفْسِـكَ عِصْيَانُهَا 

Ku lihat dosa-dosa itu mematikan hati
Terbiasa dengannya akan melahirkan kehinaan
Meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati
Selalu menjauhinya adalah jalan terbaik bagimu
[1] 

6. Pacaran akan melemahkan islam dan kaum muslimin

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa dan agama. Apabila generasi muda hancur, maka hancurlah bangsa dan agama di kemudian hari. Pacaran merupakan salah satu virus yang telah menghancurkan generasi muda. Di mana mereka telah disibukkan oleh perkara-perkara yang sia-sia dan perbuatan dosa serta maksiat.

Seharusnya masa muda adalah masa untuk menimba ilmu yang bermanfaat, membekali diri dengan pengetahuan yang luas, memupuk jiwa dengan iman dan takwa, serta menyibukkan diri dengan karya maupun kreatifitas yang baik dan berguna bagi bangsa serta agama. Sehingga di kemudian hari mereka telah siap menjadi pemimpin yang amanah dan patut dijadikan tauladan oleh anak dan cucu-cucunya. Dengan benteng pribadi yang kokoh, maka akan menjadi kokoh dan kuatlah bangsa dan agama.

Namun apabila generasi muda islam lemah, baik lemah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi maupun lemah dalam keimanan dan prinsip dalam beragama, maka akan menjadi lemahlah kaum muslimin dan negeri-negeri islam. Hilanglah kewibawaan dan kekuatan islam di depan orang-orang kafir. Dengan demikian, mereka akan lebih mudah untuk memperdaya umat islam dan menghancurkan kekuatan serta kejayaan kaum muslimin.

Apabila umat islam dan negeri-negeri islam berada dalam kekuasaan orang-orang kafir, maka yang terjadi adalah kesengsaraan, kehinaan dan rasa tidak aman. Karena mereka hendak menghilangkan islam dan para pemeluknya dari muka bumi ini. Yang mereka inginkan hanyalah kebebasan mutlak tanpa ada yang mengganggunya. Sehingga kembalilah hukum rimba dan hewani di tengah-tengah manusia. Siapa yang kuat dan kaya, dialah yang menang dan berjaya. 

7. Pacaran menjadi sebab tersebarnya kerusakan di muka bumi

Tatkala umat islam membiarkan perbuatan dosa dan kemaksiatan merajalela, maka tidak dapat dipungkiri akan munculnya kerusakan, musibah besar dan bencana besar di muka bumi ini. Bencana itu akan menimpa manusia tanpa memandang mana yang shalih dan mana yang fasik, mana yang kafir dan mana yang muslim. Bencana itu bisa berupa bencana alam, seperti tsunami, gunung meletus, banjir bandang, gempa bumi, wabah penyakit yang sulit ditemukan obatnya dan lain sebagainya.

Pacaran merupakan sebuah kemaksiatan. Membiarkan tersebarnya dunia pacaran di kalangan remaja dan anak muda berarti membiarkan tersebarnya kemaksiatan dan dosa di antara mereka. Dan tersebarnya dunia pacaran adalah salah satu sebab munculnya berbagai musibah dan bencana di muka bumi ini.

Allah berfirman :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar-Rum : 41)

Munculnya bencana dan musibah sebenarnya sebagai peringatan akan perbuatan lalai manusia, jauhnya mereka dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, tersebarnya perbuatan dosa dan maksiat yang mereka lakukan, dan jauhnya mereka dari mengingat Allah. Kemudian, Allah hendak mengembalikan mereka ke jalan yang benar, menjadikan mereka sadar akan kelalaian yang selama ini dilakukan, dan agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatan buruk mereka.

Akan tetapi, berapa banyak orang yang bisa mengambil faidah dan hikmah dari musibah-musibah yang ada. Mungkin saat musibah baru terjadi, mereka sadar dan bertekad untuk memperbaiki diri. Namun setelah musibah itu berlalu dan mereka hidup normal, mereka pun kembali dalam kelalaian, dosa dan kemaksiatan. Kondisi semacam ini persis seperti orang-orang musyrik yang diceritakan oleh Allah dalam al-Qur’an :

“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya. Tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdo’a dengan tulus ikhlas kepada Allah semata (seraya berkata), “sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar."  (QS. Yunus: 22-23) 

8. Pacaran penuh dengan kedustaan


Siapa saja yang pernah merasakan dunia pacaran pasti mengakui perihal ini. Tidak ada perkataan, penampilan maupun aktivitas yang ditampakkan kepada sang pacar melainkan hal-hal yang baik saja. Belaian, pujian maupun sanjungan pun kerap ia lontarkan kepada pasangannya hanya demi menjaga kedekatan dirinya dengan si dia. Jarang dari mereka yang mau tampil acak-acakan atau apa adanya di saat hendak berjumpa atau diajak jalan bersama oleh pacarnya.

Justru anggapan mereka bahwa masa pacaran adalah masa untuk saling mengenali karakter dan kepribadian masing-masing pasangan sebelum beranjak ke hubungan pernikahan ternyata sulit untuk didapatkan. Mengapa demikian ? Hal itu tidak lain karena masing-masing pacar selalu menutupi keburukan karakter yang sesungguhnya mengakar dalam dirinya. Sekuat mungkin mereka berusaha untuk mengubur dan menahan sifat buruknya di saat duduk mengobrol bersama sang pacar. Yang diperlihatkan hanyalah yang baik-baik saja, yang ditampakkan hanyalah keindahan dan kemesraan di antara mereka, yang diberikan hanyalah sanjungan dan kata-kata manis belaka.

Justru, karakter yang sejatinya dimiliki oleh sang pacar akan terlihat di saat mereka benar-benar mengikat asmaranya dengan tali pernikahan. Sejak itulah kerap terjadi percekcokan di antara keduanya, karena masing-masing baru mengenali karakter yang sesungguhnya dari pasangannya. Inilah yang kemudian menjadi salah satu pemicu perceraian dalam rumah tangga. Karena masing-masing merasa telah dibohongi oleh pasangannya. Terlebih jika mereka tidak memiliki rasa saling pengertian yang besar di antara keduanya. Apa yang ia dapatkan dari belaian, pujian, perhatian, dan yang semisalnya saat masih pacaran kerap kali jarang mereka dapatkan setelah mereka menikah.

Oleh karena itu, sejatinya masa pacaran adalah masa yang sangat sulit untuk mendeteksi kejujuran dan memahami kepribadian, sebab setiap pasangan tengah melakukan kamuflase terhadap pasangannya. Maka, kita tidak melihat banyaknya terjadi kegagalan dalam membangun rumah tangga seperti pasangan yang membangun rumah tangganya dengan pacaran, bahkan banyak pula di antara mereka gagal sebelum sampai di pelaminan, setelah ia mengorbankan segalanya termasuk kehormatan dirinya. Karena apa yang selama ini ditutupi telah tersingkap, karena perkawinan menjadikan sesuatu yang luar biasa menjadi biasa, maka nyata emas dari Loyang setelah jelas benang dari suteranya.[2] 

9. Pacaran membawa benih kebodohan

Mengapa pacaran saya katakan membawa benih kebodohan, karena dalam pacaran terekam jejak perbuatan dosa yang banyak dilakukan oleh orang yang berpacaran. Perbuatan dosa inilah yang akan menjadi benih-benih kebodohan bagi seseorang. Semakin banyak dosa dilakukan, maka ia akan menjadi tembok penghalang bagi perkembangan kecerdasan seseorang. Sementara kecerdasan tidaklah terbatas pada kecerdasan intelektual, melainkan di sana ada kecerdasan spiritual maupun emosional. Dan kemaksiatan itulah yang akan menghalangi perkembangan semua jenis kecerdasan.

Perihal inilah yang pernah dikeluhkan oleh Imam Syafi’I terhadap gurunya, bahwa ia mendapati buruknya hafalan dalam dirinya dengan mengatakan :

شَكَوْتُ إِلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي 

وَقَالَ اعْلَمْ بِأَنَّ الْعِلْمَ فَضْلٌ وَفَضْلُ اللَّهِ لَا يُؤْتَاهُ عَاصِي 

Aku mengadu kepada Waki’ akan buruknya hafalanku
Maka ia pun memberi petunjuk kepadaku untuk meninggalkan maksiat
Dan ia berkata, “ Ketahuilah bahwa ilmu adalah keutamaan
Dan keutamaan Allah tidaklah diberikan kepada para pelaku maksiat “
[3]

Adapun anggapan sebagian remaja atau anak muda bahwa keberadaan pacar bisa menjadi sumber inspirasi, motivasi dan semangat belajar semakin meningkat hanyalah khayalan maupun anggapan belaka. Justru yang terjadi sebaliknya, keberadaan pacar kerap kali hanya akan menambah kegalauan, masalah dan tidak jarang membuat dirinya menjadi malas belajar, karena yang terbayang hanya si dia, yang diinginkan hanya bertemu dengannya, dan yang mengasyikan hanya tenggelam dalam obrolan lewat telephone, chatting, sms-an dengan si dia.

Akhirnya ia sering tenggelam dalam aktivitas yang sia-sia bersama pacarnya daripada disibukkan dengan aktivitas membaca, menghafal, menelaah maupun belajar. Terlebih secara maknawi perbuatan dosa yang kerap ia lakukan selama masa pacaran akan menjadi penghalang bagi kecerdasan dirinya sebagaimana yang pernah dikeluhkan oleh Imam Syafi’i.

Ketahuilah, bahwa ketakwaanlah yang akan menjadikan diri seseorang semakin cerdas karena Allah akan menganugerahkan tambahan ilmu kepadanya. Renungkanlah firman Allah berikut ini :

“Bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 282) 

10. Pacaran identik dengan keborosan


Kalau kita saksikan langsung di lapangan, sungguh pacaran itu identik dengan pemborosan. Menurut mereka apalah artinya menjalin pacaran kalau tidak ada jalan-jalan bersama pacarnya di tempat wisata atau mall, makan-makan di tempat lesehan atau restoran, nonton film di bioskop, atau mengajak belanja di supermarket atau butik-butik tertentu.

Semua aktivitas itu adalah bentuk pemborosan yang terbalut dalam kenikmatan yang semu. Kalau kita mau menghitung secara matematis, berapa banyak uang yang harus mereka keluarkan hanya untuk jalan-jalan, belanja atau nonton film di bioskop. Di mana semua itu dilakukan hanya demi menjaga kedekatan sang pacar. Mungkin bagi mereka yang secara ekonomi sudah mapan, secara pribadi tidaklah masalah. Akan tetapi secara sudut pandang syariat hal itu sangatlah tidak etis dan tidak sejalan dengan nilai-nilai islam.

Sebagai komparasi [perbandingan] saja, seorang laki-laki mau dan mampu mengeluarkan beratus-ratus ribu rupiah untuk mengajak pacarnya makan malam, belanja atau jalan-jalan. Akan tetapi untuk kegiatan keagamaan, sosial, santunan anak yatim dan yang semisalnya, untuk mengelurkan uang 50 ribu saja ia harus berfikir seratu kali, menimbang sana sini kebutuhan yang sedang diperlukan. Inilah kenyataan yang terjadi di lapangan.

Sementara untuk kalangan yang secara ekonomi orang tuanya pas-pasan, dirinya belum bekerja, atau masih berstatus pelajar, maka bentuk makan-makan bersama pacar, jalan-jalan bareng, atau aktivitas lain bersama sang pacar bisa terbilang lebih sederhana. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa mereka harus merogoh kocek untuk bisa melakukan itu semua bersama sang pacar.

Di sinilah letak permasalahannya, sehingga beragam cara ia lakukan untuk bisa mendapatkan uang. Entah harus berbohong kepada orang tua, atau mencuri, atau menjual barang-barang miliknya yang berharga, dan yang semisalnya. Semua itu dilakukan hanya demi bisa bertemu sang pacar, membuat senang si dia, dan kebutuhan-kebutuhan nafsu semu belaka yang tidak membawa manfaat sama sekali bagi dirinya selain pemborosan.

Inilah bentuk pemborosan yang terjadi dalam dunia pacaran, tentu sifat ini sangat tercela dan tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Allah telah berfirman :

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan [hartamu] secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’ : 26–27)

Demikianlah beberapa mudharat yang dapat dilihat dan dirasakan dari perbuatan yang menyelisihi sunnah-sunnah. Sebenarnya masih banyak mudharat yang lainnya yang belum dipaparkan dalam pembahasan di bab ini.

Mengingat begitu banyak dan besarnya mudharat yang ditimbulkan dari fenomena pacaran – sebenarnya hal ini lebih dari sekedar cukup untuk menjadikan para remaja dan anak muda kaum muslimin untuk merasa takut dan kemudian meninggalkan dunia pacaran sejauh-jauhnya – hendaknya mereka bersegera untuk melepaskan diri dari jeratan api setan bagi mereka yang sedang terbelenggu olehnya.

Dan bagi mereka yang belum terjebak dalam jeratan api pacaran, janganlah sekali-kali untuk mendekati dan bermain-main dengannya. Karena ia adalah jeratan api iblis, bola api yang siap membakar dan menghanguskan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Hanya Allah-lah tempat memohon dan mengadukan segala sesuatu.


-----------------------
[1] Tazkiyatun Nafs, Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama Salafushshalih, hal 33
[2] Buhul Cinta, Armen Halim Naro, Hal 29
[3] Al-Jawab Al-Kafi Liman Saala ‘An Ad-Dawa Asy-Syafi, Ibnul Qayyim, hal 52
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers