Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Kebaikanmu Bisa Memendam Keburukannya


Ternyata yang terlihat buruk dalam pandangan mata dan hati manusia bukan hanya pada orang lain yang ia lihatnya, kerap kali perangai hewan yang buruk pula yang hanya dapat ia pandang darinya. Keburukan satu perangai bisa mengubur sepuluh perangai yang baik. Terlebih hanya satu kebaikan berbanding sepuluh keburukan, dalam pandangannya seolah-olah ia tak pernah berbuat kebaikan sama sekali.

Begitulah rata-rata karakter makhluk yang satu ini, betapa mudahnya ia menyawang [ melihat ] perbuatan orang lain, tapi begitu sulitnya hati diri untuk menyawang perangai dan perbuatan dirinya. Dan Kala ia mudahnya melihat apa yang ada pada diri orang lain, kerap kali yang bisa ia lihat [ baca nilai ] hanyalah keburukan perangai dan perbuatannya. Namun saat ia melihat pada dirinya sendiri, yang terlihat hanyalah seribu kebaikan yang tiada bercacat keburukan satupun.

Pula dalam diri hewan yang ia temui atau lihatnya, hanya yang jelek-jelek saja yang sering terlihat darinya. Ia pun hanya mencaci, menghardik, dan berusaha mengenyahkan dari pandanganya. 

Tapi tak pernah atau jarang diri kita beri kebaikan kepadanya yang bisa mendorongnya untuk berubah dari keburukan perangai dan kebiasaannya. Inilah karakter kita yang sebenarnya, ingatlah keburukan orang lain yang kita benci takkan pernah terenyahkan dari raganya dengan membalasnya keburukan pula kepadanya, dan keburukan itu hanya bisa terenyahkan dengan kebaikan yang terus kita tanamkan kepadanya.

Saya punya pengalaman pribadi di tempat kos-kosan di mana aku tinggal, adalah kucing betina berwarna blirik [ campuran hitam, putih, dan coklat keungu-unguan ] kerap kali mondar-mandir di dapur dan teras kamar kos di saat aku dan teman-teman sekamarku asyik memasak dan makan.
 
Saking seringnya terlihat, kucing itupun akhirnya diberi nama si Paitem oleh teman-temanku. Tak ada alasan kenapa ia diberi nama seperti itu, nama itu muncul spontan saja dari lisan salah seorang teman, saya rasa nama itu terinspirasi dari nama kucing jantan berwarna hitam bercampur putih yang telah lama menghilang setelah ditinggal lama liburan semester genap. Kucing jantan itu memang sangat akrab dengan semua penghuni kos dan memiliki sifat yang sangat unik sekali. Temanku dari Banyuwangi menamainya dengan si Paimin. Nah, nama inilah yang menginspirasi penamaan Si Paitem untuk si kucing betina tadi.

Si Paitem ini berbeda sekali karakternya dengan Si Paimin. Si Paitem sangatlah nakal, galak dan crewet, sifat ini sangatlah dibenci oleh teman-teman sekosku, terlebih mereka yang tidak suka sama sekali dengan kucing. Sering sekali si Paitem ini terhardik dan terusir kala teriak-teriak meminta sesuap makan dari saya atau teman-temanku yang sedang makan.

Tak jarang ia didorong dan dipaksa pergi dari tempat kosku, baik olehku sendiri maupun oleh teman-temanku. Namun, saya perhatikan ia tak pernah bosan dan terus kembali demi mendapat sesuap makan untuk mengganjal perutnya yang keroncongan, si Paitem inipun menjadi sering terlihat kala pagi, siang maupun sore hari. Saking seringnya, saya dan teman-temanku menjadi iba dan sedikit menaruh rasa kasihan, meski ia hanya mendapat sisa-sisa makanan yang dibuang di tempat sampah, si Paitem ini terasa lebih betah untuk sering berkunjung ke tempat kosku.

Yang membuat aku dan temanku membencinya adalah kecerewetan dan nakalnya yang tiada ampun. Crewet saat ia berontak memelas diri untuk mendapat sesuap makan dari para penghuni kos, dan nakalnya ia tak bisa dipegang sama sekali. Tangan mendekat sedikit saja di samping kepalanya, maka siap-siap saja tangan itu menjadi korban cakaran kuku-kukunya yang tajam sekali, makanya tak ada satupun teman saya yang berani menyentuh kucing yang satu ini.

Pernah temanku yang paling senang dan dekat dengan kucing, sampai-sampai ia dikenal sebagai pawang kucing oleh teman-temanku, berusaha untuk menaklukan karakter kucing yang sangat crewet dan nakal sekali agar bisa jinak seperti si Paimin yang pernah ia taklukkan sebelumnya.

Ia pun sedikit demi sedikit berusaha untuk mengelus leher dan kepalanya, tapi apa yang terjadi, justru kerap kali tangan temanku ini menjadi korban cakaran kuku-kuku tajamnya. Akhirnya ia pun terasa menyerah untuk bisa merubah karakter kucing yang satu ini.

Sementara aku hanya bisa mentertawai dan mengejeknya, dan aku pikir tak mungkin untuk bisa menaklukan si Paitem ini.

Singkat cerita, rentan kebiasaan itu berlangsung lama berbulan, dan semenjak si Paitem ini baru beranak pinak yang pertama kalinya, ia masih saja datang untuk memelas diri meminta sesuap makanan dari para penghuni kos. Dan semenjak itulah aku menaruh rasa iba yang sangat kepada Si Paitem, aku pun berusaha untuk menyisihkan nasi dan lauk untuk saya campur kemudian menjadi santapan baginya. Pagi, siang dan sore aku berusaha menyiapkan makanan untuknya, meski hanya berupa camuran nasi dengan gorengan telur, gorengan atau lauk yang lain. Dan yang tersering hanyalah campuran nasi dan telur goreng, tapi saya perhatikan ia begitu nikmat melahap makanan itu.

Tanpa sengaja aku pun memegang lehernya, eh ternyata ia tidak berontak sama sekali, apalagi mencakar dengan kuku-kukunya, hanya terlihat sedikit canggung saat pertama kalinya. Dan semenjak itulah aku berusaha untuk berbagi makanan dengannya meski sebenarnya makanan itu tidaklah sesuai dengan tabiatnya sebagai seekor kucing, tapi dalam sawanganku ia begitu menikmati dan memang sangat membutuhkan suapan makanan dari kita.

Dan tanpa terpikir sebelumnya sama sekali, ternyata si Paitem yang dulunya kasar kini telah berubah menjadi kucing yang baik dan lembut. Teman-temanku pun mengagumi perubahan karakter kucing yang menjadi baik dan santun, dan kini mereka pun tak canggung-canggung untuk menyentuh kepala dan tubuh si Paitem. Si paitem pun mulai akrab dan semakin dekat dengan para penghuni kos, hanya mereka yang tidak suka dengann kucing yang masih terkesan suka menghardik dan mengusirnya dari sampingnya.

Tapi dari kejadian ini aku banyak belajar dari kehidupan kucing, Kucing yang awalnya nakal dan galak, ternyata beriring waktu bisa berubah karakternya menjadi baik dan santun karena kebaikan orang lain yang terus ia dapatkan darinya.

Maka, Keburukan tidak bisa dirubah dengan keburukan yang semisalnya atau lebih buruk darinya. Dan Keburukan hanya bisa dirubah dengan kebaikan yang terus tersuntikan ke arahnya.

Barangsiapa mengharapkan keburukan orang lain terenyahkan dari raganya, namun ia hanya membalas dengan keburukan serupa atau lebih parah, maka jangan harap ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan.

Keburukan orang lain hanya bisa dienyahkan dari raganya hanya dengan membalasanya dengan beragam kebaikan yang tiada pamrih darinya.

Mayoritas kita [ bila tidak bisa dikata semuanya ], hanya bisa menghardik, mencaci, dan berusaha menghindarkan keburukan teman atau orang lain dari pandangan kita, tapi jarang sekali kita berusaha untuk memberinya kebaikan yang banyak agar keburukan yang tidak kita sukai bisa terenyahkan dari raganya dan dari pandangan kita.

Wallohu a’lam bishowab
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers