Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Akhir Yang Terlupakan


Kematian, ya saya katakan bahwa ia adalah akhir yang terlupakan, sebuah peristiwa yang sangat dahsyat yang sudah banyak ditinggalkan dan dilupakan dari ingatan kita, sudah jarang menjadi bahan pembicaraan, dan kalaupun ada ia hanya diingat dan dibicarakan dengan hati yang kosong dan hampa, sehingga hal itu tidak berpengaruh sedikit pun bagi hati dan amalannya.

Padahal kematian adalah sebuah kepastian, detik detik sakaratul maut adalah sebuah kebenaran, ini adalah moment yang paling ditakuti oleh orang-orang kafir, dan saat-saat yang paling didambakan oleh orang-orang yang beriman dengan keimanan yang sejati, karena ia sudah tidak sabar dan sangat rindu untuk bertemu dengan Alloh dan melihat-Nya.

Alloh telah berfirman:

وجاءت سكرة الموت بالحق  ذلك ماكنت تحيد

[ Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, itulah yang dahulu hendak kamu hindari ] [ QS. Qaaf ; 19 ]

Kematian, ia pasti akan merenggut setiap jiwa yang bernyawa, dan ketajaman maupun kengerian kuku-kukunya tidak dapat engkau hindari ataupun berlari darinya, meskipun engkau berlindung di balik benteng atau bangunan terkokoh yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia.

Apabila datang saatnya maut itu menjemputmu, baik engkau dalam keadaan siap ataupun tidak, ia pasti akan tetap menggilasmu, mencabut ruhmu, dan membawanya ke suatu tempat yang hanya ada dua kemungkinan, nikmat yang indah atau siksa yang penuh sengsara.

Ya, itulah alam kubur, tempat yang pasti akan disinggahi oleh setiap manusia, tempat yang menjadi gerbang akhirat, menjadi taman dari taman-taman surga, atau menjadi lubang dari lubang-lubang neraka. Setelah itu, ia akan mendapati negeri akhirat sebagai negeri yang kekal selama-lamanya, negeri yang hanya menyediakan dua tempat, yang pertama adalah surga bagi mereka orang-orang yang beriman, dan yang kedua adalah neraka bagi mereka orang-orang yang kafir.

Kenapa banyak diantara kalian yang lalai dari kematian, enggan dan lupa dari mengingatnya? Karena engkau tenggelam dalam hiruk pikuk dunia, terbuai oleh bujukan rayu nafsu dan syahwat, hatimu tertutup oleh pekatnya noda-noda kemaksiatan dan dosa, tertipu dan terpedaya oleh kenikmatan semu yang sesaat, dan hanyut dalam khayalan dan angan-angan kosong yang membinasakan.

Kematian, ya kematian adalah akhir bagi segalanya dalam kehidupan fana ini, dialah yang akan mengakhiri setiap kesombongan, keangkuhan, kedengkian, dan kedzolimanmu. Ia pula yang akan mengakhiri setiap langkah kebaikanmu, amal sholih, ketakwaan, dan keikhlasan hatimu. Semua akan diputus, direnggut, dan dibinasakan olehnya.

Setelah itu, tiada lagi harapan dan kesempatan untuk kembali, berbenah diri, beramal atau memperbanyak dan mempersiapkan bekal untuk menghadapi perhitungan pada hari kiamat. Mereka yang tidak pernah mempersiapkan kematian pasti akan merasakan penyesalan beribu-ribu rasa sesal bahkan lebih hingga tak berbilang. Tapi penyesalan saat itu ibarat setetes air tawar yang jatuh di tengah-tengah hamparan samudera, tiada berarti dan berpengaruh sedikitpun, penyesalan tinggallah penyesalan, meskipun kedua matamu menangis dan bercucuran darah sekalipun akibat rasa sesal yang sangat, engkau tetap tidak akan  mampu untuk mendapatkan kesempatan guna memperbaiki dirinya.

Berbeda dengan orang yang selama hidupnya disibukkan dengan amal sholih, jauh dari kemaksiatan dan dosa, senantiasa menangis dan tidak tenang karena takut amalannya tidak diterima, terus meneteskan air mata khosyah ( takut ) karena teringat kedahsyatan dan ngerinya alam kubur dan siksa api neraka, dan setiap helaian nafas dan detakan waktunya senantiasa ia pergunakan dalam ketaatan kepada Alloh.

Maka, golongan orang yang semacam ini, setelah kematian menyambutnya, ia akan merasa tenang, jasad akan mulai beristirahat setelah lama bekerja dan beramal di dunia, tinggallah ia berbahagia dan berceria ria bersama amalan sholihnya yang akan senantiasa menemani dirinya dalam keindahan dan beragam kenikmatan sampai datangnya hari kiamat.

Saudaraku, ingatlah kematian, bangunkanlah hatimu dari kelalaian dan ambisi dunia, dan persiapkanlah dirimu untuk menghadapinya dengan perbekalan yang matang. Sungguh, kematian adalah pembunuh dan pembinasa semua kenikmatan yang kau miliki dan kau rasakan, penghancur dan malapetaka bagi setiap kesombongan dan kedzolimanmu.

Ya, kini kau merasa cantik atau gagah dan terlihat elegan di mata manusia. Tapi, semua itu tiada arti sedikitpun saat malaikat maut datang untuk menghampirimu, ia datang dengan tiba-tiba dan tanpa di undang, tanpa salam dan sapa, siap untuk mengubur paras wajahmu yang cantik atau ganteng yang selama ini engkau bangga-banggakan di hadapan manusia, ia akan membuatmu menangis dan menyesal selama-lamanya, atau menjadikanmu menderita dan sengsara saat detik-detik ruhmu mulai di pisahkan dari jasadmu, dan engkau pun akan menangis pedih, sakit, atau ngeri yang tiada tara dan tiada obatnya.

Ya, mungkin kini kau merasa enak dan nyaman, tinggal di rumah mewah dengan berbagai fasilitas yang ada, makan lezat dengan berbagai menu sesuka hatimu, pergi dengan kendaraan yang bagus dan empuk, serta ditemani oleh isteri-isteri yang cantik jelita lagi  mempesona.

Tapi, semua itu akan berakhir saat maut datang menjemputmu, ia akan mengakhiri segala kemewahan yang selama ini engkau bergelimang di dalamnya, dan tak sedikitpun kemewahan yang kau miliki itu mampu untuk menolong dan mencegahmu dari kematian. Ia akan berlepas diri darimu, diam, dan hanya termenung melihat nafasmu tersengal-sengal saat maut terus mencekik dan menarik-narik ruhmu dari jasadmu yang dulu kenyang dengan berbagai kenikmatan dan kemewahan.

Mungkin juga, kini kau dalam kefakiran, kemiskinan, dan kondisi hidup yang serba susah dan kurang, tinggal di gubug reot, yang bocor dikala ada terpaan air hujan, yang dingin saat hembusan angin malam tiba, dan panas yang menyengat saat sinar matahari membakar dunia. Untuk sesuap nasi saja begitu susah dan sengsaranya bagimu, apalagi harus mencicipi dan menyantap menu makanan para bangsawan dan miliader. Ya, semuanya serba susah dan sengsara, tanpa ada jalan lain kecuali menerima dan ridho atas takdirnya.

Dan meskipun kau berada dalam kondisi yang semacam itu, kematian pun akan menjemputmu, tidak akan pernah beriba dan mengasihimu, ia akan mengakhiri semua penderitaanmu di dunia ini dan akan menggantinya dengan penderitaan lain yang lebih dahsyat, ngeri dan lebih sakit.

Keganasan maut takkan pernah merasa iba sedikitpun terhadap keadaanmu, ia tetap akan mengakhiri semua sandiwaramu di dunia ini, jika saatnya telah tiba, bagaimanapun kondisimu, dikala sakit atau sehat, senang atau susah, bahagia atau sedih, lapang atau sempit, dalam ketaatan maupun kemaksiatan, disaat kaya atau miskin, dan yang lainnya. Kematian pasti akan menggilasmu.

Kematian! Akhir bagi setiap kenikmatan dan kesengsaraan, akhir yang terlupakan, dan terkubur dalam kelalain manusia. Oleh karena itu, bangunlah engkau wahai saudaraku dari kealpaan dan kelalain, hidupkan hatimu untuk mengingat kematian.

Sungguh, kematian itu akan segera merenggutmu dan ini adalah nyata, persiapkanlah dirimu untuk menghadapi detik-detik kematian dan kehidupan setelahnya, janganlah engkau tunda-tunda lagi, mulailah dari sekarang, karena ia datang tanpa di undang, datang dengan tiba-tiba dan sangat mengagetkan. Persiapkanlah dirimu secepatnya, bisa jadi ia akan meyambutmu setelah beberapa detik kemudian !!!

Wallohu a’lam bishowab
Share:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers