Kematian, ya saya katakan bahwa ia
adalah akhir yang terlupakan, sebuah peristiwa yang sangat dahsyat yang sudah
banyak ditinggalkan dan dilupakan dari ingatan kita, sudah jarang menjadi bahan
pembicaraan, dan kalaupun ada ia hanya diingat dan dibicarakan dengan hati yang
kosong dan hampa, sehingga hal itu tidak berpengaruh sedikit pun bagi hati dan
amalannya.
Padahal kematian adalah sebuah
kepastian, detik detik sakaratul maut adalah sebuah kebenaran, ini adalah
moment yang paling ditakuti oleh orang-orang kafir, dan saat-saat yang paling
didambakan oleh orang-orang yang beriman dengan keimanan yang sejati, karena ia
sudah tidak sabar dan sangat rindu untuk bertemu dengan Alloh dan melihat-Nya.
Alloh telah berfirman:
وجاءت سكرة الموت بالحق ذلك ماكنت تحيد
[ Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, itulah yang
dahulu hendak kamu hindari ] [ QS. Qaaf ; 19 ]
Kematian, ia pasti akan merenggut
setiap jiwa yang bernyawa, dan ketajaman maupun kengerian kuku-kukunya tidak dapat
engkau hindari ataupun berlari darinya, meskipun engkau berlindung di balik
benteng atau bangunan terkokoh yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia.
Apabila datang saatnya maut itu
menjemputmu, baik engkau dalam keadaan siap ataupun tidak, ia pasti akan tetap
menggilasmu, mencabut ruhmu, dan membawanya ke suatu tempat yang hanya ada dua
kemungkinan, nikmat yang indah atau siksa yang penuh sengsara.
Ya, itulah alam kubur, tempat yang
pasti akan disinggahi oleh setiap manusia, tempat yang menjadi gerbang akhirat,
menjadi taman dari taman-taman surga, atau menjadi lubang dari lubang-lubang
neraka. Setelah itu, ia akan mendapati negeri akhirat sebagai negeri yang kekal
selama-lamanya, negeri yang hanya menyediakan dua tempat, yang pertama adalah surga
bagi mereka orang-orang yang beriman, dan yang kedua adalah neraka bagi mereka
orang-orang yang kafir.
Kenapa banyak diantara kalian yang
lalai dari kematian, enggan dan lupa dari mengingatnya? Karena engkau tenggelam
dalam hiruk pikuk dunia, terbuai oleh bujukan rayu nafsu dan syahwat, hatimu
tertutup oleh pekatnya noda-noda kemaksiatan dan dosa, tertipu dan terpedaya
oleh kenikmatan semu yang sesaat, dan hanyut dalam khayalan dan angan-angan
kosong yang membinasakan.
Kematian, ya kematian adalah akhir
bagi segalanya dalam kehidupan fana ini, dialah yang akan mengakhiri setiap
kesombongan, keangkuhan, kedengkian, dan kedzolimanmu. Ia pula yang akan
mengakhiri setiap langkah kebaikanmu, amal sholih, ketakwaan, dan keikhlasan
hatimu. Semua akan diputus, direnggut, dan dibinasakan olehnya.
Setelah itu, tiada lagi harapan dan
kesempatan untuk kembali, berbenah diri, beramal atau memperbanyak dan
mempersiapkan bekal untuk menghadapi perhitungan pada hari kiamat. Mereka yang
tidak pernah mempersiapkan kematian pasti akan merasakan penyesalan beribu-ribu
rasa sesal bahkan lebih hingga tak berbilang. Tapi penyesalan saat itu ibarat
setetes air tawar yang jatuh di tengah-tengah hamparan samudera, tiada berarti
dan berpengaruh sedikitpun, penyesalan tinggallah penyesalan, meskipun kedua
matamu menangis dan bercucuran darah sekalipun akibat rasa sesal yang sangat,
engkau tetap tidak akan mampu untuk
mendapatkan kesempatan guna memperbaiki dirinya.
Berbeda dengan orang yang selama
hidupnya disibukkan dengan amal sholih, jauh dari kemaksiatan dan dosa,
senantiasa menangis dan tidak tenang karena takut amalannya tidak diterima,
terus meneteskan air mata khosyah ( takut ) karena teringat kedahsyatan dan
ngerinya alam kubur dan siksa api neraka, dan setiap helaian nafas dan detakan
waktunya senantiasa ia pergunakan dalam ketaatan kepada Alloh.
Maka, golongan orang yang semacam ini,
setelah kematian menyambutnya, ia akan merasa tenang, jasad akan mulai
beristirahat setelah lama bekerja dan beramal di dunia, tinggallah ia
berbahagia dan berceria ria bersama amalan sholihnya yang akan senantiasa
menemani dirinya dalam keindahan dan beragam kenikmatan sampai datangnya hari
kiamat.
Saudaraku, ingatlah kematian,
bangunkanlah hatimu dari kelalaian dan ambisi dunia, dan persiapkanlah dirimu
untuk menghadapinya dengan perbekalan yang matang. Sungguh, kematian adalah
pembunuh dan pembinasa semua kenikmatan yang kau miliki dan kau rasakan,
penghancur dan malapetaka bagi setiap kesombongan dan kedzolimanmu.
Ya, kini kau merasa cantik atau gagah
dan terlihat elegan di mata manusia. Tapi, semua itu tiada arti sedikitpun saat
malaikat maut datang untuk menghampirimu, ia datang dengan tiba-tiba dan tanpa
di undang, tanpa salam dan sapa, siap untuk mengubur paras wajahmu yang cantik atau
ganteng yang selama ini engkau bangga-banggakan di hadapan manusia, ia akan
membuatmu menangis dan menyesal selama-lamanya, atau menjadikanmu menderita dan
sengsara saat detik-detik ruhmu mulai di pisahkan dari jasadmu, dan engkau pun
akan menangis pedih, sakit, atau ngeri yang tiada tara dan tiada obatnya.
Ya, mungkin kini kau merasa enak dan
nyaman, tinggal di rumah mewah dengan berbagai fasilitas yang ada, makan lezat
dengan berbagai menu sesuka hatimu, pergi dengan kendaraan yang bagus dan
empuk, serta ditemani oleh isteri-isteri yang cantik jelita lagi mempesona.
Tapi, semua itu akan berakhir saat
maut datang menjemputmu, ia akan mengakhiri segala kemewahan yang selama ini
engkau bergelimang di dalamnya, dan tak sedikitpun kemewahan yang kau miliki
itu mampu untuk menolong dan mencegahmu dari kematian. Ia akan berlepas diri
darimu, diam, dan hanya termenung melihat nafasmu tersengal-sengal saat maut
terus mencekik dan menarik-narik ruhmu dari jasadmu yang dulu kenyang dengan
berbagai kenikmatan dan kemewahan.
Mungkin juga, kini kau dalam
kefakiran, kemiskinan, dan kondisi hidup yang serba susah dan kurang, tinggal
di gubug reot, yang bocor dikala ada terpaan air hujan, yang dingin saat
hembusan angin malam tiba, dan panas yang menyengat saat sinar matahari
membakar dunia. Untuk sesuap nasi saja begitu susah dan sengsaranya bagimu,
apalagi harus mencicipi dan menyantap menu makanan para bangsawan dan miliader.
Ya, semuanya serba susah dan sengsara, tanpa ada jalan lain kecuali menerima
dan ridho atas takdirnya.
Dan meskipun kau berada dalam kondisi
yang semacam itu, kematian pun akan menjemputmu, tidak akan pernah beriba dan
mengasihimu, ia akan mengakhiri semua penderitaanmu di dunia ini dan akan
menggantinya dengan penderitaan lain yang lebih dahsyat, ngeri dan lebih sakit.
Keganasan maut takkan pernah merasa
iba sedikitpun terhadap keadaanmu, ia tetap akan mengakhiri semua sandiwaramu
di dunia ini, jika saatnya telah tiba, bagaimanapun kondisimu, dikala sakit
atau sehat, senang atau susah, bahagia atau sedih, lapang atau sempit, dalam
ketaatan maupun kemaksiatan, disaat kaya atau miskin, dan yang lainnya.
Kematian pasti akan menggilasmu.
Kematian! Akhir bagi setiap kenikmatan
dan kesengsaraan, akhir yang terlupakan, dan terkubur dalam kelalain manusia.
Oleh karena itu, bangunlah engkau wahai saudaraku dari kealpaan dan kelalain,
hidupkan hatimu untuk mengingat kematian.
Sungguh, kematian itu akan segera
merenggutmu dan ini adalah nyata, persiapkanlah dirimu untuk menghadapi
detik-detik kematian dan kehidupan setelahnya, janganlah engkau tunda-tunda
lagi, mulailah dari sekarang, karena ia datang tanpa di undang, datang dengan
tiba-tiba dan sangat mengagetkan. Persiapkanlah dirimu secepatnya, bisa jadi ia
akan meyambutmu setelah beberapa detik kemudian !!!
Wallohu a’lam bishowab