Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda:
أُرِيْتُ النَّارَ
فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ
العَشِيْرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ،
ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“’Neraka diperlihatkan kepadaku, maka aku melihat sebagian besar penghuninya adalah kaum wanita, (karena) mereka berbuat kufur.’ Dikatakan kepada beliau, ‘Apakah mereka kufur kepada Allah?’ Beliau bersabda, ‘Mereka berbuat kufur kepada suaminya dan mengingkari kebaikannya, seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka selamanya, kemudian dia melihat sesuatu (yang tidak menyenangkan) darimu, niscaya dia akan berkata, ‘Tiada kebaikan sedikit pun yang aku saksikan darimu.’”
Takhrij Hdits
Hadits ini ditakhrij oleh Imam Bukhari
dalam Shahih-nya (no. 29), An-Nasa’i dalam Sunan-nya (no. 1493),
Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (no. 2832), Imam Ahmad dalam Musnad-nya
(no. 2711), Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya (no. 1377), Ath-Thahawi
dalam Syarh Musykilil Atsar (no. 851), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman
(no. 8705), Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 1140), dll.
Makna Kosakata
يَكْفُرْنَ : yaitu
mengingkari. Dan mengingkari suami dalam hadits di atas bukan berarti
mengingkari suami secara dzatnya, akan tetapi mengingkari kebaikan yang telah
dilakukan oleh suami kepada sang isteri.
العَشِيْرَ : Pada asalnya kata ini bermakna
teman, namun yang dimaksud di sini adalah suami.
الدَّهْرَ : Maknanya adalah selama umur seorang
suami. Bisa juga berarti selama-lamanya yang tidak dibatasi oleh umur
seseorang. Makna yang kedua adalah bentuk mubalaghah (Pemakaian kata
yang melebihi apa yang diperlukan).
شَيْئًا : Maknanya adalah sesuatu, dan tanwin
dalam kalimat ini menunjukkan sesuatu yang sedikit. Maksudnya ialah sesuatu
yang sedikit dan tidak sesuai dengan harapan seorang isteri, apapun itu
jenisnya.
Penjelasan Hadits
Mengingkari kebaikan suami merupakan
bentuk kekufuran seorang isteri terhadap suaminya. Dan tidak jarang
perkara-perkara kecil yang diperbuat oleh suami namun tidak sesuai dengan
keinginan seorang isteri menjadikan sang isteri melupakan
kebaikan-kebaikan suaminya yang begitu banyak. Bahkan seakan-akan sang suami tidak
pernah berbuat baik sedikit pun kepadanya dan tidak pernah memberikan sesuatu
yang indah untuknya. Inilah setetes tinta yang mengeruhkan beningnya samudera.
Berhati-hatilah wahai para isteri!
mengingkari kebaikan suami dan tidak mensyukurinya adalah dosa besar seorang
isteri kepada suami. Ini adalah keburukan yang banyak dilakukan oleh para
isteri dan menjadikan sebagian besar dari mereka sebagai penghuni neraka.
Hadits di atas menunjukkan bahwa wanita
penghuni neraka jumlahnya lebih besar daripada wanita penghuni surga. Namun ada
riwayat lain yang mengatakan bahwa wanita penghuni surga jumlahnya lebih
banyak.
Imam Al-Qurthubi mengkompromikan
beberapa riwayat itu dengan mengatakan, ”Kondisi wanita dunia yang menghuni
surga jumlahnya lebih sedikit ketika mereka masih banyak di neraka. Adapun
setelah mereka dikeluarkan dari neraka karena syafa’at dan rahmat Allah sampai
tidak tersisa satu pun dari mereka yang mati dalam keadaan bertauhid, maka ketika
itu jumlah wanita surga lebih banyak.” (Syarh Al-Bukhari, karya As-Safiri,
2/35)
Nasihat Teruntuk Para
Isteri
a.
Mengingkari kebaikan suami termasuk perbuatan kufur
Jenis yang kedua ini diistilahkan oleh
ulama sebagai kufrun duna kufrin (kekufuran selain kekufuran), maksudnya
perbuatan kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari islam, namun tetap
sebagai perbuatan dosa yang diancam dengan siksa neraka. Mengingkari kebaikan
suami merupakan kufur nikmat dan dinilai oleh Imam Nawawi sebagai dosa besar.
Karena perbuatan ini mendapatkan ancaman yang keras berupa siksa neraka
sebagaimana hadits di atas.
Ingatlah! keimanan seorang isteri akan
bertambah seiring bertambahnya rasa syukur terhadap kebaikan suami dan akan
menurun seiring berkurangnya rasa syukur terhadap kebaikan suami.
b.
Begitu besar kedudukan seorang suami di depan isteri
Wahai para isteri! hak dan kedudukan
seorang suami di hadapanmu sungguh besar lagi mulia. Maka hormatilah suami dan
taatlah kepadanya selama dalam ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu Allah
berfirman:
ﭑ
ﭒ ﭓ ﭔ
ﭕ ﭖ ﭗ
ﭘ ﭙ ﭚ
ﭛ ﭜ ﭝ ﭞﭟ ﭠ
ﭡ ﭢ ﭣ
ﭤ ﭥ ﭦﭧ
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan
(isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan
nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih, adalah mereka yang
taat (kepada Allah) lagi menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah
telah menjaga (mereka).” (QS.
An-Nisa’: 34)
Dari Aisyah, Rasulullah bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ
لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku (diperkenankan) untuk menyuruh
seseorang bersujud kepada yang lainnya, niscaya akan aku perintahkan seorang
isteri bersujud kepada suaminya.” (HR.
At-Tirmidzi, no. 1159)
Al-Hasan berkata, “Demi Allah, tidaklah seorang suami
mentaati hawa nafsu isterinya, melainkan Allah akan menyeretnya ke dalam api
neraka.” (Syarh Al-Bukhari, karya As-Safiri, 2/39)
c.
Syukurilah yang kecil, niscaya engkau akan mensyukuri yang besar
Wahai para isteri! syukurilah kebaikan
suami sekecil apa pun bentuknya, niscaya Allah akan menambahkan nikmat dan
keberkahan kepada keluarga anda. Karena mensyukuri kebaikan suami merupakan
bentuk syukur akan nikmat Allah.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ
اللَّهَ
“Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, niscaya
ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR.
At-Tirmidzi, no. 1954)
Bentuk syukur akan kebaikan suami berupa
mengakui dan berterima kasih akan kebaikannya, tidak menuntut melebihi
kemampuan suaminya, bersikap qana’ah bersamanya, taat dan santun kepadanya,
menjaga diri saat suami tidak ada, senantiasa menunjukkan wajah ceria serta
dandanan yang baik untuknya.
Dari An-Nu’man bin Basyir, Rasulullah bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ، لَمْ
يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barangsiapa tidak mensyukuri (nikmat) yang sedikit,
niscaya ia tidak mensyukuri (nikmat) yang banyak.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 8698)
Wallahu a’lam
Oleh: Saed As-Saedy, Lc.
Referensi
-
Syarh
Al-Bukhari, Karya
As-Safiri.
-
Umdatul
Qari, Karya Al-Aini, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar