Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Nabi Sebelum Bi'tsah (Kenabian)

Siapa yang tidak mengenal tahun gajah. Sebuah tahun yang di dalamnya terjadi peristiwa besar penyerangan Ka'bah oleh pasukan bergajah yang di pimpin oleh Raja Abrahah dari negeri Yaman. Akan tetapi Allah melindungi Ka'bah dan kota Makkah dengan mengirimkan sekawanan burung Ababil yang membawa batu panas untuk ditimpakan kepada pasukan bergajah. Mereka pun akhirnya lari kocar-kacir untuk menyelamatkan diri. Inilah peristiwa besar yang menjadi cikal bakal penamaan tahun gajah.

Padah tahun inilah Nabi Muhammad dilahirkan. Tepatnya pada bulan Rabi'ul Awal yang dikenal pula dengan bulan Rabi'ul Anwar, malam senin, tanggal 12. Inilah pendapat mayoritas para ahli sejarah islam tentang waktu kelahiran Nabi Muhammad.

Beliau tidak hanya disusui oleh Ibunya, yaitu Aminah. Namun beliau juga disusui oleh Tsuwaibah, kemudian oleh Halimah As-Sa'diyah. Beliau sengaja dipersusukan di perkampungan Bani Sa'di sebagaimana kebiasaan anak-anak para pemuka kaum Quraisy yang dipersusukan di kampung tersebut. Tujuannya ialah agar badannya sehat, kuat, fasih dalam berbicara, dan memiliki kepekaan hati yang besar.

Setelah masa persusuan oleh Halimah selesai, beliau dikembalikan kepada ibunya. Dan ketika Aminah meninggal dunia, beliau pun diasuh oleh Ummu Aiman. Akhirnya Ummu Aiman pun mengembalikan beliau kepada kakeknya, Abdul Muthalib untuk mengasuhnya. Pada saat beliau berumur delapan tahun, Abdul Muthalib meninggal dunia. Setelah itulah Abu Thalib yang merupakan pamannya sendiri mengambil alih hak asuh beliau.

Tanda-tanda kesempurnaan Muhammad sebelum kenabian

Sejatinya, semenjak beliau dilahirkan telah terlihat tanda-tanda kenabian dalam diri beliau, hal itu disaksikan sendiri oleh ibunya, Aminah. Kemudian setelah beliau berada dalam pengasuhan pamannya, tanda-tanda kenabian beliau semakin nampak jelas. Di antaranya ialah:

1. Abu Thalib beristisqa' dengan perantaraan beliau

Ketika itu beliau belum mencapai usia baligh. Dan pada saat yang sama kaum Quraisy sedang ditimpa kemarau yang panjang, mereka pun mengajak Abu Thalib untuk beristisqa (meminta hujan), akhirnya Abu Thalib membawa beliau yang masih kecil ke Ka'bah. Karena kemuliaan, kedudukan dan tanda-tanda kebesaran dalam diri beliau yang disaksikan oleh Abu Thalib. Abu Thalib kemudian mengangkat tubuh beliau dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka'bah sembari bertawasul dengan perantaraan beliau agar Allah menurunkan hujan. Tidak lama kemudian mendung pun meliputi kota Makkah dan hujan deras pun mengguyurnya. Inilah salah satu tanda kenabian yang disaksikan sendiri oleh Abu Thalib dan kaum Quraisy.

2. Aurat nabi tidak pernah terbuka setelah pernah terbuka sekali saja

Aurat Nabi pernah terbuka saat beliau membantu membangun Ka'bah, ketika itu beliau menaikkan sarungnya ke atas pundaknya untuk memudahkan mengangkat batu. Akan tetapi aurat beliau justru terlihat. Akhirnya ada seseorang yang menyeru untuk segera menutup aurat beliau. Dan setelah kejadian itu, aurat Nabi tidak pernah terlihat kembali oleh orang lain.

3. Allah telah menjadikan hati beliau membenci berhala dan semua bentuk kebatilan yang dilakukan oleh kaum Quraisy

Sikap ini merupakan tanda kenabian yang sangat nampak ketika itu, karena waktu itu kaum Quraisy tenggelam dalam perbuatan syirik berupa penyembahan berhala dan perbuatan-perbuatan batil lainnya, seperti berjudi, meminum khamr, dan nyanyian. Sikap beliau sangatlah berbeda dengan sikap orang-orang Quraisy pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau senantiasa terjaga dalam kemuliaan akhlak dan hati semenjak dilahirkan. Bahkan kaum Quraisy pun mengakui akan kemuliaan akhlak beliau, sampai-sampai mereka menjulukinya dengan al-amiin (orang yang dipercaya).

4. Kaum Quraisy menyerahkan keputusan kepada beliau dalam perkara-perkara besar yang hampir saja menimbulkan perang di antara mereka.

Contohnya ialah tatkala orang-orang Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak untuk meletakkan hajar aswad di rukun yamani Ka'bah. Karena tidak mendapatkan titik temu, mereka hampir saja saling membunuh satu sama lain. Akan tetapi pada saat beliau datang, mereka semua sepakat agar beliau yang memutuskannya. Lantas beliau memerintahkan mereka untuk membentangkan sebuah kain dan meletakkan hajar aswad di atasnya, kemudian para pemuka kaum diperintahkan untuk memegang setiap ujung kain tersebut dan membawanya ke dekat Ka'bah. Akhirnya beliaulah yang meletakkan hajar aswad itu pada tempatnya semula dan darah orang-orang Quraisy pun terpelihara dari pertikaian tersebut.

5. Pengakuan seorang Rahib (pemuka agama nashrani) bernama Bahira akan kesempurnaan dan tanda-tanda kenabian beliau.

Peristiwa ini terjadi saat Abu Thalib mengajak beliau untuk berdagang ke negeri Syam bersama kafilah dagang Quraisy. Ketika itu beliau baru berusia sekitar dua belas tahun. Di tengah perjalanan, kafilah tersebut singgah untuk istirahat di suatu tempat. Kemudian ada seorang rahib bernama Bahira yang melihat keistimewaan dalam diri beliau, seperti beliau selalu dinaungi oleh awan dari sengatan sinar matahari. Setelah sang Rahib bertanya langsung tentang beberapa hal kepada beliau, maka ia yakin bahwa tanda-tanda kenabian berada dalam dirinya. Bahkan keyakian itu semakin bertambah tatkala sang Rahib melihat tanda kenabian yang ada di punggung beliau. Akhirnya, sang Rahib memerintahkan Abu Thalib untuk kembali ke Makkah membawa pulang beliau, karena sang Rahib khawatir apabila orang-orang Yahudi mengetahui hal tersebut, mereka akan membunuhnya. Abu Thalib pun memenuhi nasihat sang Rahib untuk kembali ke Makkah bersama beliau.

6. Menghadiri hilful Fudhul
Hilful fudhul adalah kesepakatan dan janji untuk membela hak seseorang, baik dari penduduk asli atau pendatang yang haknya terzalimi sampai hak itu dikembalikan lagi kepadanya. Ketika itu beliau berusia sekitar dua puluh tahun. Beliau turut serta dalam kesepakatan tersebut, bahkan menganggapnya sebagai peristiwa yang sangat baik sekali. Sampai-sampai tatkala beliau telah dimuliakan dengan risalah oleh Allah, beliau berkomentar, "Sungguh, aku telah menghadiri suatu kesepakatan di kediaman Abdullah bin Jad'an yang lebih aku sukai daripada aku memilih humrun na'am (unta merah yang paling mahal dan menjadi harta kebanggan bangsa Arab ketika itu). Andai di dalam islam aku diminta untuk melakukan hal itu, niscaya aku akan memenuhinya."

Nilai dan pelajaran

Berikut ini adalah beberapa nilai dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di antaranya ialah:

1. Allah senantiasa menjaga dan melindungi beliau dari kesyirikan, kebatilan dan segala keburukan semenjak lahir, di antaranya dengan menjadikan hatinya sangat benci terhadap penyembahan berhala dan bentuk-bentuk kebatilan lainnya.

2. Nabi senantiasa ikut bersama kaumnya dalam perkara-perkara kebaikan, hal ini menunjukkan kesempurnaan akhlak, jiwa dan diri beliau.

3. Kesempurnaan akhlak beliau, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sampai-sampai kaum Quraisy menjuluki beliau dengan al-Amin (orang yang dipercaya). Beliau dikenal sebagai orang yang sangat amanah, karena beliau tidak pernah berkhianat sedikit pun, baik dalam masalah kehormatan, harta, perkataan maupun perbuatan.

4. Kecintaan Abu Thalib yang begitu besar terhadap beliau, bukan hanya karena sebagai keponakkannya, melainkan juga karena kemuliaan yang ia saksikan sendiri dari beliau.

Oleh: Saed As-Saedy, Lc.

Referensi

- Hadzal Habib Muhammad Ya Muhibb, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Maktabah Al-UlumWal Hikam, Madinah Munawarah
- Ar-Rahiq Al-Makhtum, edisi terjemah: Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung, Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Yayasan Al-Sofwa, Jakarta.





Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers