Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Ketika Isteri Cemburu


Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia berkata, "Nabi sedang berada di rumah salah seorang isterinya, kemudian salah seorang isteri nabi yang lain mengutus seorang pelayan dengan sepiring makanan kepada beliau. Tiba-tiba isteri nabi yang beliau sedang berada di rumahnya menampar tangan pelayan itu hingga jatuhlah piring tersebut dan terpecah. Nabi lantas mengumpulkan pecahan piring itu dan juga makanan yang ada di dalamnya sembari berkata, 'Ibu kalian sedang cemburu'. Kemudian nabi menahan pelayan itu sampai ia diberi piring milik isteri yang beliau berada di rumahnya. Beliau pun menyerahkan piring utuh itu kepada pemilik piring yang sudah pecah dan membiarkan yang pecah berada di rumah isteri yang memecahkannya." (HR. Bukhari, no. 5225)

Isteri nabi yang memecahkan piring itu adalah Aisyah, sedangkan yang mengirim sepiring makanan lewat pelayannya adalah Zainab binti Jahsy. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Badrudin Al-Aini, "Ibnu Hazm menyebutkan sebuah riwayat dari jalan Al-Laits, dari Jarir bin Hazim, dari Humaid, dari Anas bahwa yang menghadiahkan makanan itu kepada nabi adalah Zainab binti Jahsy, dimana ia menghadiahkan makanan itu kepada Rasulullah saat beliau berada di rumah Aisyah." (Umdatul Qari, 19/352)

Ada juga yang berpendapat bahwa isteri beliau yang menghadiahkan makanan itu adalah Shafiyah. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud yang menyebutkan bahwa Aisyah berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang membuat makanan seperti apa yang dilakukan oleh Shafiyah tatkala membuat makanan untuk Rasulullah, kemudian makanan itu dikirimkan kepada beliau (lewat pelanyannya). Aku pun menggoyangkan (tangan pelayan itu) sehingga mangkok (yang berisi makanan) pecah (karena terjatuh). Lantas aku bertanya kepada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, apa kafarat (denda) terhadap perbuatan yang aku lakukan?' Beliau menjawab, 'Mangkok diganti dengan mangkok yang semisalnya, makanan diganti dengan makanan yang semisalnya.'" (HR. Abu Dawud, no. 3570, dan didha'ifkan oleh Al-Albani dalam Shahih Wa Dha'if Abi Dawud, no. 3568)

Al-Khathtahbi berkata, "Kisah itu mungkin sekali adalah dua kisah, yaitu terjadi antara Aisyah dengan Zainab, dan pada kisah lain terjadi antara Aisyah dengan Shafiyah. Hal itu tidaklah masalah. Dan seandainya ia adalah satu kisah maka kita merajihkan (menguatkan) riwayat yang lebih kuat." (Umdatul Qari, 19/352)

Ada juga yang berpendapat bahwa isteri beliau yang mengirimkan makanan itu adalah Ummu Salamah. Hal ini berdasarkan hadits dalam riwayat An-Nasa'i, dari Ummu Salamah bahwa ia datang membawa sepiring makanan untuk diberikan kepada Rasulullah dan para sahabatnya. Lalu datanglah Aisyah dengan bersarungkan sebuah kain sambil membawa sebuah batu (sebesar genggaman tangan) dan memecahkan piring itu dengan batu tersebut. Kemudian nabi menggabungkan pecahan piring yang terbelah menjadi dua sembari berkata, 'Makanlah, ibu kalian sedang cemburu!' Beliau katakan itu sebanyak dua kali. Setelah itu nabi mengambil piring Aisyah dan mengutus seseorang untuk membawanya kepada Ummu Salamah. Adapun piring Ummu Salamah yang telah pecah diberikan kepada Aisyah." (HR. An-Nasa'i, no. 3956)

Intinya bahwa kisah ini terjadi berkisar antara Aisyah dengan Zainab, Shafiyah atau Ummu Salamah. Tidak ada masalah dalam kisah ini. Jika dianggapnya bermasalah karena banyaknya riwayat dengan perbedaan pelaku kisah di dalamnya, maka cukuplah dengan merajihkan riwayat yang paling kuat. 

Adapun perkataan, "Ibu kalian sedang cemburu" merupakan alasan yang dikemukakan nabi kepada para sahabatnya agar mereka memaklumi apa yang telah dilakukan oleh salah seorang isterinya sebagai akibat kecemburuan terhadap isterinya yang lain. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa nabi mengatakan hal itu sampai dua kali. (Lihat riwayat Imam Ahmad, no. 13772)

Dalam riwayat Abu Dawud, Ibnul Mutsana (salah seorang perawi) mengatakan, "Kemudian Nabi mengambil piring yang terbelah menjadi dua, menyatukan dua pecahan tersebut dan mengumpulkan makanan itu di dalamnya." Ibnul Mutsana juga menambahkan bahwa nabi berkata, "Makanlah!", maka para sahabat yang berada di rumah itu menyantap makanan tersebut sampai beliau mengambil piring utuh yang ada di rumah itu sebagai gantinya. (Lihat riwayat Abdu Dawud, no. 3569)

Dan dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa para sahabat menyantap makanan itu sampai habis. Setelah itu nabi menyerahkan sebuah piring utuh sebagai gantinya kepada pelayan tersebut. (Lihat riwayat Imam Ahmad, no. 12027)

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas ialah:

1. Kecemburuan yang terjadi antara seorang isteri dengan madunya adalah perkara wajar dalam kehidupan sebuah rumah tangga, selama tidak berlebihan dan menyimpang dari ajaran syariat.

2. Keindahan akhlak nabi terhadap isteri-isteri beliau, dimana beliau memaklumi kecemburuan yang terjadi di antara isteri-isterinya. Beliau tidaklah mencelanya sama sekali, bahkan meminta secara tersirat kepada para sahabat untuk memakluminya lewat perkataan, "Makanlah! Ibu kalian sedang cemburu."

3. Kebaikan akhlak nabi dengan mengganti piring yang pecah dengan piring yang masih utuh, meskipun hal itu terjadi di antara isteri-isterinya yang merupakan keluarganya sendiri.

4. Sebaik-baik orang adalah yang paling baik terhadap isterinya dan nabi adalah manusia yang paling baik terhadap isterinya. Kewajiban seorang suami ialah senantiasa mempergauli isterinya dengan sebaik-baiknya.


Wallahu a'lam


Oleh: Saed As-Saedy, Lc.


Referensi


- Shahih Bukhari
- Umadtul Qari Syarh Shahih Bukhari, Badrudin Al-Aini, dll.
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers