Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Sepucuk Surat “Kepadamu Wahai Putraku Tercinta“

Wahai puteraku tercinta, kutuliskan pula untaian-untaian nasihat yang mungil untukmu, semua itu tidak lain adalah sebuah bentuk kasih sayangku terhadapmu. Hendaklah engkau merasa takut kepada Allah terhadap dirimu sendiri, yaitu dengan tetap menjaga kesucian, kemuliaan, mengenakan pakaian yang disyariatkan, membekali diri dengan ilmu dien, menjaga rasa malu, menjaga diri dari pergaulan dengan perempuan yang bukan mahramnya, menjauhi ikhtilat, khulwah, serta tidak mengikuti dan terbawa oleh ajakan maupun propaganda para penebar fitnah dari kaum liberalis dan orientalis serta orang-orang kafir.

Wahai puteraku tercinta, kau bagiku bagai sebuah pedang samurai, kau adalah sumber manfaat yang besar sekaligus sebuah kebanggaan untukku, namun di sisi lain kau pun bisa berubah menjadi sebuah bumerang yang mampu untuk melukai dan membinasakan diriku. Ketahuilah bahwa keberadaanmu di sisiku tidaklah aman selamanya, karena kau tidaklah hidup bersamaku seutuhnya dan tidak selalu berada dalam pengawasanku selamanya. Televisi, koran, majalah, komik, novel, handphone, internet, lingkungan sekolah, pergaulan teman-teman, dan lingkungan lainnya adalah hal-hal yang akan terus menemani dirimu. Terlebih di zaman sekarang ini yang hampir semua ranah kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya handphone dan internet.

Semua itu, baik media cetak dan elektronik yang semakin canggih dan smart akan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter, perilaku, kepribadian, dan pola pikir dalam dirimu. Jikalau dirimu tidak memiliki pertahanan yang kokoh, niscaya kau akan terbawa arus buruk yang akan menghinakan dirimu sendiri secara pelan tapi pasti.

Memang kemudahan itu adalah sebuah anugerah dari Allah atas hamba-hamba-Nya yang layak kita syukuri. Akan tetapi orang-orang kafir, orang munafik dan musuh-musuh Allah yang lainnya, mereka lebih menguasai media itu semua dan sangat gencar untuk merusak aqidah, pola pikir maupun akhlak generasi-generasi muda islam.

Oleh karena itu, wahai puteraku tercinta, bekalilah dirimu sebanyak-banyaknya dengan pengetahuan agama yang benar dan berhati-hatilah dirimu dari pemahaman dan pemikiran yang menyimpang. Carilah sumber-sumber ilmu syariat yang murni yang jauh dari penyimpangan. Karena ketika tiba saatnya kau untuk terjun ke dunia luar, kau akan mendapatkan betapa dahsyatnya pengaruh-pengaruh buruk lingkungan yang akan merayu dan mengodamu dalam setiap waktunya. Di saat itulah, jika kau tak memiliki pertahanan aqidah maupun pemahaman agama yang benar dan kuat, dipastikan kau akan tergiur dan terbawa oleh arus buruk yang akan terus mengintaimu.

Wahai puteraku tercinta, kelak kau akan menjadi sosok seorang bapak bagi anak-anakmu yang akan merasakan seperti apa yang ku rasakan saat ini. Jika kau mengharapkan kebaikan bersinar dari anak-anakmu kelak, maka kau harus membangunnya dari sekarang juga yaitu dengan merajut kebaikan-kebaikan itu terlebih dahulu dalam dirimu sendiri. Karena sesungguhnya rumah tangga yang kelak kau bangun bersama pasanganmu adalah madrasah pertama yang akan membentuk karakter dan pola pikir terhadap anak-anakmu. Di sinilah urgensi bekal beragama yang benar dan kuat kedua orang tua bagi pendidikan anak-anaknya yang akan menghiasi kehidupan berumahtangganya kelak.

Wahai puteraku tercinta, kami sebagai orang tuamu tidaklah menghalangimu untuk bercita-cita menjadi apa saja selama itu baik, bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syariat. Kami sangatlah mendukung asamu menurut kemampuan yang bisa kami kerahkan selama raga ini masih bisa dimanfaatkan. Akan tetapi, janganlah kau lupakan untuk terus belajar ilmu agama, karena pemahaman yang benar dan kuat dalam beragama adalah pondasi utama yang akan menjadi filter diri agar tidak mudah tergiur dan terjerumus oleh godaan dan pengaruh buruk lingkungan sekitar, baik lingkungan kerja ataupun lingkungan bermasyarakat.

Wahai puteraku tercinta, kau adalah generasi penerus yang akan memangku masa depan umat dan negeri ini. Sungguh, kebaikan umat dan negeri tercinta ini sangatlah bergantung pada kebaikan dalam dirimu. Pula kemunduran dan kehancuran umat maupun negeri ini tidak lepas dari keburukan akhlak, pola pikir, landasan beragama yang lemah dalam dirimu.

Kami sebagai orang tuamu tidaklah mengharap banyak darimu melainkan agar kau menjadi generasi yang shalih dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang akan menjadi kebanggaanku tersendiri yang luar biasa yang tidak bisa tergantikan oleh harta maupun tahta. Sama sekali bukanlah kebanggaan bagiku di saat melihat dirimu jauh dari akhlak, pola pikir, dan kebiasaan yang mencerminkan nilai-nilai islam yang mulia.

Wahai puteraku tercinta, jadikanlah Rasulullah dan para sahabatnya sebagai suri tauladan dalam hidupmu. Karena mereka merupakan sebaik-baik generasi umat manusia yang telah mengerti dan merasakan makna kehidupan yang sejatinya. Janganlah para artis, bintang olahraga, atau bintang-bintang lainnya yang malah kau jadikan sebagai teladan hidupmu. Karena mereka hanyalah mencari popularitas dan kehidupan dunia semata, sementara hakikat hidup yang sejatinya belumlah pernah mereka rasakan.

Wahai puteraku tercinta, Kehidupan tidaklah sebatas di dunia saja, karena di sana masih ada kehidupan akhirat yang menantinya dan akan kekal selama-lamanya. Adapun keberadaan kehidupan dunia hanyalah sebatas jembatan yang akan mengantarkan kita kepada kehidupan yang sejatinya, yaitu akhirat. Jika kita baik dalam menyikapi kehidupan dunia, maka baik pula yang akan kita dapatkan kelak di akhirat. Dan sebaliknya, jika kita salah dalam menyikapi kehidupan dunia, maka keburukan pula yang akan didapatkan kelak di akhirat. Sementara tolak ukur dalam menyikapi baik buruknya kehidupan dunia hanyalah terdapat pada syariat yang telah Allah turunkan kepada Rasulullah. Inilah sejatinya neraca yang harus dijadikan pegangan umat manusia dalam menempuh kehidupan dunia yang fana ini.

Wahai puteraku tercinta, sejatinya kau juga adalah aset termahal yang pernah ku miliki yang sangat aku harapkan manfaatnya di saat diriku telah tutup usia yang tiada amal kebajikan satupun yang bisa aku lakukan setelah itu. Dan hal itu hanya bisa aku dapatkan di saat kau benar-benar menjadi seorang muslim yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ini pula sepucuk surat kecilku yang ku tuliskan untukmu wahai puteraku tercinta. Dengarkanlah suara hatiku ini yang ku lukiskan dalam untaian-untaian kata nasihat untukmu. Inilah yang akan menjadi kebanggaanku di saat kau benar-benar mendengarkan nasihat yang ku tuliskan untukmu. Karena tiadalah kemuliaan dalam dirimu melainkan dengan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah.

Diakhir surat ini, tak lupa ku iringi do’a semoga Allah senantiasa menjaga kebaikan dan keistiqamahan dalam hatimu, menjadikanmu seorang muslim yang shalih dan taat, serta melahirkan darimu generasi-generasi islam yang tangguh, cerdas, berakhlak mulia, berdedikasi tinggi, serta penuh dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Amiin
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers