Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Sepucuk Surat “Kepadamu Wahai Puteriku Tercinta“

Wahai puteriku tercinta, hendaklah engkau merasa takut kepada Allah terhadap dirimu sendiri, yaitu dengan tetap menjaga kesucian, kemuliaan, mengenakan pakaian yang disyariatkan, membekali diri dengan ilmu dien, menjaga rasa malu, menjaga diri dari pergaulan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, menjauhi ikhtilat, khulwah, tabaruj, serta tidak mengikuti dan terbawa ajakan maupun propaganda para penebar fitnah dari kaum liberalis dan orientalis serta orang-orang kafir.

Jadilah engkau seorang muslimah yang baik, seorang pendidik dan teladan bagi anak-anakmu kelak, sosok yang pandai menjaga kesucian diri dan keluarga yang hendak kau bangun, manusia yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, seorang yang qana’ah dan tidak rakus terhadap harta dan dunia, taat terhadap suami yang akan menjadi pendamping hidupmu, menunaikan kewajiban-kewajibanmu terhadapnya tanpa kurang, tidak meminta hak-hakmu darinya tanpa lebih, dan kerahkanlah seluruh tenaga maupun pikiranmu untuk mendidik dan mecetak anak-anakmu menjadi generasi yang shalih dan shalihah, pandai, cerdas, berdedikasi, berakhlak mulia, memiliki aqidah yang lurus, taat dalam beribadah, lembut dalam bermuamalah, tegas dan kokoh serta berprinsip agama yang kuat.

Wahai puteriku tercinta, engkau harus tahu bahwa saat engkau keluar rumah, berbaur dengan para lelaki, sibuk dengan karir dan pamor, menanggalkan jilbab dan hijab, melumuri diri dengan wewangian, bersolek untuk menarik orang lain, serta berkeliaran di tempat-tempat umum. Saat itu engkau telah menjadi sumber malapetaka dan bencana, akar kehancuran dan kerusuhan, pangkal kekacauan dan kemunduran. Ingatlah saat Rasulullah bersabda :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً هِىَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki melainkan fitnah wanita.” [1]

Wahai puteriku tercinta, kelak di saat kau menjadi seorang ibu bagi anak-anakmu, manakah yang lebih kau banggakan? Puteri-puterimu yang pandai, berprestasi di sekolah atau kampus, memiliki pekerjaan yang mapan, akan tetapi mereka melepaskan hijabnya, berpakaian tapi telanjang layaknya kebanyakan para wanita saat ini, tidak menjaga shalatnya dengan baik, menghabiskan waktu luangnya hanya dengan musik, nyanyian, atau nonton film maupun sinetron, pula dengan bebasnya mereka bergaul atau berkomunikasi dengan para laki-laki. Apakah semua itu sudah sangat cukup membanggakan hatimu dan keluargamu?

Atau kau lebih berbangga dengan keberadaan puteri-puterimu yang smart, terpancar dari wajah dan tubuhnya keshalihan akhlak maupun hati, rajin dalam ibadah wajib maupun sunnah, pandai membaca al-Qur’an, bahkan hafal sebagian atau seluruhnya, menghijab tubuhnya dengan gaun yang telah Rasulullah ajarkan, menghiasi rumahnya dengan lantunan merdu akan ayat-ayat suci al-Qur’an, mengisi waktu laungnya dengan bacaan-bacaan buku islami, motivasi maupun inspirasi, serta rajin bermunajat kepada Rabb-nya untuk kebaikan diri dan kedua orang tuanya!

Pula, apakah kau lebih berbangga disaat melihat putra-putramu memiliki segudang prestasi dalam dunia olahraga, science, atau dalam bidang-bidang lainnya, akan tetapi mereka hanya shalat di saat ingat dan luang saja atau bahkan tidak shalat sama sekali, jarang membaca al-Qur’an, enggan untuk mengaji, lebih senang menghiasi rumahnya dengan nyanyian atau musik-musik semata, dan dengan bebasnya bergaul atau menjalin komunikasi dengan para wanita yang bukan mahramnya, atau yang semisalnya. Apakah semua itu begitu membanggakan diri dan hatimu sebagai seorang ibu bagi mereka?

Atau kau lebih senang dan bangga ketika melihat putra-putramu rajin shalat berjamaah di Masjid, menghiasi rumahnya dengan lantuan ayat-ayat suci al-Qur’an, menjadikan rumahnnya penuh dengan buku-buku islam, inspirasi maupun motivasi, mengisi waktu luangnya dengan bacaan buku-buku perpustakaan di rumahnya, membatasi pergaulannya dengan para wanita yang bukan mahramnya, dan ditambah dengan prestasi yang baik di sekolah maupun kampusnya!

Manakah yang lebih membanggakan hati dan keluarga yang hendak kau bangun bersama pendamping hidupmu kelak jika anak-anakmu telah menghiasi kehidupan rumah tanggamu? Semua orang pasti mengharapkan kebaikan bagi anak-anaknya, akan tetapi kebaikan itu tidaklah terlahir begitu saja tanpa adanya usaha dan teladan dari diri orang tuanya. Oleh karena itu, wahai puteriku tercinta, jika kau mengharapkan kebaikan bersinar dari anak-anakmu kelak, maka mulailah dari sekarang untuk memperbaiki dirimu sendiri sebelum kehadiran mereka di sisimu. Karena keburukan akhlak, kebiasaan maupun ibadahmu akan menjadi pendidik praktis yang akan diserap langsung oleh anak-anakmu kelak.

Wahai puteriku tercinta, jangan kau kira bahwa keelokan paras wajah dan tubuhmu yang kau jajakan begitu bebasnya tidak berdampak buruk sama sekali bagi masyarakat di sekelilingmu. Relakah anugerah agung yang telah Allah berikan kepadamu dieksploitasi hanya untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Bisa ditonton dan dinikmati secara gratis oleh setiap mata lelaki yang kotor hatinya. Serta menjadi penyulut api fitnah, kerusakan dan keburukan bagi manusia lainnya.

Sungguh, kami sebagai orang tuamu tidaklah rela kau menjadi sampah dan bahan obralan yang begitu murahnya terjual dan disantap oleh siapa saja. Kau adalah mahkota dan kemuliaan bagiku di dunia ini dan di akhirat kelak, jika kau menjadi seorang muslimah yang taat dan istiqamah di atas petunjuk Rasulullah.

Jika kau bangga dan lebih memilih dengan perbuatan burukmu untuk mengikuti budaya-budaya barat yang hina itu, hanya demi untuk mendapatkan kenikmatan dunia dan keindahan semu semata, maka kami sebagai orang tuamu tidaklah berbangga sama sekali dengan semua itu. Kami justru sangat bersedih dan teriris hatinya dengan kerasnya hatimu untuk mendengar nasihatku.

Jika itu adalah pilihanmu, maka kami berlepas diri darimu dan dari perbuatanmu. Nasihat telah kami sampaikan, jalan yang benar telah kami tunjukkan, segenap kekuatan dan usaha telah dikerahkan agar kau kembali ke jalan yang benar. Semoga Allah menerima hujjahku di saat hari pertanggunngjawaban menantiku, dan Dia tidak menghukumku akibat pembangkangan yang kau tunjukkan kepadaku.

Wahai puteriku tercinta, jadikanlah Rasulullah dan para shohabiyah sebagai suri tauladan dalam hidupmu. Karena mereka merupakan sebaik-baik generasi umat manusia yang telah mengerti dan merasakan makna kehidupan yang sejatinya. Janganlah para artis, bintang olahraga, atau bintang-bintang lainnya yang malah kau jadikan sebagai teladan hidupmu. Karena mereka hanyalah mencari popularitas dan kehidupan dunia semata, sementara hakikat hidup yang sejatinya belumlah pernah mereka rasakan.

Wahai puteriku yang tercinta, sejatinya kau adalah aset termahal yang sangat aku harapkan manfaatnya di saat diriku telah tutup usia yang tiada amal kebajikan satupun yang bisa aku lakukan setelah itu. Dan hal itu hanya bisa aku dapatkan di saat kau benar-benar menjadi seorang wanita shalihah yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Inilah sepucuk surat kecilku untukmu wahai puteriku yang tercinta. Dengarkanlah suara hatiku ini yang ku tuliskan dalam untaian-untaian kata nasihat untukmu. Inilah yang akan menjadi kebanggaanku di saat kau benar-benar mendengarkan nasihat yang ku tuliskan untukmu. Karena tiadalah kemuliaan dalam dirimu melainkan kau balut dan pelihara mahkotamu dengan nilai-nilai sunnah Rasulullah.

Diakhir surat ini, tak lupa ku iringi do’a semoga Allah senantiasa menjaga kebaikan dan keistiqamahan dalam hatimu, menjadikanmu seorang muslimah yang shalihah dan taat, serta melahirkan darimu generasi-generasi islam yang tangguh, cerdas, berakhlak mulia, berdedikasi tinggi, serta penuh dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Amiin



-----------------------
 [1] HR. Bukhari (5096), Muslim (7121), At-Tirmidzi (2780), Ibnu Majah (3998) dan Ahmad (21794)
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers