Nama dalam judul, [ penulis status ] bukan bermaksud
melecehkan dan, atau merendahkan siapa pun, bagi yang tersinggung monggo [
silahkan ], mungkin karena kesamaan dalam penamaan, tapi bukan itu yang
termaksud dalam benak penulis. Ia hanya sekedar penamaan tapi sudah menjadi
konsensus [ kesepakatan ] jumhur teman-teman asnawi.
Si
paimun, nama antik teruntuk kucing [ cowo / jantan ] kos asnawi yang gemes,
berwarna kekuningan terselipi warna putih. Kucing yang pendiam, tenang, dan kerjaannya
hanya tidur, dan tidur mengiringi perputaran siang maupun malam. Sesaat aku baru
bangun tidur dari malamnya, terlihat si paimun masih pulas dalam tidurnya. Selepas
dari shalat subuh, pulang dari kampus, dari shalat jumat, dan seterusnya…yang
aku dapati, si paimun pasti masih terlelap dalam lilitan tubuh yang hangat
seraya terdengar dengkuran yang unik.
Kalau
si paitem lain lagi, mungkin karena warnanya yang hitam pekat, aku terguguh
dan terinspirasi memanggilnya si paitem.
Ibarat ayam, ia masuk dalam spesies cemani [ ayam yang seluruh warna bulunya
hitam, hatta dalam rongga mulutnya berwarna hitam ]. Tapi berbalik arah
tabiatnya dengan si paimun yang dingin lagi pendiam. Si paitem ini sangatlah
gesit, mudah bergaul, lebih bebersih diri dari pada melingkar dalam dengkuran,
manja dengan si empunya [ Hasan al-Jaizy ] dan juga teman-teman beliau,
suka berkomunikasi, entah itu bernyanyi atau mengajak bercanda [ aku gak ngerti, intinya sering bergumam, “
meong, meong, meong,….” ]. Entahlah itu bahasanya, aku bingung membedakan kapan
saat ngajak gomong, dan kapan saatnya lagi ceria bernyanyi.
Kata
si empunya, “ dulu si Paitem bulunya rapih dan lembut sekali semasa perawannya,
gak seperti sekarang sesaat setelah melahirkan anak-anaknya yang imut yang sudah
tak tercium rimbanya….. dulu [ saat perawan ], ia adalah cewe yang paling
cantik dalam dunia perkucingan dan banyak membuat lawan jenisnya tertarik dan menjadi
rebutan”.
Juga
katanya, “ saya mempelajari beberapa hal dari kucing “.
Berawal
dari sini, memang kucing tidak terlepas dari dunia sekeliling kita, itu sudah
ada sejak masa Rasulullah, saking dekatnya dengan yang namanya manusia, Beliau
bersabda;
إنها
ليست بنجس، إنها من الطوافين عليكم والطوافات
“ [ kucing ] tidaklah najis, ia
hanya hewan yang [ selalu ] hidup di sekeliling kalian.”
Tersebutnya
kucing dalam hadits Rasul, pasti banyak ibrah [ pelajaran ] yang dapat kita
ambil. Tapi sedikit yang mau berfikir dan beribrah darinya.
Kembali
ke si paimun dan si paitem, sebenarnya banyak ibrah darinya, tapi kali ini saya
hanya mengangkat satu saja;
Perbedaan
tabiat jantan dan betina juga berlaku bagi bangsa kita [ manusia ], so itu
pasti, tapi seiring bergulirnya masa, tabiat itu bisa berubah meski tidak 100%.
Laki-laki bisa menjadi perempuan dan sebaliknya, tapi hati nurani tidak bisa
menolak tabiat original bawaan dari sang pencipta. So..
Sekarang,
tidak sedikit laki-laki yang menjadi pemalu dan sedikit feminim, juga
banyak perempuan yang sudah tergadaikan
dari sifat mulianya, malu. Laki-laki malu pakai celana pendek, perempuan malah
semakin menggila dengan memendekan celana sampai bertepian dengan bokongnya [
maaf kalau agak kurang sopan, habis bahasa apalagi ya yang lebih lembut ],
laki-laki malu mau menembakkan cintanya pada perempuan, si perempuan malah
sudah terlebih dahulu menembak sebelum tertembak cintanya, laki-laki malu pakai
kaos oblong yang ketat, si perempuan malah semakin mengetatkan kaosnya sampai
nampak lekukan dada, bahkan senang lagi bangga. Dan laki-laki malu…., si
perempuan malah….dan banyak lagi,,,,, anda lebih tahu dari aku, mungkin….
Itu
hanya satu ibroh, yang lain..,mudah-mudahan bisa menyusul…