Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Si Paimun VS Si Paitem


Nama dalam judul, [ penulis status ] bukan bermaksud melecehkan dan, atau merendahkan siapa pun, bagi yang tersinggung monggo [ silahkan ], mungkin karena kesamaan dalam penamaan, tapi bukan itu yang termaksud dalam benak penulis. Ia hanya sekedar penamaan tapi sudah menjadi konsensus [ kesepakatan ] jumhur teman-teman asnawi.

            Si paimun, nama antik teruntuk kucing [ cowo / jantan ] kos asnawi yang gemes, berwarna kekuningan terselipi warna putih. Kucing yang pendiam, tenang, dan kerjaannya hanya tidur, dan tidur mengiringi perputaran siang maupun malam. Sesaat aku baru bangun tidur dari malamnya, terlihat si paimun masih pulas dalam tidurnya. Selepas dari shalat subuh, pulang dari kampus, dari shalat jumat, dan seterusnya…yang aku dapati, si paimun pasti masih terlelap dalam lilitan tubuh yang hangat seraya terdengar dengkuran yang unik.

            Kalau si paitem lain lagi, mungkin karena warnanya yang hitam pekat, aku terguguh dan  terinspirasi memanggilnya si paitem. Ibarat ayam, ia masuk dalam spesies cemani [ ayam yang seluruh warna bulunya hitam, hatta dalam rongga mulutnya berwarna hitam ]. Tapi berbalik arah tabiatnya dengan si paimun yang dingin lagi pendiam. Si paitem ini sangatlah gesit, mudah bergaul, lebih bebersih diri dari pada melingkar dalam dengkuran, manja dengan si empunya [ Hasan al-Jaizy ] dan juga teman-teman beliau, suka berkomunikasi, entah itu bernyanyi atau mengajak bercanda [  aku gak ngerti, intinya sering bergumam, “ meong, meong, meong,….” ]. Entahlah itu bahasanya, aku bingung membedakan kapan saat ngajak gomong, dan kapan saatnya lagi ceria bernyanyi.

            Kata si empunya, “ dulu si Paitem bulunya rapih dan lembut sekali semasa perawannya, gak seperti sekarang sesaat setelah melahirkan anak-anaknya yang imut yang sudah tak tercium rimbanya….. dulu [ saat perawan ], ia adalah cewe yang paling cantik dalam dunia perkucingan dan banyak  membuat lawan jenisnya tertarik dan menjadi rebutan”.

            Juga katanya, “ saya mempelajari beberapa hal dari kucing “.

            Berawal dari sini, memang kucing tidak terlepas dari dunia sekeliling kita, itu sudah ada sejak masa Rasulullah, saking dekatnya dengan yang namanya manusia, Beliau bersabda;
 
إنها ليست بنجس، إنها من الطوافين عليكم والطوافات

“ [ kucing ] tidaklah najis, ia hanya hewan yang [ selalu ] hidup di sekeliling kalian.”

            Tersebutnya kucing dalam hadits Rasul, pasti banyak ibrah [ pelajaran ] yang dapat kita ambil. Tapi sedikit yang mau berfikir dan beribrah darinya.

            Kembali ke si paimun dan si paitem, sebenarnya banyak ibrah darinya, tapi kali ini saya hanya mengangkat satu saja;

            Perbedaan tabiat jantan dan betina juga berlaku bagi bangsa kita [ manusia ], so itu pasti, tapi seiring bergulirnya masa, tabiat itu bisa berubah meski tidak 100%. Laki-laki bisa menjadi perempuan dan sebaliknya, tapi hati nurani tidak bisa menolak tabiat original bawaan dari sang pencipta. So..

            Sekarang, tidak sedikit laki-laki yang menjadi pemalu dan sedikit feminim, juga banyak  perempuan yang sudah tergadaikan dari sifat mulianya, malu. Laki-laki malu pakai celana pendek, perempuan malah semakin menggila dengan memendekan celana sampai bertepian dengan bokongnya [ maaf kalau agak kurang sopan, habis bahasa apalagi ya yang lebih lembut ], laki-laki malu mau menembakkan cintanya pada perempuan, si perempuan malah sudah terlebih dahulu menembak sebelum tertembak cintanya, laki-laki malu pakai kaos oblong yang ketat, si perempuan malah semakin mengetatkan kaosnya sampai nampak lekukan dada, bahkan senang lagi bangga. Dan laki-laki malu…., si perempuan malah….dan banyak lagi,,,,, anda lebih tahu dari aku, mungkin….

            Itu hanya satu ibroh, yang lain..,mudah-mudahan bisa menyusul…
           
Share:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers