Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Uniknya Mahasiswa/i Lipia

Kampus Lipia yang tepatnya berdiri kokoh di dua menara kembar depan Mall Pejaten Village memiliki keunikan tersendiri kalau di lihat dari dunia perkampusan yang ada di seluruh Indonesia.

Kampus ini, sebagian orang lebih mengenalnya dengan kampus arab, karena menurut mereka yang dipelajari adalah bahasa arab dan ilmu syariah yang bahasa pengantarnya hanya memakai bahasa arab, atau karena ia adalah cabang dari Universitas islam Muhammad Ibnu Saud Saudi Arabia, dan mayoritas dosennya berasal dari jazirah arab, seperti Arab Saudi, Mesir, Sudan, Syiria, Yaman dan yang lainnya, dan mereka semua berbahasa arab.

Dan di kampus ini ada tiga tingkatan, I'dad [ Tingkat persiapan bahasa, ditempuh selama dua tahun ], Takmili [ Tingkat penyempurnaan bahasa, ditempuh selama satu tahun ], dan Syariah [ tingkat pendalaman ilmu syariah, ditempuh selama empat tahun ]. Disamping bebas dari biaya pendidikan, Masing-masing tingkatan mendapat beasiswa [ uang pesangon ] dalam setiap bulannya, untuk tingkat Syariah dan takmili mendapat 200 real, kalau dirupiahkan sekitar 500 ribu, sementara tingkat I'dad hanya 100 real, dan jika dirupiahkan sekitar 250 ribu. Tergantung kurs yang ada.

Ini satu sisi keunikan kampus Lipia dari kampus-kampus lainnya.

Adapun Mahasiswa/i-nya yang berasal dari seantero negeri ini yang berjumlah ribuan, dan ada pula dari negeri seberang, seperti thailand, filipina, malaysia dan China, mereka juga terlihat unik, dan lain daripada yang lain.

Karena keterbatasan ruang belajar, sementara para peminat untuk belajar di Lipia terus meningkat dalam setiap tahunnya, Mahasiswa Lipia terbagi menjadi dua sesi, kelas shobahi [ masuk pagi ] dan kelas masai' [ masuk sore ].

Antara Mahasiswa dan Mahasiswi juga dipisah dalam ruang belajar masing-masing. Mereka tidak dicampur dalam satu ruang belajar layaknya di kampus-kampus yang lain, meski mereka satu tingkatan dan jurusan. Untuk para Mahasiswa juga tidak ada dosen perempuan yang mengajar disiplin mata kuliah tertentu, dosen perempuan hanya diperkenankan mengajar para Mahasiswi, sementara dosen laki-laki hanya mengajar para Mahasiswa dengan bertatap muka secara langsung, adapun para Mahasiswi hanya bisa mengambil faidah mata kuliah yang disampaikannya melalui layar lebar dikelasnya yang terhubung lewat kamera di ruang Mahasiswa.

Inilah keunikan metode belajar para Mahasiswa di Lipia,dan hal itu sangat berdampak positif adanya bagi mentalitas dan akhlak yang terbangun bagi Mahasiswa/i.

Di samping itu,semua Mahasiswi berhijab dengan baik, banyak di antara mereka yang berniqab [ bercadar menutup sebagian besar muka ], banyak pula yang tidak dan hanya berjilbab. Semua itu kembali pada keyakinan masing-masing tentang wajib tidaknya bercadar.

Intinya, semua Mahasiswi menutup aurat dengan baik, tidak ada yang memakai celana panjang, ketat, atau membuka aurat yang menjadi kemuliaan seorang wanita seperti yang sering kita temukan di kampus-kampus lainnya, baik negeri atau swasta.

Kalau kita perhatikan saat jam masuk atau pulang, pasti kita lihat pemandangan yang sangat lain dari kampus yang lainnya. Saat mereka pulang atau berangkat, tak ada satu pun Mahasiswa yang berjalan dengan seorang Mahasiswi, atau membocengkannya, melainkan ia adalah isterinya. Selain itu, mereka hanya berjalan dengan teman sejenisnya, dan tak ada yang bermesraan atau gandengan dengan lawan jenisnya.

Hal ini sangat berbeda sekali terlihatnya jika kita survei langsung di kampus-kampus lain. Begitu bebasnya laki-laki dan perempuan bercampur baur, entah sekedar ngobrol, makan di kantin, atau mengerjakan tugas kuliah. Pemandangan semacam ini tak tampak sama sekali di kampus Lipia. Jadi, tak terlintas dan tak dikenal adanya istilah pacaran antar Mahasiswa dengan Mahasiswi di Kampus Lipia.

Untuk security saja terbagi dua, khusus Mahasiswi adalah seorang perempuan. Dan untuk Mahasiswa seorang laki-laki. Dan di saat ada tugas atau sesuatu yang lain yang melibatkan Mahasiswi, maka tugas itu disampaikan lewat security perempuan atau lewat telephone untuk mengambil tugas yang dititipkan lewat security perempuan.

Kesimpulannya, keunikan yang mungkin teranggap asing bagi sebagian masyarakat yang tertampak di Lipia,bukanlah sebuah kebijakan aneh yang tiada berdasar sama sekali dari sisi syariat. Justru,semua itu adalah usaha penerapan syariat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak,fitrah dan sosial kemasyarakatan.

Dengan metode semacam itu telah berdampak positif dalam perkembangan akhlak dan mentalitas para Mahasiswa/i yang membuktikan akan kebenaran sabda Rasulullah yang telah tertuturkan bermasa abad yang lalu,bahwa larangan berkhulwah, ikhtilat, tabaruj dan sufur bagi seorang wanita,karena hal itu sangatlah buruk dampaknya bagi kehidupan masyarakat.

Coba bandingkan dan tanyakan kepada para Mahasiswa/i di kampus lain, apa dampak negatif dan keburukan lain yang muncul terakibat bebasnya untuk berbaur dan berhubungan antara laki-laki dan perempuan ?

Wallohu a'lam bishowab
Share:

1 komentar:

muslimnews mengatakan...

ya semoga Allah menerima amal kita semua. menjadikan baik negri ini.

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers