Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Bimbang Dalam Pusaran Bintang



Memilih sepertinya mudah, saat objek pilihan sudah di depan mata. Tapi, faktanya memilih itu tak selamanya mudah, terkadang tiba saatnya pilihan itu sulit ditentukan. Entah saat hendak membeli sesuatu, memilih sekolah, berbisnis, bepergian, menikah, ataupun yang lainnya. Ragu, bingung dan bimbang seolah rasa yang sulit dienyahkan. Bukan hanya sehari dua hari, kebimbangan ini bahkan kerap menyelimuti hati berhari-hari.  
Mohonlah petunjuk Allah
Apabila kita mengalami kondisi semacam ini, bersegeralah memohon petunjuk Allah q secara khusus, sampaikanlah hajat itu lewat shalat istikharah. Lalu bacalah doa sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah a. 
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Rasulullah a mengajari kami doa istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi sebagaimana beliau mengajari kami sebuah surat al-Qur’an. Lalu beliau bersabda, ‘Apabila di antara kalian menghadapi suatu masalah, hendaklah ruku’ (shalat) dua rekaat yang bukan shalat wajib lalu membaca:
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِيْ فِي دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ أَوْ عَاجِلِ أَمْرِيْ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ أَوْ فِيْ عَاجِلِ أَمْرِيْ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيْ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ
"Ya Allah, Sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kepada-Mu kemampuan (untuk menyelesaikan urusanku) dengan kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa sementara aku tidak kuasa, Engkau Maha mengetahui sedang aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkan apa yang menjadi keperluannya) lebih baik untuk agamaku, kehidupanku dan akibatnya terhadap urusanku, atau (lebih baik akibatnya di) dunia dan akhirat, maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia untukku dan berkahilah aku di dalamnya. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkan apa yang menjadi keperluannya) lebih buruk untuk agamaku, kehidupanku dan akibatnya terhadap urusanku, atau (lebih baik akibatnya di) dunia dan akhirat, maka jauhkanlah ia dariku, jauhkanlah diriku darinya, takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun kebaikan itu berada, dan jadikanlah aku ridha menerimanya.”   
Beliau bersabda, “Ia sebuatkan urusan yang diminta pilihannya." (HR. Bukhari no. 1162)

Menyelami makna

Perhatikanlah redaksi doa istikharah di atas kata demi kata, niscaya kita akan menemukan makna yang begitu dalam terselip di balik keindahan untaian kata-katanya. Ibnul Qayyim sendiri secara lugas mengatakan, “Sesungguhnya doa istikharah adalah bentuk tawakkul (menyerahkan urusan) kepada Allah, tafwiidh (mempercayakan urusan) kepada-Nya, istiqsaam (meminta petunjuk dan pendapat) dengan kekuasaan-Nya, ilmu-Nya, dan pilihan-Nya yang terbaik untuk hamba-Nya. Ia adalah konsekuensi dari sikap ridha’ bahwa Dia adalah Tuhannya, dimana manisnya iman tidak akan bisa dirasakan melainkan dengan melakukan hal itu, sekalipun ridha’ dengan takdir baru bisa dirasakan setelahnya. Inilah tanda-tanda kebahagian.”[1]

Serab-serbi istikharah

1.      Tidak ada istikharah (meminta petunjuk Allah agar dipilihkan yang terbaik dari beberapa pilihan yang membuatnya bimbang) dalam mengerjakan perkara yang wajib atau meninggalkan hal yang haram.[2]
2.      Shalat istikharah cukup dua rekaat, boleh di kerjakan di siang hari atau malam hari, tapi mengerjakan di malam hari lebih utama, khususnya di sepertiga malam terakhir, karena waktu tersebut merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa.
3.      Tidak ada hadits yang menyebutkan secara khusus surat tertentu harus di baca saat shalat istikharah, sehingga boleh membaca surat apa saja yang dianggapnya mudah dan dihafal, baik panjang maupun pendek. [3]
4.      Doa istikharah boleh dibaca dalam shalat, yaitu setelah tasyahud akhir sebelum salam. Namun zahir hadits di atas menunjukkan bahwa yang utama ialah dibaca setelah salam dengan mengangkat kedua tangannya, karena mengangkat tangan saat berdoa merupakan salah satu sebab doa dikabulkan. [4]  
5.      Yang utama doa ini harus dihafal, namun barangsiapa tidak hafal, ia boleh membacanya dari buku atau selembar kertas yang berisi doa tersebut, ia harus bersungguh-sungguh menghadirkan hatinya, khusyu’, jujur dalam berdoa, dan merenungi makna-maknanya. Apabila ia tidak hafal dan tidak ada buku atau selembar kertas yang berisi doa tersebut, sementara ia sudah sangat membutuhkan petunjuk Allah q dalam menentukan pilihannya, maka cukup baginya shalat dua rekaat dan berdoa semampunya meminta petunjuk-Nya. [5]
6.      Setelah istikharah, kerjakan pilihan yang dianggapnya paling mantap dalam hati, tidak perlu menunggu datangnya mimpi, wangsit atau yang semisalnya.
7.      Boleh beristikharah berkali-kali untuk satu masalah.
8.      Boleh mengabungkan beberapa masalah dengan satu istikharah, namun yang utama satu istikharah untuk satu masalah.
Wallahu a'lam

Referensi

1.      Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar, Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr.
2.      Shahih Al-Bukhari, Imam Bukhari, dll.

Oleh: Saed as-Saedy


[1] Lihat Zaadul Ma’ad, 2/404.
[2] Lihat Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar, 3/177
[3] Ibid, 3/177
[4] Ibid, 3/177
[5] Ibid, 3/177
Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers