Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Bayam Di Kala Senja


Lama rasanya aku menanti rintikan dan guyuran hujan, berbulan-bulan masanya ia tak terlihat menari-nari di atas kepulan debu, atau meloncat-loncat di antara dedaunan hijau dalam rindangnya, atau terbang kejar mengejar satu sama lain sembari melambai dan menepuk teman-temannya dalam hembusan angin berhawa dingin. 

Tapi semua itu sekarang telah berlalu, rerumputan pun menjadi saksiku akan kedatangannya dengan memancarkan hijau daun mungil yang sudah bermasa mengering dan melinting, juga burung-burung yang riang berkicau menyelinap di antara dedaunan beranting, koloni semut pun berbondong-bondong hijrah ke perbukitan teraman lagi tertinggi.

pepohonan pun ikut ceria dengan baju hijau dedaunan yang terus di sulam dan terajut menyatukan ranting-rantingnya yang telah lama telanjang, dah sampah sudah tak lagi mengepulkan aroma sengak yang selama ini ditembakan lewat mortir-mortir debunya, rasa sejuk pagi mulai menyeruak dan menepuk-nepuk raga manusia, dan kegersangan tanah yang mati tanpa terumputi telah bersemi memekarkan tunas-tunasnya dari gua persemediannya.

Yang paling berbekas di hati dan berkali-kali menelan ludah saking indahnya dan terasa enaknya, saat bongkahan-bongkahan sisa rerutuhan bangunan dekat empang si farid tak tampak lagi, kini ia tertutupi hijaunya hamparan daun bayam, yang kecil menengok tegap menatap jauh sekeliling, yang besar merunduk tawadu sembari mengangkat yang kecil, semuanya riang dan terus bermain kala senja membahana, tak ada yang terlihat kotor, hanya kehijauan bagai sahara yang telah menggelitik berapa pasang mata saat lewat dan menatapnya.

Belum saja ia berumur jagung, dan baru saja dalam hitungan hari memukau setiap pandanganku, kala pagi terlebih saat senja, dan yang telah mengobati kering dan gersangnya rasa maupun dunia, kini saat pagi, saat aku ingin berjumpa dan mengajaknya dalam keriangan dan gembira kelak senja tiba, ternyata ia telah pergi, ia telah tiada dan meninggalkanku, hati ini teriris dan miris, koloni mereka yang masih belia telah terbantai dan terbabat oleh tangan kasar lewat parang-parang begisnya, tanpa rasa dan iba, semua terenyahkan dari pandangan rinduku disebab ulah kotor tangan mereka.

lama dan lama kini aku menantinya dalam kerinduan, mungkin akan bermasa rinduku terkubur dalam duka, tapi harapan itu masih ada dan akan tetap ada, hanya masa yang memisahkan dan menambah kerinduan, hanya masa yang mengajarkan harus sabar, hanya masa yang membuat hati harus tegar, dan hanya masa yang membelajari kita berbijak akan beragam keadaan.

Dan Dia Allah yang telah menjadikan dari air segala sesuatu itu hidup.

Maka berbijaklah pada air dan apa yang telah hidup karena wasilah air. Air dan apa yang telah hidup karena wasilah air pasti akan berbijak kepadamu.

Wallohu a’lam bishowab
Share:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers