Saat diammu dari bertanya dalam
lautan ketidakpahaman atau ketidaktahuan akan sesuatu, entah karena terhimpit
rasa malu atau gengsi yang melumuri wajahmu, maka itu adalah sebuah kedzaliman
terhadap dirimu sendiri.
Inilah yang kemudian menelurkan
sebuah peribahasa [ Malu bertanya sesat di jalan ].
Maka kesesatan jalan yang kau
tapaki selama ini adalah sebuah konsekuensi dari keengganan dan kebosanannmu untuk
bertanya, entah itu karena malu atau gengsi yang kau biarkan tertumbuh subur
dalam gemburnya hatimu.
Tiadalah yang pantas kau cela
melainkan dirimu sendiri, karena Allah telah berfirman ;
فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون
[ Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui ] [ QS. An-Nahl ; 43 ]
Dan saat diammu dalam lamunan, hanyut dan tenggelam
oleh angan-angan kosong yang tiada tertunas darinya pucuk inspirasi maupun
motivasi bagimu, maka itu adalah sebuah kedzaliman terhadap dirimu sendiri. Karena
waktumu telah tercecer dalam bak sampah yang tiada manfaatnya lagi terteguk untukmu,
atau bahkan ia akan menjadi sampah busuk yang akan membusukkan hayatmu.
Dan saat itu tiadalah yang pantas kau cela melainkan
dirimu sendiri, karena Allah telah berfirman ;
والعصر, إن الإنسان لفي خسر, إلا الذين آمنوا
وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
[ Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenara, dan saling menasihati untuk
kesabaran ] [ QS. Al-‘Ashr ; 1-3 ]
Dan di saat senjamu berteriak, “ Tiadalah ilmu dan
amal yang terpunya olehku, betapa bodohnya diriku kini, dan hanya berapa
lintingkah kebaikan yang pernah tertebarkan dari ragaku. Sungguh, betapa
kerdilnya aku dalam kesenjaan yang tiada lagi daya menegakkan kerapuhanku.” Atau
teriakan-teriakan lain yang terlukis dalam lembaran-lembaran penyesalan akhir
yang terlambat dan tiada jalan lagi untuk kembali.
Diammu di masa mudamu, ketersiaan umurmu yang
terbentangkan kala itu, atau kelimitan kebaikan dan manfaat yang terhamparkan yang
senantiasa memenuhi hari-harimu. Semua itu adalah kedzaliman yang kau
sandingkan terhadap dirimu sendiri.
Maka, tiadalah penyesalan itu melainkan akan
merenyuhkan hati pemiliknya, menumbuhkan hasrat dan angan-angan untuk kembali
yang tiada daya dan jalan untuknya, dan yang tersisa tiada lain hanyalah
tetesan-tetesan air mata yang tak berarti lagi adanya.
Dan tiadalah yang pantas bagimu selain celaanmu atas
dirimu sendiri, karena semua lembaran-lembaran kusut yang kau bentangkan kala
itu adalah buah hasil kedzaliman atas dirimu sendiri. Janganlah kau salahkan
orang lain atas perbuatanmu dulu yang baru kau rasakan akibat dan penyesalannya
di kala senjamu. Tapi, salahkanlah dirimu sendiri dan cela-lah perbuatan atau
pilihanmu kala itu.
Allah berfirman yang menghikayatkan tentang syaithan
yang berlepas diri dari para pengikutnya kelak di hari kiamat ;
فلا تلوموني ولوموا أنفسكم
[ Oleh sebab itu, janganlah kamu mencerca aku, tetapi
cercalah dirimu sendiri ] [ QS. Ibrahim ; 22 ]
Dan tiadalah Allah pernah untuk mendzalimi
hamba-hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat, melainkan para hamba itulah
yang telah berbuat dzalim terhadap diri mereka sendiri.
Allah berfirman ;
وما ظلمناهم ولكن كانوا أنفسهم يظلمون
[ Kami tidak mendzalimi mereka, justru
merekalah yang mendzalimi diri sendiri ] [ QS, An-Nahl ; 118 ]
Wallohu a’lam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar