Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

Dan Cela-lah dirimu sendiri


Saat diammu dari bertanya dalam lautan ketidakpahaman atau ketidaktahuan akan sesuatu, entah karena terhimpit rasa malu atau gengsi yang melumuri wajahmu, maka itu adalah sebuah kedzaliman terhadap dirimu sendiri.

Inilah yang kemudian menelurkan sebuah peribahasa [ Malu bertanya sesat di jalan ].

Maka kesesatan jalan yang kau tapaki selama ini adalah sebuah konsekuensi dari keengganan dan kebosanannmu untuk bertanya, entah itu karena malu atau gengsi yang kau biarkan tertumbuh subur dalam gemburnya hatimu.

Tiadalah yang pantas kau cela melainkan dirimu sendiri, karena Allah telah berfirman ;

فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون

[ Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui ] [ QS. An-Nahl ; 43 ]

Dan saat diammu dalam lamunan, hanyut dan tenggelam oleh angan-angan kosong yang tiada tertunas darinya pucuk inspirasi maupun motivasi bagimu, maka itu adalah sebuah kedzaliman terhadap dirimu sendiri. Karena waktumu telah tercecer dalam bak sampah yang tiada manfaatnya lagi terteguk untukmu, atau bahkan ia akan menjadi sampah busuk yang akan membusukkan hayatmu.

Dan saat itu tiadalah yang pantas kau cela melainkan dirimu sendiri, karena Allah telah berfirman ;

والعصر, إن الإنسان لفي خسر, إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر

[ Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati  untuk kebenara, dan saling menasihati untuk kesabaran ] [ QS. Al-‘Ashr ; 1-3 ]

Dan di saat senjamu berteriak, “ Tiadalah ilmu dan amal yang terpunya olehku, betapa bodohnya diriku kini, dan hanya berapa lintingkah kebaikan yang pernah tertebarkan dari ragaku. Sungguh, betapa kerdilnya aku dalam kesenjaan yang tiada lagi daya menegakkan kerapuhanku.” Atau teriakan-teriakan lain yang terlukis dalam lembaran-lembaran penyesalan akhir yang terlambat dan tiada jalan lagi untuk kembali.

Diammu di masa mudamu, ketersiaan umurmu yang terbentangkan kala itu, atau kelimitan kebaikan dan manfaat yang terhamparkan yang senantiasa memenuhi hari-harimu. Semua itu adalah kedzaliman yang kau sandingkan terhadap dirimu sendiri.

Maka, tiadalah penyesalan itu melainkan akan merenyuhkan hati pemiliknya, menumbuhkan hasrat dan angan-angan untuk kembali yang tiada daya dan jalan untuknya, dan yang tersisa tiada lain hanyalah tetesan-tetesan air mata yang tak berarti lagi adanya.

Dan tiadalah yang pantas bagimu selain celaanmu atas dirimu sendiri, karena semua lembaran-lembaran kusut yang kau bentangkan kala itu adalah buah hasil kedzaliman atas dirimu sendiri. Janganlah kau salahkan orang lain atas perbuatanmu dulu yang baru kau rasakan akibat dan penyesalannya di kala senjamu. Tapi, salahkanlah dirimu sendiri dan cela-lah perbuatan atau pilihanmu kala itu.

Allah berfirman yang menghikayatkan tentang syaithan yang berlepas diri dari para pengikutnya kelak di hari kiamat ;

فلا تلوموني ولوموا أنفسكم

[ Oleh sebab itu, janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri ] [ QS. Ibrahim ; 22 ]

Dan tiadalah Allah pernah untuk mendzalimi hamba-hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat, melainkan para hamba itulah yang telah berbuat dzalim terhadap diri mereka sendiri.

Allah berfirman ;

وما ظلمناهم ولكن كانوا أنفسهم يظلمون

[ Kami tidak mendzalimi mereka, justru merekalah yang mendzalimi diri sendiri ] [ QS, An-Nahl ; 118 ]


Wallohu a’lam bishowab

Share:

Tidak ada komentar:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers

Arsip Blog